"GAYENG" ALA KOMUNITAS PECINTA MUSIK KERONCONG "KLANGENAN 13" BOJONEGORO

KOMUNITAS KLANGENAN 13 BOJONEGORO
Pecinta Musik Keroncong di Bojonegoro pantas berterima kasih kepada Komunitas Klangenan 13. Mereka inilah yang selama ini konsisten menjaga eksistensi musik keroncong di Bojonegoro, Tanpa kehadiran dan kerja keras mereka mungkin hingga kini akan susah menjumpai dan menyaksikan pertunjukan musik keroncong secara live di Bojonegoro. Tidak hanya sampai di situ, berkat rutinitas kegiatan yang dilakukan, komunitas ini berhasil menarik minat para remaja untuk turut berkumpul dan belajar musik keroncong bersama mereka.
Bahkan kini anak-anak muda pun mulai membentuk grup-grup musik keroncong di lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan teman sepermainan. Kehadiran kelompok-kelompok musik beraliran keroncong dari kaum muda remaja ini tampak nyata ketika kelompok mereka ditampilkan sebagai salah satu agenda dalam acara Pekan Seni Sanggar Sayap Jendela Bojonegoro bulan Mei tahun 2017.

SEJARAH KLANGENAN 13 DAN PERKEMBANGANNYA

 
Sejarah kelahiran Komunitas Klangenan 13 ini sangat sederhana, mengalir seperti riak air di kali kecil berbatu-batu dan berkerikil namun tetap dijaga kejernihannya. Diawali dari hanya segelintir orang pecinta musik keroncong yang sudah tak tahan merindukan saat-saat dulu di mana musik keroncong masih terdengar secara live di radio milik pemkab Bojonegoro di sekitar tahun 1990-an, yang mana sebagian dari perindu itu termasuk personil yang terlibat langsung sebagai player dan penyanyi. Kemudian di sekitar tahun 2006/2007 beberapa orang mencoba menggagas agenda untuk berkumpul sekedar melunaskan hobbi bermusik keroncong secara rutin, sebagaimana dituturkan oleh Widodo seorang guru SD salah seorang pegiat di Klangenan 13. Maka akhirnya disepakati bersama untuk berkumpul secara rutin setiap tanggal 13.

Dari agenda rutin setiap tanggal 13 inilah nama Klangenan 13 lahir. Makna yang terkandung di dalam nama tersebut kurang lebih adalah wadah berkumpul para pecinta musik keroncong di Bojonegoro setiap tanggal 13 dalam suasana kekeluargaan. Tempat berkumpul pun ditentukan secara bergiliran di rumah para pegiatnya dan di putuskan secara mufakat. Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak yang turut bergabung, sehingga suasana dalam setiap pertemuan pun semakin meriah. Dalam usaha menjaga agar kegiatan rutin tetap lestari, kelompok ini menerapkan suasana kekeluargaan dan saling menghormati. Prinsip yang dipakai "sing penting gayeng" artinya yang penting meriah dan menyenangkan.

 
Pada tahun 2015/2016 Komunitas Klangenan 13 juga sempat berkegiatan secara rutin setiap malam minggu akhir bulan di alun-alun kota Bojonegoro sebagai media sosialisasi langsung ke masyarakat Bojonegoro dengan tajuk "Forum Keroncongku". Kegiatan ini berhasil memperoleh sambutan positip di masyarakat, seperti pak Marsali asal Ponco Kab. Tuban yang sengaja rela menempuh jarak 10 Km bersama anak dan istrinya untuk sekedar menikmati musik keroncong secara live. Namun entah oleh sebab apa kegiatan ini tak lagi dilakukan meski juga disayangkan oleh beberapa pegiatnya.
Yang jelas, kini pertunjukan musik mereka sudah banyak merasuki berbagai tempat dan di berbagai acara, baik di acara-acara resmi pemerintah dan swasta juga di acara-acara hajatan dan di tempat-tempat hiburan bahkan di dalam hotel berbintang di Bojonegoro.

 
Yang paling mengesankan adalah Komunitas Klangenan 13 telah dua kali berhasil menyelenggarakan acara "PARADE KERONCONG" yang mengundang grup-grup Keroncong dan Komunitas Keroncong dari luar kota Bojonegoro pada tahun 2015 dan 2016 bertajuk "PARADE KERONCONG NUSANTARA" sebagai bentuk partisipasi dalam memeriahkan peringatan Hari Jadi Kab, Bojonegoro.


Siswo Nurwahyudi, 08/09/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar