Kejutan "Hantu Kalang" Yang Kembali Datang Tiba-Tiba

Sepekan ini sebuah unggahan status face book seorang kawan benar-benar berhasil mengusik kegelisahan saya di tengah bertumpuknya persoalan hidup yang sedang saya hadapi dan membutuhkan bergumpal-gumpal energi untuk saya rampungkan satu persatu. Usikan ini begitu susah untuk ditepis, seolah ia menancap kuat dalam hati dan benak saya dan tak ingin tercerabut begitu saja. Seperti anak burung yang lapar di sarang, status fb itu berteriak terus-menerus seolah meminta saya untuk memanggilkan inangnya. Kemudian saya bisa memaklumi dengan sadar mengapa unggahan status teman itu demikian luar biasa menganggu pikiran saya. Sebab ternyata persoalan yang diunggah itu adalah persoalan yang sudah bertahun-tahun mengendap di ruang kegelisahan di dalam diri saya dan belum sempat saya urai bahkan saya belum pernah melakukan apapun untuk berusaha mengurainya.

Kawan pemilik akun fb dengan nama Allif Zam Bilah kali ini telah kujadikan terdakwa atas siksaan yang sedang meradangi diri saya. Sejak ia mengunggah secara samar (menurut saya) pada tanggal 31 Agustus 2017 bewujud sebuah poster publikasi acara festifal budaya yang terselip di antara sebuah potret dan sebuah klip teks 4 judul geguritan (puisi Jawa). Poster ini serentak waktu sangat berhasil menarik perhatian saya dan menjadikan saya menunggu unggahan berikutnya yang terkait dengan poster yang menurutku desainnya pun rada-rada jadul itu. Dan benar saja setelah tangan saya mulai gatal-gatal berselancar dan menelisik di fb, maka muncullah satu dua unggahan yang menegaskan bahwa festifal budaya tersebut benar-benar hendak diselenggarakan.

Poster Festifal Budaya Kalang 2017
Poster festifal budaya dengan tajuk "FESTIFAL BUDAYA KALANG" yang peristiwanya akan diselenggarakan pada tanggal 9 dan 10 September 2017 di Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Jawa Timur benar-benar menggugah selera saya untuk menghadiri dan menjadi saksi atas peristiwa yang dipunggawai oleh  Sanggar Gaung Prana Jati Sekaran Kecamatan Jatirogo bekerjasama dengan Perhutani KPH Jatirogo. Dan saya menjadi tergerak untuk sedikit memberi sumbangsih data awal yang sedikit saya miliki berupa beberapa koleksi foto dan sedikit informasi yang berhasil saya gali di tahun 2012 yang saya kirim via inbox ke kawan Allif Zam Billah dan mendapat sambutan yang sangat hangat. Saya berharap dengan hadir dan berkontribusi dalam agenda Fistifal Budaya Kalang ini saya dapat membongkar dan mengentaskan semua kegelisahan saya tentang 'Kalang" ini yang ternyata sudah menghantui saya selama hampir 10 tahun lamanya.

Konon menurut hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan "Kalang" adalah sebutan untuk sebuah masyarakat lampau di Jawa yang belum bisa dipastikan mereka hidup pada jaman tahun berapa. sebab jejak yang ditinggalkan kaum kalang yang berhasil ditemukan hanya berwujud makam saja. Yaitu makam yang berbentuk peti yang terbuat dari lempengan-lempengan batu. Sepintas memang mengesankan semacam peninggalan era megaliticum dengan merujuk penggunaan bahan batu dalam pembuatan struktur peti kubur seperti yang ditegaskan oleh Suyanto Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Budaya Disbudpar Kabupaten Bojonegoro setelah melakukan kegiatan survey bersama Tim Ahli Arkelologi Indonesia komda Jawa Timur 17 Januari 2016 di Situs Makam Kalang di desa Tanggir Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro (:AntaraJatim.com,19/01/2016). Namun beberapa peneliti yang lain tidak yakin akan hal itu merujuk hasil penelitian mereka yang menemukan artefak-artefak berupa peralatan dari besi dan tembikar di dalam makam (sebagai bekal kubur) khususnya yang ditemukan di desa Kawengan Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro. Namun penjelasan yang nyaris seragam adalah kaum Kalang adalah komunitas yang hidupnya di hutan dan merupakan kelompok masyarakat yang memiliki keahlian khusus yaitu pertukangan kayu dan mereka tidak menganut agama tertentu dan cenderung sebagai masyarakat penyembah matahari merujuk arah makam yang semua membujur arah timur-barat. Nah, bagi yang tertarik dengan sejarah masyarakat Kalang silakan googling saja, sudah banyak artikel sampai pemberitaan Media Online yang diunggah.

Kembali ke persoalan yang menyiksa saya di atas, bahwa saya sangat penasaran sekaligus belum bisa membayangkan kira-kira seperti apa dan bagaimana kawan-kawan di Jatirogo Tuban mem-format dan mendesain acara. Sebab bagi saya kawan-kawan penyelenggara sudah kelewat berani dengan menajukkan kata Budaya Kalang dalam bentuk festifal. Pertanyaannya adalah apakah kawan kita para pejuang budaya kita di Jatirogo itu sudah berhasil menggali dan mengidentifikasi kultur masyarakat Kalang? jika jawabannya ya, maka itu merupakan tonggak baru untuk lebih menguak rahasia terpendam tentang kehidupan masyarakat Kalang. Dan jika jawabannya ternyata tidak atau belum, maka saya yakin hasil dari festifal tersebut akan semakin menjadikan "Hantu Kalang" di dalam diri saya mengamuk hebat. Artinya, jika saya memutuskan untuk hadir dalam acara festifal tersebut maka wajib bagi saya untuk menyiapkan mental sebaik-baiknya.

Kembali saya tandaskan, alasan yang masuk akal bagi saya untuk bernafsu hadir di acara Festifal Budaya Kalang di Jatirogo tangal 9 - 10 September 2017 esok adalah pemenuhan nafsu dan kegelisahan saya untuk menuntaskan "Hantu Kalang" yang sudah merasuki diri saya sejak 10 tahun terakhir. Bismillah....3X

Siswo Nurwahyudi, 07/09/2017


4 komentar:

  1. Alhamdulillah...... Semoga menjadi semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mas, terima kasih. semoga kita semua tetap semangat.

      Hapus
  2. Semangat bagi kami dan kawan kawan yang sedang penasaran mencari dan menggali

    BalasHapus