<Bagian 1>
Salah Satu Pementasan Teater Oleh Sanggar TuK, Kerja Bareng KSMB & PWI Bojonegoro |
Tidak banyak referensi tentang sejarah perkembangan teater (baca : teater modern) di Bojonegoro. Hal ini dapat dimaklumkan mengingat pada masa lalu kota Bojonegoro tergolong kota kecil (pedalaman) dengan budaya literasi dan pendokumentasian yang belum sebaik sekarang. Sehingga tak banyak informasi yang dapat dipetik untuk menggambarkan dengan jelas semua peristiwa teater yang pernah terjadi di masa lampau. Tulisan ini pun disusun oleh penulis hanya berdasarkan (mengandalkan) ingatan para narasumber yang pada umumnya pernah menjadi pelaku langsung ataupun tak langsung pada saat itu, itupun hanya berupa penggalan-penggalan saja dengan narasi verbal yang terbata-bata dari setiap narasumber yang dikorek penulis. Sementara untuk mendapatkan data faktual berupa dokumen fisik yang peristiwanya terjadi di tahun 1990-an ke bawah sudah bisa membuat penulis hampir putus asa. Penulis tidak menyalahkan kondisi ini sebab penulis sendiri pun tidak lebih baik dalam hal pendokumentasian, bahkan penulis akui lebih parah dari beberapa narasumber yang ada. Namun kondisi inilah yang mendorong penulis untuk segera memulai menulis tentang peristiwa-peristiwa teater di kota Bojonegoro dan perkembangannya hingga masa sekarang agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Oleh sebab hal di atas saat ini penulis hanya bisa memaparkan secara selayang pandang saja tentang sejarah perkembangan teater modern di Bojonegoro sejauh data dan informasi yang mampu diperoleh dan dikumpulkan penulis sampai tulisan ini dibuat berupa serpihan-serpihan catatan hasil wawancara dan berdasarkan pengamatan langsung atas peristiwanya. Oleh sebab kekurangan data dan informasi menjadikan tulisan ini masih jauh dari cukup untuk memberi gambaran gamblang tentang kesenian teater di Bojonegoro beserta seluruh problematikanya, serta karya-karya yang pernah dihasilkan ataupun dipentaskan. Sejujurnya penulis sendiri belum merasa puas sebab belum mampu menyuguhkan dan menggambarkan secara utuh mengingat jika harus menunggu mengumpulkan dan melengkapi data-data yang lebih lengkap justru penulis khawatir akan terhambat oleh penyakit malas yang sudah kronis di dalam diri penulis ataupun hambatan-hambatan yang lain. Untuk itu penulis sangat membuka diri menerima saran, kritik, data dan informasi dari semua pihak untuk memperkaya dan melengkapi kekurangan yang ada sehingga tulisan ini akan lebih bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya masarakat kesenian di Bojonegoro. Tentu saja penulis berharap tulisan ini dapat menjadi pendorong upaya penelitian yang lebih mendalam, terstruktur dan terencana dengan baik, di mana menurut penulis selama ini belum pernah ada penelitian khusus mengenai sejarah dan perkembangan teater modern di Bojonegoro.
PERKEMBANGAN TEATER BOJONEGORO, SELAYANG PANDANG
Perkembangan Era '80-an
Era-era awal tahun 1980-an di Bojonegoro telah ramai berdiri kelompok-kelompok atau sanggar-sanggar teater modern (non tradisional) dengan jumlah anggota masing-masing pun ramai pula. seperti dituturkan oleh Djagad Pramudjito seorang musisi kontemporer sekaligus budayawan Bojonegoro. Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Sapari seniman gaek yang sudah banyak makan asam garam dalam mempertahankan eksistensi seni teater di Bojonegoro. Sapari menuturkan bahwa pada masa itu minat remaja dan pemuda untuk mengikuti kegiatan teater sangat besar, bahkan jika anak-anak tidak mendapat tentangan dari keluarga mereka mungkin kelompok-kelompok teater yang ada akan kewalahan menampungnya. Sayangnya dari sekian banyak peminat teater akhirnya pun tinggal tersisa sedikit saja yang tetap setia dan sungguh-sungguh menggelutinya atau setidaknya sebagai tempat penyaluran hobi atau kesenangan saja.
Djagad Pramudjito juga menuturkan bahwa keberadaan Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI), lembaga yang dibentuk oleh pemerintah pusat, turut mendorong terbentuknya sanggar teater serta turut andil dalam membangun iklim berkesenian di Bojonegoro. Tetapi sebaliknya pula, oleh sebab keberadaan lembaga BKKNI inilah yang dijadikan alasan oleh Pemerintah Daerah pada waktu itu untuk menolak proposal para seniman yang berkeinginan membentuk Dewan Kesenian Bojonegoro.
Sebenarnya di fase akhir era '70-an di Bojonegoro sudah ada berdiri sanggar teater, seperti ArtBipa (:Yusuf Susilo Hartono) dan Teater Jayanegara (:Yudi Madjid, dkk) namun penulis cenderung memasukkan keduanya dalam era '80-an karena menurut penulis jarak waktunya tak terlalu jauh dengan era '80-an. Pada masa kejayaannya Sanggar ArtBipa beberapa kali tampil di layar Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Surabaya, namun setelah ditinggal Yusuf Susilo Hartono hijrah ke Jakarta sanggar ini pun tak lagi terdengar gaungnya, sementara Yusuf Susilo Hartono pernah muncul sebagai salah satu pemain di sinetron 'LOSMEN' di TVRI Stasiun Pusat Jakarta.
Setelah mengalami perjalanan pasang-surut, akhirnya satu-persatu kelompok atau sanggar teater yang lahir di era '80-an ini pun kini hanya tinggal penggalan-penggalan dongeng yang tercerai-berai bersama masing-masing para pelaku sejarahnya.
Djagad Pramudjito juga menuturkan bahwa keberadaan Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI), lembaga yang dibentuk oleh pemerintah pusat, turut mendorong terbentuknya sanggar teater serta turut andil dalam membangun iklim berkesenian di Bojonegoro. Tetapi sebaliknya pula, oleh sebab keberadaan lembaga BKKNI inilah yang dijadikan alasan oleh Pemerintah Daerah pada waktu itu untuk menolak proposal para seniman yang berkeinginan membentuk Dewan Kesenian Bojonegoro.
Sebenarnya di fase akhir era '70-an di Bojonegoro sudah ada berdiri sanggar teater, seperti ArtBipa (:Yusuf Susilo Hartono) dan Teater Jayanegara (:Yudi Madjid, dkk) namun penulis cenderung memasukkan keduanya dalam era '80-an karena menurut penulis jarak waktunya tak terlalu jauh dengan era '80-an. Pada masa kejayaannya Sanggar ArtBipa beberapa kali tampil di layar Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Surabaya, namun setelah ditinggal Yusuf Susilo Hartono hijrah ke Jakarta sanggar ini pun tak lagi terdengar gaungnya, sementara Yusuf Susilo Hartono pernah muncul sebagai salah satu pemain di sinetron 'LOSMEN' di TVRI Stasiun Pusat Jakarta.
Setelah mengalami perjalanan pasang-surut, akhirnya satu-persatu kelompok atau sanggar teater yang lahir di era '80-an ini pun kini hanya tinggal penggalan-penggalan dongeng yang tercerai-berai bersama masing-masing para pelaku sejarahnya.
Yusuf Susilo Hartono, ArtBiPa |
Siswo Nurwahyudi, Djagad Pramudjito, Agung DePe |
Teater Bojonegoro Era
tahun ’80-an
Kelompok / Sanggar :
|
Tokoh/Pelaku :
|
Keterangan :
|
-
TEATER JAYANEGARA
|
- Yudi
Madjid
|
-
Ketua BKKNI Bojonegoro
|
- Hutomo
(Mas Tuwek)
|
||
- Sapari
|
-
Era ’90-an mendirikan Des Teater - PPM
|
|
- Suprapto
(Prapto)
|
-
Kemudian mendirikan Teater Bravo’s
|
|
-
SANGGAR ARTISTA BINA PATRIA (ArtBiPa)
|
- Yusuf
Susilo Hartono
|
-
Perupa, Pewarta, dan Budayawan, hijrah ke
Jakarta hingga sekarang.
|
-
TEATER PERSADA NUSANTARA
|
- Agung
DePe
|
-
Turut serta mendirikan Des Teater - PPM
|
- Boedy
Gondrong
|
||
- Mamiek
|
||
-
TEATER O
|
- Bambang
Soen
|
-
Wartawan
|
- Arieyoko
|
-
Penyair & Wartawan
|
|
-
TEATER BRAVO’S
|
- Suprapto
(Prapto)
|
|
-
TEATER GARASI
|
- Dien
MHR
|
-
Musisi & Perupa
|
Siswo Nurwahyudi, 07/09/2017
Bersambung.....
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar