BAGIAN 1 : NASKAH DRAMA SATU BABAK PELANGI DI TITIK NOL






PELANGI DI TITIK NOL


NASKAH DRAMA SATU BABAK
Karya : Siswo Nurwahyudi







S I N O P S I S


Salam Budaya.

PELANGI DI TITIK NOL sebenarnya bercerita tentang kisah cinta sepasang kekasih (suami-isteri) yang melalukan upaya terakhir kali untuk mempertahankan biduk rumah tangga setelah nyaris karam di usia perkawinan perak. Kemudian berakhir bahagia setelah sempat membuat heboh seluruh isi kota. Klasik memang, tetapi disajikan dengan kompleksitas yang segar dan penuh kejutan-kejutan karikatural.

Mengambil latar tempat di tugu/monumen nol kilometer di sebuah kota kecil (setiap kota memiliki titik nol kilometer sebagai titik penentu jarak kilometer dengan wilayah yang lain; red.), roman diawali dengan peristiwa aksi mogok makan yang menggegerkan seisi kota kecil yang terkenal damai, tenteram. Aksi mogok membuat para punggawa praja di kota itu kelimpungan. Konon, Walikota pun sangat ketakutan terhadap domino effect dari aksi mogok makan tersebut. Di mana kemudian aksi itu menarik minat para wartawan, aktivis mahasiswa, politisi, dan warga kota umumnya dari berbagai lapisan. Semuanya turut nimbrung berdasar kepentingan masing-masing.

Yang semakin membuat penasaran semua orang adalah aksi mogok makan itu tidak diketahui motiv dan tujuannya. Tidak ada yang bisa menjelaskan dengan tepat. Banyak sekali spekulasi tersirat di benak masing-masing orang berupa asumsi berdasar sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Pendek kata, kota kecil yang ramah dan tenteram mendadak disuguhi sebuah teka-teki : ada apa di balik aksi mogok makan itu?

Seorang seniman, menggunakan ketajaman intuisinya, sukses menyingkap semua rahasia dengan manis dan berakhir bahagia. Bagaimanakah cara si seniman beraksi membongkar misteri, silakan membaca ataupun menyaksikan pertunjukan naskah ini hingga tuntas.



PENOKOHAN :

1) Suami, umur ± 49 tahun, pelaku aksi mogok makan.

2) Istri umur ± 45 tahun, pelaku aksi mogok makan.

3) Warga kota (orang-orang), heterogen.

4) Para wartawan dan reporter televisi.

5) Para aktivis mahasiswa.

6) Aparat keamanan (polisi dan polisi pamong praja).

7) Anggota DPRD, perempuan ± 40 tahun.

8) Perawat, perempuan cantik ± 26 tahun.

9) Pedagang asongan, lelaki ± 30 tahun (intel polisi yang menyamar).

10) Seniman, lelaki ± 45 tahun.



Bojonegoro, 25 Oktober 2020

Penulis,

Siswo Nurwahyudi





( BAGIAN 1 )


PAGI-PAGI SEKALI SELURUH KOTA DIHEBOHKAN OLEH AKSI MOGOK MAKAN YANG DILAKUKAN OLEH SEPASANG SUAMI ISTRI. AKSI MOGOK DILAKUKAN DI BAWAH TUGU/MONUMEN YANG SEKALIGUS MENJADI LOKASI TITIK NOL KILOMETER KOTA ITU.

TIDAK ADA PENJELASAN PASTI, APA ALASAN SEBENARNYA KEDUA LELAKI-PEREMPUAN ITU MELAKUKAN AKSI MOGOK BERSAMA. HANYA ADA SEBUAH KARDUS BEKAS BERTULISKAN “MOGOK MAKAN DAN MOGOK BICARA” YANG DIPAKU DI UJUNG TONGKAT. MEREKA BERDUA BERGANTIAN MEMEGANGI TONGKAT ITU. MULUT MEREKA TERTUTUP RAPAT DENGAN LAKBAN HITAM.

TAK AYAL, LOKASI AKSI MOGOK MENJADI RAMAI OLEH KERUMUNAN ORANG YANG PENASARAN. TERMASUK PARA WARTAWAN YANG LANGSUNG SAJA BERAKSI MENDOMINASI DAN MENGUASAI SITUASI.

KEHADIRAN PARA WARTAWAN MEMBUAT SEGAN ORANG-ORANG YANG KEMUDIAN MEMILIH MUNDUR TERATUR BEBERAPA JARAK DARI TITIK LOKASI. SEORANG WARTAWAN MENARUH SELEMBAR KERTAS DI DEPAN KAKI PESERTA AKSI. SATU-PERSATU WARTAWAN LANGSUNG MENULIS DI KERTAS ITU. SI PENARUH KERTAS JENGKEL, KERTAS ITU DITARIK PAKSA, KEMUDIAN DISIMPAN

001. WARTAWAN :
(MARAH) Ini kertas buat mereka nulis. Bukan buat wartawan. Aduuh…!

002. SESEORANG :
(BARU DATANG) Ada apa ini? Kok rame?

003. SESEORANG :
(BARU DATANG) Ada demo ya?

004. SESEORANG :
Bukan. Mogok makan.

005. SESEORANG :
Iya, itu demo namanya. Kalau bukan demo, lalu apa?

006. SESEORANG :
Ya mogok makan.

007. SESEORANG :
Berapa orang yang mogok makan?

008. SESEORANG :
Dua. Laki sama Perempuan.

009. SESEORANG :
Cuma dua? Ah, kurang seru.

010. SESEORANG :
Maka dari itu dibilang bukan demo. Kalau banyak, baru namanya demo.

011. SESEORANG :
Emm…,ya, ya. Itu mogok makannya kenapa? Alasannya apa?

012. SESEORANG :
Belum tahu. Kata orang suami-isteri itu lagi stress, protes sama Tuhan karena sampai sekarang belum punya anak.. Kata orang lainnya lagi mungkin protes soal ganti rugi tanah. Ada yang bilang di-PHK sepihak. Ada cerita lagi katanya gagal ikut pilkades. Kata orang di pasar beda lagi, mereka protes karena gagal dapat tempat di Pasar Baru. Tetapi ada juga yang membantah bukan cuma perkara semua itu, tapi masalah hidup suami-istri itu memang sudah sangat rumit. Pokoknya buuaanyak berita beredar, macam-macam ceritanya. Tapi mana yang benar belum ada yang tahu. Kalau menurut kamu pribadi mogok makan ini soal apa?

013. SESEORANG :
Mana tahu? Aku ke sini justru ingin tahu? Tanya kesana-kesini malah jadi bingung. Eh… mereka yang di sana itu wartawan ya? Tanya sama wartawan saja.

014. SESEORANG :
Percuma tanya wartawan.

015. SESEORANG :
Kenapa percuma?

016. SESEORANG :
Paling-paling dijawab begini : “Sabar ya, saya masih mengumpulkan informasi. Kalau sudah lengkap silakan nanti bisa dibaca berita yang saya tulis”. Wartawan itu begitu.

017. SESEORANG :
Kok begitu?

018. SESEORANG :
Ya begitu. Saya dulu wartawan juga. Jadi saya tahu.

019. SESEORANG :
Masa? Kamu pernah jadi wartawan apa? Kapan jadi wartawannya?

020. SESEORANG :
Sudah lama. Sudah pensiun. Saya dulu wartawan majalah sekolah.

021. ORANG-ORANG :
(KOOR) Huuu…!

022. SESEORANG :
(BARU DATANG) Ada demo ya?

023. SESEORANG :
Mogok makan.

024. SESEORANG :
Lha iya, demo namanya.

025. ORANG-ORANG :
(KOOR) Mogok makan.

026. SESEORANG :
Terserah.

027. SESEORANG :
Sudah ada kabar belum, mereka mogok makan kenapa?

028. SESEORANG :
Pasti ada alasannya. Masa tidak ada?

029. SESEORANG :
Beritanya masih simpang siur. Wartawan saja belum tentu, apalagi saya. Makanya ke sini biar tahu. Tapi di sini kok jadi tambah bingung ya? Pakai mogok bicara juga sih. Serba membingungkan. Datang langsung di sini, eh… malah makin bingung.

030. SESEORANG :
Kalian sudah lama di sini?

031. SESEORANG :
Sudah dari tadi.

032. SESEORANG :
Kok masih di sini?

033. SESEORANG :
Kenapa memang?

034. SESEORANG :
Tidak apa. Cuma nanya.

035. SESEORANG :
Iya..ya? Kenapa aku masih di sini ya? Ngapain nonton orang mogok makan yang nggak jelas.

036. SESEORANG :
Tidak jelas bagaimana? Itu kelihatan jelas, jelas ada orangnya, ada tulisannya gede: ‘mogok makan dan mogok bicara’. Apanya yang tidak jelas?

037. SESEORANG :
Rabun.

038. SESEORANG :
Maksudku alasan tujuannya yang tidak jelas kenapa mogok makan.

039. SESEORANG :
Bukan tidak jelas. Tapi belum jelas.

040. SESEORANG :
Sama saja. Paling-paling mereka hanya cari sensasi. Biar jadi viral.

041. SESEORANG :
Bisa jadi begitu. Orang sekarang sukanya cari viral. Sampai nekat-nekat segala. Apapun dilakukan asal bisa viral.

042. SESEORANG :
Masuk akal. Kita pergi saja dari sini. Sudah bosen sama aksi viral-viralan yang begini. Ayo… pergi saja.

043. SESEORANG :
Eh, tunggu dulu. Ada polisi datang.

DUA ORANG POLISI DATANG DITEMANI DUA PETUGAS POLISI PAMONG PRAJA. MEREKA LANGSUNG KE TITIK LOKASI. SEBAGIAN LANGSUNG MENDEKATI YANG AKSI MOGOK, SEBAGIAN MENYAPA DAN MENGOBROL DENGAN PARA WARTAWAN.

044. POLISI :
(KEPADA PARA WARTAWAN) Selamat siang rekan-rekan wartawan.

045. WARTAWAN :
(KOOR) Selamat pagi…!

046. POLISI :
Oh ya? Selamat pagi? (MENENGOK LETAK MATAHARI) Maaf, saya mohon ijin menyampaikan bahwa jam segini ini, bagi petugas seperti kami sudah termasuk siang. Jadi, saya ucapkan selamat siang.

047. ORANG-ORANG :
(KOOR,KEPADA MOBIL LEWAT) Selamat pagi….!

048. POL PP 1 :
(MEMBENTAK ORANG-ORANG) He… kalian diam! Mas Polisi tidak sedang bicara sama kalian.

049. SESEORANG :
Aduh… galaknya. Jangan ge-er Bapak ganteng. Kami juga tidak sedang menyapa bapak-bapak.

050. POL PP 1 :
(MUKANYA MEMERAH) Jangan kurang ajar ya. Kalau tidak pada mas Polisi ini, lalu pada siapa?

051. ORANG-ORANG :
(KOOR) Sama Ibu Walikota.

PARA POLISI DAN POL PP JUGA WARTAWAN CELINGUKAN MENCARI WALIKOTA.

52. KOMANDAN :
Mana Ibu Walikota?

053. ORANG-ORANG :
(KOOR) Sudah lewat. Kesana.

054. SESEORANG :
Barusan tadi lewat. Pakai mobil dinas.

055. SESEORANG :
Itu, ke sana itu mobilnya. Masih kelihatan dari sini.

056. POL PP 1 :
(KEPADA KOMANDAN) Ibu walkot masih ada di rumah dinas Ndan. Saya berani pastikan. Itu tadi yang lewat cuma mobilnya saja.

057. ORANG-ORANG :
(KOOR) Mana kami tahu.

058. POL PP 1 :
Diam…! Kalian ini mengganggu tugas kami saja.

059. ORANG-ORANG :
Ampun… galaknya…

060. KOMANDAN :
(MENGHAMPIRI ORANG-ORANG, MENYAPA DENGAN SENYUM DAN TUTUR YANG RAMAH)  Selamat siang bapak-ibu dan saudara-saudara sekalian.

061. ORANG-ORANG :
(KOOR) Selamat pagi.

062. KOMANDAN :
Iya, maaf. Selamat pagi semuanya.

063. ORANG-ORANG :
(KOOR) Selamat pagi.

064. SESEORANG :
Selamat siang pak polisi..

065. ORANG-ORANG :
(KOOR) Huuu…..

BEBERAPA ORANG RAME-RAME MENGEROYOK ORANG YANG BILANG SELAMAT SIANG. ORANG ITU MENCOBA BERTAHAN DARI DORONGAN YANG BERTUBI-TUBI. DORONGAN BERHENTI SETELAH IA MENGALAH DAN AGAK MENEPI .

066. KOMANDAN :
Bapak-ibu dan saudara-saudara semua harap tenang. Mohon tenang.

067. ORANG-ORANG :
(KOOR) Siap pak polisi.

068. KOMANDAN :
Terima kasih atas kesediaan bapak-ibu dan kalian semua. Ijinkan kami menjalankan tugas dengan tenang, kami mohon kerjasamanya.

069. SESEORANG :
Siap pak polisi. Aduh… pak polisi ganteng banget. Cute gitu…!

070. SESEORANG :
Iya. Jarang lho ketemu polisi ganteng. Aku mau foto sama dia ah…..
(MENDEKAT, MENGAJAK FOTO SELFIE) Agak sini pak. Satu, dua, tiga. Terima kasih. Sekali lagi. Ayo siapa mau ikut? Sini. Ikut foto.

AJAKAN ORANG ITU LANGSUNG DISAMBUT YANG LAIN. SATU-PERSATU MULAI IKUTAN BERSELFIE RIA, HINGGA AKHIRNYA PADA BEREBUT TEMPAT. SI POLISI PUN TERLIHAT SENANG DAN IKUTAN BERGAYA. TEMAN POLISI SATUNYA MULAI IKUT NIMBRUNG, JUGA SEORANG POL PP TAK INGIN KETINGGALAN. BEBERAPA WARTAWAN IKUT NIMBRUNG BERSELFIE, SEBAGIAN LAGI TIDAK IKUT, HANYA MENGAMBIL GAMBAR DENGAN KAMERA MASING-MASING.

SEMENTARA SALAH SEORANG POL PP JUSTRU TIDAK SENANG MELIHAT ADEGAN LEBAY INI. IA MENDEKAT, TIDAK UNTUK IKUTAN BERSELFIE RIA TETAPI JUSTRU BERTINDAK MEMBUBARKAN PESTA SELFIE. ORANG-ORANG DIDORONGNYA MENJAUH.

071. POL PP 1 :
Sudah… sudah…! Cukup. Ayo, mundur semua. Mundur…! Mundur…!

ORANG-ORANG MUNDUR TERATUR DENGAN PERASAAN JENGKEL, MULUT MEREKA MENGGUMAM SERIUH SUARA BEBEK SEKANDANG. KEGADUHAN KECIL ITU SEMAKIN MEMBUAT POL PP ITU MERAH PADAM MUKANYA.

072. POL PP 1 :
(MEMBENTAK) Diam…!! Bisa diam tidak…?!!

073. ORANG-ORANG :
(KOOR) Huuuuuu……..

SITUASI SEKETIKA AGAK KACAU. ORANG-ORANG MULAI TAMPAK MARAH. MERASA TIDAK TERIMA DIBENTAK-BENTAK. OMELAN DAN MAKIAN MULAI BERSAUTAN DARI MULUT MEREKA. LEBIH SERU DARI YANG BARUSAN TADI.

PARA WARTAWAN PUN TIDAK MAU MELEWATKAN YANG TERJADI DI DEPAN MATA, MEREKA MULAI BERSIAP DENGAN KAMERA MASING-MASING.

074. SESEORANG :
Orang baru pakai seragam gitu saja sudah galak minta ampun.

075. SESEORANG :
Iya. Lupa apa kalau seragam itu rakyat yang belikan.

076. SESEORANG :
Orang kita tidak berbuat kriminal. Tidak bikin rusuh. Betul tidak?

077. ORANG-ORANG :
(KOOR) Betuuul….!

078. SESEORANG :
Kalau saja tidak ada polisi sama wartawan, orang ini sudah aku jadikan pecel kambing.

079. SESEORANG :
Pecel lele. Mana ada pecel kambing.

080. SESEORANG :
Penyet tempe. Sambal terasi. Yes…!!

081. SESEORANG :
(MENGACUNGKAN KEPAL KE POL PP 1) Apa pingin aku jadikan rujak cingur? (TANGANNYA MEMERAGAKAN BIKIN RUJAK) Hihh…!

082. SESEORANG :
(TIDAK KALAH GARANG) Ayo, sini kalau berani. Aku lumat jadi lontong balap. Ah, bukan. Pantesnya kamu itu ditumbuk-tumbuk dibikin getuk. Ceprot…ceprot…ceprot,,,!

083. SESEORANG :
Getuk goreng saja, enak. Getuk pisang Kediri juga mak nyus.

084. SESEORANG :
(MULAI BERANI AGAK MAJU) Ini, hadapi saja aku. Belum tahu siapa aku?
(MENEPUK DADA) Nih, jagal kambing. Satu lawan satu kalau berani. (BERKACAK PINGGANG) Ayo, kalau berani.

085. SESEORANG :
(MAJU, MENARIK TANGAN SI JAGAL, DIDORONGNYA SURUT,
MATANYA NANAR) Diam semua…! Jangan anarkis! Mundur semua!
(BERBALIK KE POL PP) Bapak-bapak, selamat siang.

086. ORANG-ORANG :
(KOOR, MARAH) Selamat pagi…!! Huu… kamu lagi, kamu lagi!

087. SESEORANG :
(GERAM) Sikat saja….!

ORANG-ORANG PUN IKUT GERAM, MEREKA MENYERBU ORANG ITU. SEANDAINYA TIDAK SEGERA KABUR, ENTAH APA YANG BAKAL TERJADI.

MELIHAT SUASANA MEMANAS, SALAH SEORANG POLISI SEGERA BERTINDAK MENGENDALIKAN SITUASI. MENIUP PELUIT KUAT-KUAT. ORANG-ORANG SEKETIKA DIAM. DENGAN PELUIT ITU DIATURNYA ORANG-ORANG BERBARIS SAMPAI BARISANNYA RAPI. KEMUDIAN BERDIRI TEGAP DI HADAPAN BARISAN.

088. POLISI :
(BAK KOMANDAN UPACARA) Perhatian semuanya. Siaaap….grak!
(KEMUDIAN MEMERIKSA KERAPIAN BARISAN)
Bagus. Semuanya, istirahat di tempaaat… grak! Bagus. Baris rapi begini kan bagus. Awas, jangan ada lagi keributan. Jika masih ribut, kalian bisa dituduh membuat gaduh dan menyebabkan gangguan ketenteraman masyarakat. Akan kami proses secara hukum. Paham?!

089. ORANG-ORANG :
(KOOR) Paham pak polisi.

090. POLISI :
Bagus. Siap tertib?!

091. ORANG-ORANG :
(KOOR) Siaaap!

MENDADAK BARISAN SEDIKIT KACAU, ADA TIGA ORANG MENEROBOS BARISAN. POLISI MARAH.

092. POLISI :
(MEMBENTAK) Berhenti…!! Kalian mau apa?
(MEMPERHATIKAN JAS ALMAMATER)
Kalian mahasiswa ya?

093. MAHASISWA :
Ya. Kami mahasiswa.

094. POLISI :
Mau apa ke sini?

095. MAHASISWA :
Mau solidaritas. Apa ada larangan?

096. POLISI :
Tidak ada larangan asalkan tertib. Silakan masuk barisan.

097. MAHASISWA :
Ngapain? Kami mau ke situ. Mau ketemu peserta aksi.

098. POLISI 1 :
(MENUNJUK KE PESERTA AKSI) Kalian teman mereka?

099. MAHASISWA :
Kalau ya kenapa? Kalau bukan kenapa? Mau apa? Melarang kami?

100. POLISI 1 :
(GUGUP SEBENTAR. LALU:) Tidak ada larangan. Asal tertib, tidak bikin rusuh.

101. MAHASISWA :
(TERTAWA GELI) Ha…ha…ha….ha….

102. MAHASISWA :
Kami ini mahasiswa, bukan rombongan anjing liar. Anda jangan menghina kami. Kalau sampai rusuh, pasti ulah penyusup.

103. POL PP 2 :
(MENENGAHI) Adik-adik, mohon pengertiannya. Sama sekali tidak ada maksud menghina. Tidak ada yang melarang adik-adik. Tapi tolong hargai kami. Kami ada di sini karena tugas. Jadi…

104. MAHASISWA :
(MEMOTONG) Iya. Kami sudah tahu. Bapak-bapak di sini sedang bertugas. Kami tidak buta. Kami pasti menghargai bapak-bapak, asalkan kehadiran kami juga dihargai.
(KEPADA ORANG-ORANG) Bukankah begitu saudara-saudara?

105. ORANG-ORANG :
(KOOR) Betuuul….!

106. MAHASISWA :
Kita di sini punya hak untuk tahu informasi yang benar. Punya hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Betul?

107. ORANG-ORANG :
(KOOR) Betuuul….!
(BARISANNYA MULAI TIDAK RAPI)

108. MAHASISWA :
Kita berhak mendapatkan jaminan keamanan dan perlindungan darineg ara. Betul?

109. ORANG-ORANG :
(BERTAMBAH SEMANGAT. KOOR) Betuuul….!

110. MAHASISWA :
Maukah saudara-saudara suara kita dibungkam?

111. ORANG-ORANG :
(SEMAKIN KOMPAK. KOOR) Tidaaaak….!

112. MAHASISWA :
Betul sekali saudara-saudara. Ini Negara demokrasi. Negeri ini milik kita bersama. Untuk itu kita semua harus kompak. Harus berjuang bersama. Setuju?

113. ORANG-ORANG :
(KOOR) Setujuuu….!

114. MAHASISWA :
Sekarang saya persilakan saudara-saudara berorasi. Salah satu perwakilan silakan maju.

115. SESEORANG :
Betuuul….!

116. SESEORANG :
Betul apa?

117. SESEORANG :
Orasi.

118. SESEORANG :
Operasi apa?

119. SESEORANG :
Orasi. O-ra-si. Orasi demo. Masa tidak tahu sih?

120. SESEORANG :
Demo apa?

121. SESEORANG :
Demo ya demo.

122. SESEORANG :
Yang demo siapa? Kamu?

123. SESEORANG :
Semua. Kita.

124. SESEORANG : 
Kita siapa?

125. SESEORANG :
Kamu barangkali.

126. SESEORANG :
Siapa? Aku tidak. Aku kesini cuma lihat. Bukan mau demo.

127. SESEORANG :
Aku juga. Sama. Kamu mungkin. Tadi kamu teriak paling kenceng.

128. SESEORANG :
Tidak. Aku cuma ikut-ikutan teriak. Biar kelihatan kompak.

129. MAHASISWA :
Ayo. Jangan takut. Silakan satu perwakilan maju untuk orasi.

SALAH SEORANG MAJU. YANG LAIN MENYAMBUTNYA DENGAN TEPUK TANGAN GEMURUH. PARA MAHASISWA MUNDUR SEDIKIT UNTUK MEMBERI TEMPAT.

130. SESEORANG :
(MAJU. LAGKAHNYA GROGI) Permisi mas mahasiswa.

131. MAHASISWA :
(TEPUK TANGAN) Oke… silakan, jangan takut. Hak kita dijamin undang-undang. Silakan berorasi.

132. YANG MAJU :
(BINGUNG) Maaf. Orasi apa?

133. MAHASISWA :
Apa saja boleh. Katakan saja semua tuntutan yang ingin disampaikan.

134. YANG MAJU :
(BERORASI) Selamat pagi semuanya, salam sejahtera untuk kita semuanya.
(ORANG-ORANG MENYAMBUT SALAM. TAHU MENJADI
PERHATIAN WARTAWAN ORASINYA SEMAKIN LANTANG)
Saudara semua, ijinkanlah saya mewakili anda semuanya untuk menyampaikan sepatah atau dua patah kata apa yang sebenarnya menjadi keinginan kita bersama. Saya harap jika ada salah kata dalam penyampaian saya nanti mohon dimaafkan. Maklum, kita ini orang kecil, masyarakat biasa yang kurang pandai dalam bertutur bahasa.

(DIAM SEJENAK KARENA ORANG-ORANG BERTEPUK TANGAN)

Sebagaimana sudah kita saksikan bersama di sini, ini adalah pertama kali di kota yang kita cintai bersama ini, ada demo mogok makan. Bagi kita penduduk kota ini, tentu saja sangat menarik perhatian kita bersama. Untuk itu ijinkan saya mewakili semuanya mau menyampaikan, emm… bahwasanya sebenarnya kita di sini tidak untuk demo. Betul?

135. ORANG-ORANG :
(KOOR) Betuuul…..!

136. YANG MAJU : 
Kita di sini hanya mau lihat orang mogok makan saja. Tidak ikut mogok makan dan tidak ada sangkut-pautnya dengan mogok makan. Betul?

137. ORANG-ORANG :
(KOOR) Betuuul….!

138. YANG MAJU :
Apakah dari saudara-saudara ada yang mau demo atau mogok makan?

139. ORANG-ORANG :
(SEMAKIN KOMPAK. KOOR) Tidaaaak….!

140. YANG MAJU :
Jadi, sebaiknya sekarang kita meninggalkan tempat ini. Setuju?

141. ORANG-ORANG :
(KOOR) Setujuuu….!

142. YANG MAJU :
Baik. Sekarang kita bubar. Perhatian! Siaap… grak! Bubaar… jalan!

ORANG-ORANG BUBAR, EXIT, MENINGGALKAN PARA MAHASISWA YANG BENGONG SEPERTI TAK PERCAYA APA YANG BARU SAJA MEREKA SAKSIKAN DI DEPAN MATA. TAMPAK JELAS WAJAH PARA MAHASISWA ITU MERONA MALU. BERTAMBAH MALU KARENA MENDENGAR GELAK TAWA PARA WARTAWAN.

SEORANG WARTAWAN MERASA KASIHAN, MENDEKAT, MENEPUK BAHU SEORANG MAHASISWA. DISODORI SEGELAS AIR MINERAL, KEMUDIAN MAHASISWA-MAHASISWA ITU DIAJAK MENEPI MENGAMBIL TEMPAT DEKAT TITIK LOKASI MOGOK MAKAN.

MELIHAT SUASANA KEMBALI KONDUSIF, KOMANDAN POLISI SEGERA MENGAMBIL KENDALI ATAS SITUASI.

143. KOMANDAN :
(KEPADA REKAN POLISI DAN POL PP) Kamu, kamu dan kamu, tolong awasi situasi dan amankan. Jika ada gelagat atau ada yang kurang beres segera laporkan. Saya mau bicara dengan wartawan.

144. YANG DIPERINTAH :
Siap komandan!

145. KOMANDAN :
Laksanakan.

146. YANG DIPERINTAH :
(KOOR) Laksanakan.

YANG MENDAPAT PERINTAH SEGERA BERPENCAR MENGAMBIL POSISI PENGAMANAN.

147. KOMANDAN :
Baiklah rekan-rekan wartawan, saya ingin bicara dengan rekan-rekan. Mohon kesediaannya.

KOMANDAN MENGAMBIL TEMPAT AGAK BERJARAK DENGAN TITIK LOKASI DIIKUTI OLEH PARA WARTAWAN.

148. KOMANDAN :
Rekan-rekan sekalian , mohon kesediannya untuk berdiskusi sebentar.

149. WARTAWAN :
Siap Ndan.

150. KOMANDAN :
Terima kasih sudah bersedia. Saya hanya ingin informasi dari rekan-rekan tentang situasi ini. Yang sudah diketahui dulu, apa saja, sebagai informasi awal bagi kami. Jadi saya sangat memohon kesediaan dan kerja sama dari rekan-rekan semua.

151. WARTAWAN :
Siap Ndan.

PARA WARTAWAN MENGELUARKAN BUKU CATATAN, SEBAGIAN BESAR MENYIAPKAN ALAT REKAM, HP, DAN KAMERA MASING-MASING.

152. KOMANDAN :
Baik. Terima kasih. Jadi, yang sudah kita bersama ketahui bahwa hari ini ada aksi mogok makan yang dilakukan oleh dua orang. Satu lelaki dan satu perempuan. Tetapi kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Terus terang, sampai detik ini kami dari kepolisian belum memperoleh informasi detilnya seperti apa. Terutama alasan mogok makan, dan tujuannya apa. Jadi kami belum bisa mengambil tindakan apapun. Yang bisa kami lakukan sementara adalah sekedar mengamankan lokasi.
(MENGELUARKAN NOTES BOOK KECIL DAN BALLPOINT)
Ada yang ingin menyampaikan sesuatu?

153. WARTAWAN :
Saya Ndan. Yang kami tahu, keduanya ternyata suami-isteri. Kami sudah mendapat dokumen identitasnya. A-1 Ndan. Mengenai motiv dan tujuan dari aksi kami juga kesulitan menggali informasi. Tidak ada seorang pun yang bisa memberi keterangan pasti.

154. WARTAWAN :
Kami juga sudah mencari informasi kemana-mana. Tetangga, keluarga, kerabat, teman-teman dekat mereka. Bahkan kami telusuri semua akun media sosial mereka. Tetapi belum menemukan tanda-tanda apapun yang bisa dijadikan titik terang apa motiv dan tujuan melakukan aksi mogok.

155. WARTAWAN :
Sudah kami coba mengajak bicara, tapi mereka tetap bungkam. Saya minta nulis juga sama sekali tidak mau Ndan. Saya sediakan kertas dan pulpen di depan mereka. Maksud saya barangkali mereka mau nulis sesuatu bisa di kertas itu.
(MELIRIK KE TEMAN WARTAWAN KANAN KIRI)
Tapi ya itu tadi, kertasnya malah dipakai ngisi daftar hadir sama teman-teman wartawan. (MENUNJUKKAN KERTAS KE POLISI)
Lihat ini Ndan. Hadeew…. Repot…repot….

156. WARTAWAN :
Kamu yang salah. Harusnya kertas polos dong. Kertas daftar hadir ditaruh situ nggak bilang untuk apa. Tahu-tahu ada daftar hadir di situ, langsung aku isi. Dalam hati, siapa tahu SPJ (MEMBERI ISYARAT JARI)

157. WARTAWAN :
Bener itu. Aku tadi juga berpikir begitu. Makanya aku ikut ngisi. Pas dompet lagi kosong juga. Sialan betul. Ha…ha…ha….

158. WARTAWAN :
(NYINYIR) Dasar mata duitan semua.

159. KOMANDAN :
(MENGAMBIL DAFTAR HADIR DARI TANGAN WARTAWAN)
Ya sudah, tidak apa diisi. Ini buat saya saja. Nanti rekan-rekan saya traktir makan. Sekalian nanti jumpa pers.
(MENYERAHKAN DAFTAR HADIR KE SALAH SATU WARTAWAN) Yang belum ngisi siapa?
Tulis saja, serahkan pada saya sehabis jumpa pers. Semua ngisi ya.

160. WARTAWAN :
Siaaap Ndan. Terima kasih.

SEMUA WARTAWAN SENANG, BEREBUT MENGISI DAFTAR HADIR.
SANG KOMANDAN MENINGGALKAN TEMPAT TANPA PAMIT. EXIT.
PARA WARTAWAN TELAH SELESAI MENGISI DAFTAR HADIR, SALAH SEORANG KEMUDIAN MENYIMPAN KERTAS ITU DI DALAM TAS.
DUA ORANG PEREMPUAN DATANG, MEREKA BERPAKAIAN RAPI DAN BERSIH. YANG SATU MENGENAKAN SERAGAM PETUGAS MEDIS (PERAWAT), SEORANG LAGI MENGENAKAN PIN BERLOGO DPRD.

161. PERAWAT :
Bu. Banyak wartawan. Bagaimana Bu?

162. IBU DPRD :
Ya pasti lah. Ini kan berita bagus. Tenang saja. Kita langsung ke sana.

DUA ORANG ITU LANGSUNG KE TITIK LOKASI MOGOK MAKAN. DAN LANGSUNG DIKERUMUNI PARA WARTAWAN HINGGA SEORANG POLISI YANG BERJAGA DI SITU TERPAKSA MENEPI DEKAT PARA MAHASISWA.

163. IBU DPRD :
(LANGSUNG MENYAPA RAMAH PESERTA AKSI MOGOK)
Selamat pagi bapak dan ibu. Apa kabar?

164. WARTAWAN :
(MENYELA) Ibu sudah kenal bapak dan ibu ini?

165. IBU DPRD :
( MENOLEH SEBENTAR KE WARTAWAN, TAPI TIDAK
MENJAWAB PERTANYAAN. IA KEMBALI KE PESERTA AKSI)
Bapak-ibu sehat?
(MENUNGGU JAWABAN, TAPI PERCUMA)
Saya harap bapak-ibu sehat-sehat selalu. Tapi maaf, bapak-ibu haruskami periksa kesehatannya. Mohon kerelaannya. Hanya sebentar kok. Mau ya?
(MENUNGGU JAWABAN, TAPI HARUS KECEWA LAGI)
Sebentar saja, tidak ada lima menit. Mohon kerjasamanya.

166. PERAWAT :
Iya, cuma sebentar kok.
(MAU MENDEKAT TAPI TIDAK JADI)

LAKI-PEREMPUAN ITU MEMBERI ISYARAT MENOLAK DIPERIKSA. MEREKA BERDUA MERAPAT SATU SAMA LAIN. SOROT MATA MEREKA MENEGANG.

IBU DPRD MELIHAT GELAGAT ITU SEGERA MENARIK LENGAN SI PERAWAT UNTUK MUNDUR DI BELAKANGNYA.



( BERSAMBUNG BAG, 2 )



Support/dikungan/apresiasi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar