NASKAH DRAMA
IDEO(T)LOGI TANDA PETIK
Karya : Siswo Nurwahyudi
(Bagian 3 - TAMAT)
BABAK III FADE IN :
PAGI
BERSERI. MASA TANGGAP BENCANA TELAH USAI
(P-1)
: PARA RELAWAN MULAI MEMBONGKAR POSKO. SATU-PERSATU, BERKAS DAN PERALATAN
DIKEMAS. SEMBARI BERKEMAS, MEREKA MENUMPAHKAN SEMUA YANG TERSIMPAN DI DADA DAN
DI KEPALA MASING-MASING DALAM CANDA YANG SATIR. MUNGKIN JUGA TIDAK SEMUANYA
DITUMPAH. TETAPI ITU LEBIH DARI CUKUP BAGI MEREKA.
(P-2)
: TERJADI RAPAT DAN PERDEBATAN YANG PELIK DAN PANJANG. SEMUA MASIH SOAL BENCANA,
JUGA DAMPAK KEBIJAKAN MITIGASI YANG MUNGKIN DITIMBULKAN.
087. RELAWAN :
(P-1)
Sukurlah, akhirnya bisa pulang juga.
088. AJUDAN :
(P-2)
(MASUK) Mohon ijin menyampaikan pesan
bapak Walikota. Beliau berharap semua sabar menunggu Bapak. Beliau masih
menerima tamu dari pemerintah pusat. Jadi, mohon tidak ada yang meninggalkan
tempat. Terima kasih atas kesediaannya. Permisi. (EXIT).
089. RELAWAN :
(P-1)
Kasihan anak istri kalau kita terlalu lama tidak pulang ke rumah. Satu minggu
lebih aku tidak ketemu keluargaku. Di rumah, aku punya isteri yang cantik, dia
pasti sudah rindu dipeluk bapaknya anak-anak. Yang jomblo kronis jangan ngiri
ya. Ha…ha…ha…ha…
090. RELAWAN :
(P-1)
Aku memang belum punya bini. Tapi aku punya ibu yang sudah tua. Selama aku di
sini, ibuku tinggal di rumah sendirian. Kasihan. Untung tetangga-tetangga pada
baik semua. Kalau tidak, entah apa yang bisa kubuat. Lebih hebat mana? Memeluk
isteri, atau memeluk ibu yang melahirkan kita? Mau tahu jawabannya? Bagi jomblo
kronis macam aku, lebih indah memeluk isteri tetangga. Ha…ha…ha…ha…..
091. STAFF AHLI :
(P-2)
Baik, sambil menunggu bapak Walikota, kita lanjut dulu rapat kita. Sekarang
dari Tim Ahli Percepatan Pembangunan, ada yang ingin menyampaikan pemikirannya
disilakan.
092. DAN POSKO :
(P-1)
Yahh… memang begini nasib orang bawahan. Enak yang di atas, kerja pakai otak
doang. Makan bergizi, gaji segedhe gajah, fasilitas tidak kurang apapun. Kita
yang berdarah-darah di bawah, lebih sering terima marah. Tapi sukur, kita masih
bisa tertawa. Ha…ha…ha…ha…. Biar saja yang di atas pusing tujuh keliling, kita
tetap tertawa ha…ha…ha…ha…
093. TIM AHLI :
(P-2)
Oke. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, semua teori Bapak yang terdahulu,
maksud saya bapak Walikota kita, kini sedang jadi bahan tertawaan publik dan
lawan-lawan politik.
094. STAFF AHLI :
(P-2)
Bukankah teori tersebut dulu anda semua yang merumuskan. Kami staff ahli di
eksekutif hanya menuangkan di dalam draft
dan memperbaiki susunan bahasanya.
095. RELAWAN :
(P-1)
Kalau aku lebih senang kerja begini daripada beradu argumen di meja rapat
seperti mereka. Soalnya aku nggak tahan duduk lama-lama, sakit sembelit di
otakku bisa kambuh. Ha…ha…ha…ha…
096.
TIM AHLI :
(P-2)
Jadi, anda menyalahkan kami? Kami Tim Ahli Percepatan sudah susah payah
memikirkan dan merumuskan berdasar kajian teori-teori yang menjadi keahlian
kami masing-masing. Kami tim professional.
097. RELAWAN :
(P-1)
Kita lebih professional dari mereka. Kita punya skill hebat, punya kemampuan yang bisa diandalkan. Mereka cuma
punya teori di kepala. Ibarat senjata di medan tempur, (GAYA BERBISIK) mereka itu sebenarnya impoten. Ha…ha…ha…ha…
098. STAFF AHLI :
(P-2)
Bukan begitu, bukan maksud kami merendahkan kerja Tim Ahli. Kami dari staff
ahli ingin anda semua me-review
teori-teori tersebut untuk kita bahas disini. Ini penting, untuk menyelamatkan
muka bapak Walikota. Saya sangat berharap kita semua yang di sini kembali
berpikir keras untuk menyelamatkan reputasi bapak Walikota agar eletabilitasnya
tetap terjaga. Jika perlu kita kawal bersama mengangkat beliau setinggi- tingginya
sampai menjadi presiden. Mudah-mudahan ini tidak dianggap sebagai mimpi yang
terlalu berlebihan. Senyampang masih mungkin.
099. RELAWAN :
(P-1)
Yahh… cukuplah begini saja. Orang seperti kita jangan terlalu berharap pada
nasib. Jangan bermimpi melangit, kalau jatuh bisa mampus. (MEMERAGAKAN ORANG SEKARAT) Hooeek…! Ha…ha…ha…ha…
100. TIM AHLI :
(P-2)
Kenapa tidak. Banyak fakta di dunia ini membuktikan, sejarah juga membuktikan, bahwa
kemajuan dan success boleh berawal
dari mimpi yang tak masuk di akal. Para ilmuwan dan para penemu hebat pun pasti
berangkat dari mimpi.
101.
DAN POSKO :
(P-1)
Semua orang boleh bermimpi. Tidak ada yang salah soal mimpi. Tapi mewujudkan
mimpi butuh kerja keras. Tidak bisa hanya duduk berteori saja. Terus terang,
sebagai manusia biasa saya juga punya angan- angan. Siapa orang yang tidak
pernah bermimpi? Semua pasti punya. Mimpi boleh-boleh saja, tapi impoten
jangan. Ha…ha…ha…ha…
102. STAFF AHLI :
(P-2)
Jangan sampai teori-teori yang sudah kita hasilkan dianggap impoten dan tak
berguna. Semua tetap harus kita pertahankan dan kita perjuangkan bersama.
Jangan sampai semua yang sudah kita perjuangkan selama ini runtuh begitu saja.
Bukan saja kita akan malu kepada khalayak ramai, tapi muka kita sendiri
bagaimana di depan bapak Walikota. Malu sekali kita, kalau semua hasil kerja
kita dikatakan orang ‘teori impoten’.
103. RELAWAN :
(P-1)
Ya, betul. Impoten itu memalukan bagi orang yang punya kemaluan. Ha…ha…ha…ha…..
104. DAN POSKO :
(P-1)
(BERGAYA BERBISIK) Punya kemaluan itu
jangan malu-malu kucing. Malu-maluin anjing sama tikus. Ha…ha…ha…ha…
105. TIM AHLI :
(P-2)
Tidak. Aku tidak malu sama sekali. Semua teori yang sudah aku ajukan bisa aku
pertanggungjawabkan. Semua konsep mitigasi bencana yang kita susun dulu itu
sudah sangat lengkap dan detil. Kita hanya butuh pembuktian. Kelak kebenaran
teori kita ini akan terbukti ampuh untuk mengendalikan bencana beserta
dampaknya. Pasti, akan kita buktikan.
106. RELAWAN :
(P-1)
Harus dibuktikan, senjata yang ampuh itu harus sudah terbukti kesaktiannya. Kalau aku sudah membuktikan.
Isteriku dua, punya anak semua. Hasil kesaktianku sendiri, bukan hasil pinjam
senjata milik tetangga. Ha…ha…ha…ha….
107. TIM AHLI :
Jadi,
persisnya mana teori yang kita pakai? Normalisasi atau Naturalisasi?
108. DAN POSKO :
(P-1)
Senjata yang normal dan natural pantas dibanggakan. Sekali bekerja langsung manjur,
ces pleng, tok cer dan alamiah. Tidak butuh lagi dinormalisasi, tidak perlu
dinaturalisasi. Ha…ha…ha…ha…
109. STAFF AHLI :
(P-2)
Normalisasi atau Naturalisasi. Keduanya harus kita tinjau dari berbagai aspek. Yang
terpenting pada aspek anggaran.
110. RELAWAN :
(P-1)
Buat apa susah-susah dinaturalisasi, kan sudah natural. Apanya yang mau dinormalisasi?
Habis-habisin duit saja. Kalau merasa loyo , merasa tidak mampu, tinggal datang
ke rumah pak RT. Minta surat keterangan tidak mampu. Isi kas RT dua puluh ribu
perak, selesai perkara. Ha…haha…ha…
111. TIM AHLI:
(P-2)
Kalau saya masih tetap teguh pada pilihan Naturalisasi. Pilihan ini akan
membawa dampak positip dan edukatif bagi masyarakat sebab akan melibatkan
partisipasi masyarakat sampai ke tingkat RT.
112. DAN POSKO :
(P-1)
Pakai bawa-bawa RT segala. Saya ini ketua RT di lingkungan saya. Sampai
sekarang belum pernah bikin surat keterangan untuk urusan macam begitu. Tapi
benar juga, sebaiknya saya menyiapkan formatnya. Siapa tahu diantara kamu ada
yang butuh. Ha…ha…ha…ha…
113.
RELAWAN :
(P-1)
Artinya, tambah kerjaan juga tambah rejeki. Saya dukung Ndan. Setiap RT wajib
punya, sepertinya banyak yang butuh. Yang jomblo kronis sudah pasti menyambut
gembira. Ha…ha…ha…ha….
114. TIM AHLI :
(P-2)
Sebenarnya teori Normalisasi juga tidak salah kalau kita pakai. Masyarakat di
tingkat RT-RW juga bisa kita libatkan dalam pelaksanaan proyeknya. Bisa bersifat
padat karya. Lebih hemat anggaran, sebab tidak banyak lahan yang harus
dibebaskan. Pelaksanaannya bisa lebih cepat. Jadi, terminologi TOA bisa kita
minimalisir. Artinya, nantinya kita tidak perlu lagi teriak berkoar-koar
berdebat sampai putus urat leher soal teori. Naturalisasi selama ini sudah jadi
umpan lezat bagi para lawan politik.
115. STAFF AHLI :
(P-2)
Menurut pendapat saya, Tim Ahli memang harus memikirkan dampak psikologis dan
politis bagi pertimbangan keuntungan yang mana sekiranya paling banyak
menguntungkan pihak kita dari segala aspek. Kalau saya, andai berkenan, lebih
memilih teori baru daripada mengadopsi teori Walikota periode yang lalu. Jadi,
harus ditawarkan teori baru.
116. RELAWAN :
(P-1)
Teori itu gampang dibikin. Yang penting pelaksanaannya. Kalau semua ketua RT
bikin format surat keterangan tidak mampu buat meringankan beban psikologis
para jomblois mungkin masuk akal. Tapi bagaimana jika ternyata yang tidak mampu
justru pak ketua RT sendiri? Terus yang minta surat adalah istrinya pak RT
sendiri dan disalah gunakan? Aduuuh… sakitnya pak RT tuh di sini. Ha…ha…ha…ha…
117. TIM AHLI :
(P-2)
Harus hati-hati. Jangan sampai blunder menjadi senjata makan tuan.
118. DAN POSKO :
(P-1)
Senjata makan tuan pak RT. Ha…ha…ha…ha… Tapi jelas bukan saya yang bakal kena.
Saya jamin seribu persen saya ini pak RT yang siap tempur. Ha…ha…ha…ha….
119. TIM AHLI :
(P-2)
Yahh…, akan sedikit rumit. Tapi kami Tim Ahli siap bertempur mati-matian untuk
itu. Baik, senyampang bapak Walikota belum hadir di sini, kita kerucutkan
konsepnya terlebih dulu. Naturalisasi atau Normalisasi, dua-duanya kita
perdalam masak-masak. Tetapi saya tetap memilih mengajukan konsep Naturalisasi.
Ini teori yang terlanjur popular dan terlanjur menjadi polemik. Jika kita
berhasil memenangkan pertarungan di opini publik akan jauh lebih menguntungkan
bagi pihakkita secara psikologis maupun politis.
120. RELAWAN :
(P-1)
Tanya Ndan. Yang itu tadi cuma opini apa kebenaran?
121. DAN POSKO :
(P-1)
Yang mana?
122. RELAWAN :
(P-1)
Yang siap tempur tadi Ndan. Hoax apa fakta?
123. DAN POSKO :
(P-1)
Pasti bener lah. Kalau mau bukti, nanti malam bawa istrimu padaku. Biar besok
pagi dia cerita sendiri ke telingamu yang congek itu.
124. RELAWAN :
(P-1)
Anjiiing… aku kena lagi.
125. RELAWAN :
(P-1)
(KOOR TERTAWA) Haaa….haa…ha…ha…ha….
126. STAFF AHLI :
(P-2)
Sekiranya mungkin, kita gabung kedua teori itu. Tetapi public
champagne-nya
tetap Naturalisasi. Karena sepertinya kita sulit untuk menghindari naturalisasi
total, mengingat akan memakan anggaran yang sangat besar. Ini akan menjadi
kecurigaan bagi khalayak. Saya juga tidak yakin orang-orang DPR akan setuju
jika melihat nominal anggarannya. Anggap saja, dalam tanda petik, ini teori Naturalisasi.
Ya. Naturalisasi dalam tanda petik.
127. DAN POSKO :
(P-1)
Makanya orang itu harus punya keyakinan pada diri sendiri. Ibarat
partai
politik, wajib punya ideologi yang mendalam di dalam hati. Kalau sekarang sih
sudah hampir tidak ada partai yang ideologis. Alias ideologinya tanda petik.
Makanya, sekarang ini yang kita saksikan setiap di hari media hanya sebatas
omong kosong tanpa dasar keyakinan yang sungguh-sungguh memperjuangkan nasib
rakyat. Yang kebanjiran akan tetap kebanjiran setiap tahun. Sebabnya ya itu
tadi, ideologinya tanda petik. Bodoh dan tidak jelas ke mana arahnya. Rakyatlah
yang berkali-kali harus berkorban dan dikorbankan.
128. TIM AHLI :
(P-2)
Jadi, maksudnya bagaimana cara kita mengkamlufase secara cerdas
atas
dasar teori-teori yang sahih sehingga kesan kebenaran teorinya mutlak dan tak
terbantahkan. Begitu?
129. TIM AHLI :
(P-2)
Tidak ada kebenaran yang mutlak. Tetapi intinya kita harus bisa
memenangkan
peperangan tanpa harus menggunakan terminologi TOA. Itu tantangannya.
130. RELAWAN :
(P-1)
Ternyata, oh ternyata. Akhirnya tuntas juga. Bagaimana ini Ndan? Semua sudah
selesai kita kemas, tinggal nunggu mobil kendaraan armada.
131. DAN POSKO :
(P-1)
Mobil ya mobil saja. Tidak usah ditambah kendaraan armada. Boros
bicara
kamu, kaya orang tivi saja, ngomong berbuih-buih tapi itu-itu saja yang diulang
dengan kata-kata berbeda tapi arti tetap sama saja. Begitu itu jadinya kalau
kamu belajar ngomong dari tivi. Ha…ha…ha…ha… Terkesan keren tapi sebenarnya
goblog. Goblog tanda petik, tapi keren. Ha…ha…ha…ha….
132. STAFF AHLI :
(P-2) Oh, ya. Saya hampir lupa. Pesan bapak
Walikota tadi sangat tegas, bahwa rumusan yang kita hasilkan nanti harus
terkesan sangat keren, cerdas, dan meminimalisir celah sekecil apapun bagi
orang lain yang mencoba mencari-cari kesalahan. Harus terkesan memiliki
ideologi dan filosofi yang kuat. Semua harus terlihat sempurna dan detil. Jadi,
reputasi kita di sini sangat dipertaruhkan. Kita sudah bosan jadi bahan
tertawaan, seolah-olah kita semua seperti kambing congek di mata mereka.
133. TIM AHLI :
(P-2)
Jangan kurang ajar. Jaga bicara anda. Terus terang kami Tim Ahli sangat
tersinggung. Tolong hargai kerja keras kami, jangan ngomong seenaknya.
Jangan-jangan anda-anda sendiri yang justru menertawakan hasil kerja kami.
134. DAN POSKO :
(P-1)
Bersukurlah kita, hasil kerja kita sudah diapresiasi dengan baik. Masyarakat
mengapresiasi sangat baik. Orang-orang atasan juga memuji hasil kerja kita. Ini
semua prestasi kita bersama. Tanpa kalian, aku tidak ada apa-apanya. Jadi, saya
sangat berterima kasih atas loyalitas dan kegigihan kalian semua. Jujur, saya
terharu setiap menyaksikan betapa kalian telah berkorban jiwa dan raga demi
tugas mulia ini.
135. RELAWAN :
(P-1)
Siap Ndan. Kami bersemangat karena Komandan juga berdedikasi penuh pada tugas.
Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menghormati Komandan. Komandan adalah
contoh yang sempurna bagi kami. Komandan adalah panutan bagi kami. Berdedikasi
sekaligus rendah hati.
136. TIM AHLI :
(P-2) Saya benar-benar tersinggung. Seolah kami
seluruh Tim Ahli tidak memiliki kapasitas yang cukup. Kami sudah mendedikasikan
seluruh yang kami miliki demi tugas berat ini. Apalagi yang kurang dari kerja
kami?
137. STAFF AHLI :
(P-2)
Sekali lagi, saya mohon maaf. Tidak ada sebersitpun di dalam benak saya berniat
meragukan kapasitas dan dedikasi semua anggota Tim Ahli. Tetapi mohon
dimengerti, kami juga sedang menjalankan tugas kami mengawal proses ini dengan
baik dan berakhir dengan memuaskan. Ini perintah bapak Walikota kepada kami.
138. WALIKOTA :
(P-2)
(MASUK BERSAMA AJUDAN) Selamat siang.
139. SEMUA :
(P-2)
Selamat siang.
140. WALIKOTA :
(P-2)
Bagaimana diskusinya? Sudah ada hasil?
141. STAFF AHLI :
(P-2)
Bagus Bapak. Semua berjalan baik dan dinamis. Tinggal…
142. TIM AHLI :
(P-2)
(MEMOTONG) Sudah Bapak. Tetapi kami
masih menunggu keputusan Bapak. Mana yang akan dipilih, Naturalisasi apa Normalisasi?
Atau kombinasi dari keduanya? Terserah Bapak yang memutuskan. Selanjutnya kami
akan….
143. WALIKOTA :
(P-2)
(MENGGEBRAK MEJA KERAS-KERAS. MARAH BESAR)
Goblog
sekali kalian. Kalian semua saya bayar dengan gaji gede itu untuk berpikir. Tugas
kalian hanya berpikir. Kalau semua harus bergantung pada saya, buat apa kalian
semua ada di sini? Tahu tidak? Hari ini pemerintah pusat kirim dua menteri untuk
berkantor di sini selama tiga hari. Ini merusak reputasi saya. Muka saya
ditaruh dimana kalau sudah begini? Mereka datang dengan tawaran konsep mitigasi
yang berlawanan 180ยบ dengan konsep kita. Jelas saya tolak mentah-mentah, malu
saya kalau konsep pusat saya terima begitu saja. Jadi, kalian berpikirlah lebih
keras lagi. Jangan bikin malu saya dihadapan orang pusat. Berpikirlah, berpikir…
berpikir…, selamatkan muka saya. Kontestasi pilwali tinggal sebelas bulan lagi,
saya bisa kalah. Bisa hancur, hancur…! Paham tidak?! Jadi, jangan kecewakan
saya. Kalian semua sangat saya andalkan. Tugas kalian cuma berpikir, soal
berapapun anggaran itu tugas saya. Yang penting pikirkan dan rumuskan baik-baik
untuk menjawab orang pusat secepatnya. Hari ini saya sudah cukup jadi bulan-bulanan
media massa. Apalagi suara-suara netizen, brengsek semua. Ini buruk sekali,
elektabilitas saya bisa habis. Sudah. Cukup. Tidak ada lagi pilhan lain. Saya
tidak mau tahu bagaimana cara kalian mengerjakan tugas ini. Saya tunggu sampai akhir
sore ini semua harus selesai. Kalau tidak, malam ini juga kalian saya pecat. (EXIT. DIIKUTI AJUDAN).
(P-2)
: SEMUA YANG TERSISA DI RUANGAN ITU SEOLAH KEHILANGAN DAYA. DENGAN STYLE MASING-MASING, MEREKA MENCOBA
MENGENDALIKAN SITUASI DI DALAM DIRI MEREKA SENDIRI. SALING DIAM DAN MENCOBA SIBUK DENGAN LEMBAR
KERJA MEREKA MASING-MASING.
(P-1)
: KOMANDAN POSKO SIBUK MENGATUR KERJA PARA RELAWAN MEMBAWA BARANG-BARANG KE
LUAR (EXIT). SETELAH MEMERIKSA DENGAN TELITI, AKHIRNYA SANG KOMANDAN PUN IKUT
PERGI (EXIT). SEPENINGGAL PARA RELAWAN, WARTAWAN DATANG, PANDANGANNYA MENGIKUTI
ARAH PARA RELAWAN PERGI. KEMUDIAN :
144.
WARTAWAN :
(P-1) Stop press…!
Hari
yang panas dan melelahkan.
Bencana
air bah sudah pulang kembali kepada Tuhannya.
Tetapi
ia masih menyisakan bencana di kantor Walikota.
Domino effect
yang ditakutkan, benar-benar melebihi bencana
Ya,
sang pemimpin kita sedang dirundung ambisi
Bagi
dirinya, pertarungan belumlah usai
Mungkin
pula tak akan pernah usai
Pun
ada pertarungan baru justru sedang dimulai
Sedangkan
kemenangan masih jauh dari kenyataan
Mendung
di atas kepalanya kian menebal
Pasti,
ia akan kerahkan segala daya untuk melawan
Hanya
ada satu pilihan, memenangkan pertarungan atau hancur sama sekali
Transaksi-transaksi
politik akan segera digencarkan
Di
jaman ini, politik tak ubahnya bisnis jual-beli kayu api
Kalah
jadi arang, menangpun jadi arang
Politik
era mutakhir tak kenal lagi apa itu ideologi
Politik
sudah menjadi permainan bodoh yang memabukkan
So,
who will be able to stop it?
Walikota…?!
Di mana engkau Walikota…?! Walikota…?!
Baik-baik
sajakah kamu? Walikota…?!
Mata
dunia sedang mengincarmu. Walikota…?!
Ha…ha…ha…ha…ha…. Haaa…haa… ha…ha… ha….
~ FADE OUT ~
~ BLACK OUT ~
~ S E L E S A I ~
Bojonegoro, 2 Nopember 2020
SISWO NURWAHYUDI
Support/dukungan/apresiasi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar