NASKAH DRAMA SATU BABAK
PELANGI DI TITIK NOL
Karya : Siswo Nurwahyudi
( BAGIAN 3 )
385. SENIMAN :
(BERSORAK GEMBIRA) Yes..! Aku dapat. Aku dapaaat…!!
386. WARTAWAN :
Hei… kawan-kawan, dia sudah dapat.
387. WARTAWAN :
Dapat apa?
388. WARTAWAN :
Jawaban?
389. WARTAWAN :
Apalagi kalau bukan itu?
390. WARTAWAN :
Pengumuman. Pengumuman.
391. WARTAWAN :
Kumpul, kumpul, kumpul…! Ayo kumpuuul…..
392. WARTAWAN :
Jawaban sudah didapaaat…!!
393. WARTAWAN :
Kumpul, kumpul, kumpul…!
394. WARTAWAN :
Ini sudah kumpul.
395. WARTAWAN :
Bukan di sini.
396. WARTAWAN :
Di mana?
397. WARTAWAN :
(MENUNJUK KE ARAH SENIMAN)
Ke sana.
SI SENIMAN TERLIHAT SEDANG BERPIKIR KERAS. MONDAR-MANDIR DIA, SEBENTAR DI SANA, SEBENTAR DI SINI, LALU KE SINI, SEJURUS KEMUDIAN BERPINDAH KESITU. SETIAP GERAK TUBUHNYA SEPERTI MELAMBANGKAN SIMBOL-SIMBOL YANG SULIT DIMENGERTI KECUALI OLEHNYA SENDIRI.
PARA WARTAWAN DAN MAHASISWA YANG MENGIKUTI LANGKAH SENIMAN SERING KECELE MEMBACA ARAH GERAK SENIMAN, BERKALI KALI SALAH ARAH. YANG DEMIKIAN ITU MEMBUAT MEREKA JENGKEL. KARENA CAPEK, AKHIRNYA BERHENTI DAN BERGEROMBOL DI SALAH SATU SUDUT.
398. SENIMAN :
(BERHENTI BERGERAK, BERSORAK LAGI)
Horeee…. Aku dapaaat,,,,,,! Horeee…..!!
399. KOOR :
(IKUT BERSORAK) Horeeee…..!! (BERJINGKRAK-JINGKRAK)
Horeee….! Horeee,,,,,! Horeee,,,,!
400. WARTAWAN :
(MENDEKAT KE SENIMAN) Sudah dapat ya?
401. SENIMAN :
(MENJABAT ERAT TANGAN WARTAWAN) Berkat doa kalian semua.
402. WARTAWAN :
(BAHAGIA) Waaah…. Sukur…sukur….
403. MAHASISWA :
(IKUT MENDEKAT) Sudah dapat ya?
404. WARTAWAN :
(MENJABAT TANGAN MAHASISWA) Berkat doa kita bersama.
405. MAHASISWA :
Dia dapat apa?
406 WARTAWAN :
Apanya?
407. MAHASISWA :
(JENGKEL) Konkretnya.
408. WARTAWAN :
Belum tahu.
409. MAHASISWA :
(KECEWA BERAT, SURUT DUA LANGKAH) Ahh…!! Brengsek…!!
410, SENIMAN :
Siapa brengsek?
411. MAHASISWA:
Kamu yang brengsek.
412. SENIMAN :
Brengsek bagaimana?
413. MAHASISWA :
(GERAM) Kamu sengaja mempermainkan kami semua kan? Iya, kan?
414. SENIMAN :
Mempermainkan bagaimana?
415. MAHASISWA :
Tidak usah bertele-tele. Apa yang sudah kamu lakukan kepada kami?
416. SENIMAN :
Sama sekali tidak ada. Justru berniat membantu memecahkan teka-teki.
417. MAHASISWA :
Sudah ketemu?
418. SENIMAN :
Apanya?
419. MAHASISWA :
Jawabannya, brengsek!!
420. SENIMAN :
Hampir.
421. MAHASISWA :
Kurangajar. Tadi bilang dapat. Sekarang hampir. Mau mempermainkan kami? Jangan dikira otak warasku tidak berfungsi. Brengsek kamu…!!
422. WARTAWAN :
(MENARIK MAHASISWA MENJAUH)
Apa yang hendak kamu lakukan?
423. MAHASISWA :
(MENGGERAM) Menghajar dia. Biar tahu rasa.
424. WARTAWAN :
Kalau itu maumu, aku lawanmu. (HENDAK MENGHANTAM)
425. SENIMAN :
Sudah. Stop! Jangan berantem. Usaha kita sudah hampir sampai babak akhir. Aku janji akan mengakhiri teka-teki ini dengan baik. Itu kalau kalian masih percaya saya.
426. KOOR :
(KECUALI SATU MAHASISWA) Percayaaa…..!
427. SENIMAN :
Good. Very good. Dengarkan dan perhatikan.
(MENUNJUK TUGU) Jawab. Di sana itu tugu apa?
428. WARTAWAN :
Tugu nol kilometer.
429. SENIMAN :
Jawab lagi. Apakah aksi mogok mereka pernah jauh dari tugu itu?
430. WARTAWAN :
Tidak, sesenti pun tidak.
431. SENIMAN :
Yakin?
432. WARTAWAN :
(KOOR) Yakiiin…!
433. SENIMAN :
Bagus. Itu kuncinya. NOL adalah kunci untuk memecahkan teka-teki ini. Siapa yang tahu arti atau makna NOL?
434. WARTAWAN :
(MENYIKUT MAHASISWA)
Jawab.
435. MAHASISWA :
Nol itu kosong.
436. SENIMAN :
Betul. Apa lagi?
437. WARTAWAN :
Apanya?
438. SENIMAN :
(SEDIKIT JENGKEL) Arti NOL..! Ini serius. Jangan celometan.
439. WARTAWAN:
(MENYIKUT MAHASISWA)
Giliran kamu… Ayo…
440. MAHASISWA :
Kosong tapi eksis.
441. WARTAWAN :
Masa iya? Salah kali. Kalau dompet kosong aku sulit eksis.
442. SENIMAN :
(MEMBENTAK) Jangan celometan…!
443. WARTAWAN :
(BERDIRI TEGAP, MENJAWAB LANTANG)
Siap. Kosong tapi eksis!
444. SENIMAN :
Yakin?
445, WARTAWAN :
Siap! Ragu-ragu…!
446. WARTAWAN :
(KOOR) Huuu…..!
447. WARTAWAN :
Kamu itu jawaban tinggal nyontek saja pakai ragu-ragu.
448. KOOR :
Ha…ha…ha…ha……
449. SENIMAN :
(BERTEPUK TIGA KALI MENGHENTIKAN KOOR KETAWA)
Sssttt………! Ragu-ragu, jawaban yang tidak buruk.
450. WARTAWAN :
Wah… sukur… sukur….. sukur ya Tuhan…
451. MAHASISWA :
Artinya?
452. SENIMAN :
Pertama, jawaban dia jujur. NOL adalah jujur. Kedua, NOL itu kebenaran yang paling hakiki dibanding kebenaran yang lain. Artinya di dalam NOL tidak ada unsur keraguan.sama sekali.
453. MAHASISWA :
Wah, hebat.
454. SENIMAN:
Masih ada yang lebih penting yang belum terjawab.
455. MAHASISWA :
Sudah itu. Apalagi?
456. ASONGAN :
(NYELETUK) NOL itu non nilai.
457. SENIMAN :
Tepat sekali. NOL itu non nilai tapi berkuasa membangun nilai.
458. WARTAWAN :
Horeee….!
459. WARTAWAN :
Wah… hebat kamu bisa jawab.
460. WARTAWAN :
Bukan aku.
461. WARTAWAN :
Lalu siapa?
(CELINGUKAN MENCARI)
462. SENIMAN :
Sssttt….! Sekarang waktunya membedah teka-teki.
(DUDUK BERSILA, MEMEJAMKAN MATA)
463. WARTAWAN :
Buat apa susah-susah. Kita hanya butuh jawaban dari mulut mereka.
464. WARTAWAN :
Caranya? Mereka mogok bicara. Tidak bisa diajak ngomong.
465. WARTAWAN :
Kan tinggal nunggu mereka berhenti mogok bicara.
466. WARTAWAN :
Terus kapan? Sehari? Dua hari? Tiga hari? Seminggu? Sebulan? Setahun? Atau sampai mereka mati? Siapa yang menjamin mereka bakal buka mulut dan buka rahasia?
467. WARTAWAN :
Meskipun mereka buka, sudah tidak asik lagi. Terlalu gampang. Kurang menegangkan. Kurang seru. Aku suka yang Adventure.
468. WARTAWAN :
Ya sudah, ayo lanjut.
469. WARTAWAN :
Lanjut apa?
470. WARTAWAN :
Teka-tekinya.
471. WARTAWAN :
Oke. Lanjut.
472. WARTAWA :
(MENEMUKAN SENIMAN MERINGKUK TERPEJAM DI BAWAH)
Waaa… malah tidur. Bangun. He… bangun.
473. WARTAWAN :
Bangunkan. Jangan diam saja.
474. WARTAWAN :
Iya, ini saya bangunkan. Tidak lihat apa?
(HANDPHONE DI TANGAN BERDERING, BERDIRI)
Ah… siapa ini telfon? Mengganggu saja.
475. WARTAWAN :
Angkat saja. Ayo diangkat.
476. WARTAWAN :
Yang mana? Dia apa teleponnya?
477. WARTAWAN :
Yang telepon siapa?
478. WARTAWAN :
(MEMERIKSA LAYAR)
Komandan. (DIANGKAT) Siap Ndan.
479. WARTAWAN : Komandan siapa?
480. WARTAWAN :
Komandan yang tadi pagi. Polisi.
481. WARTAWAN :
Kalau gitu angkat.
482. WARTAWAN :
Itu sudah diangkat. Tidak lihat apa?
483. WARTAWAN :
Siap Ndan. Siap. Saya sampaikan ke teman-teman. Siap. Terima kasih.
484. WARTAWAN :
Ada apa?
485. WARTAWAN :
Jumpa pers. Sekarang.
486. WARTAWAN :
Wah, bagus. Kita ke sana.
487. WARTAWAN :
Terus? Yang di sini bagaimana?
488. WARTAWAN :
Ditinggal saja dulu. Nanti habis dari sana kesini lagi.
489. WARTAWAN :
Kalian saja yang ke sana. Aku tetap disini. Bagi tugas.
490. WARTAWAN :
Bagus. Setuju.
491. WARTAWAN :
Oke. Aku juga di sini saja. Tapi nanti vitamin buat kami berdua jangan lupa.
492. MAHASISWA :
(CURIGA) Vitamin? Vitamin apa?
493. WARTAWAN :
Mau tahu saja. Kepo.
494. WARTAWAN :
Sudah. Ayo pergi.
PARA WARTAWAN PERGI, MENYISAKAN DUA KAWANNYA.
SENIMAN KITA MULAI BANGKIT, MENANGIS TERISAK-ISAK. BERGERAK MUNDUR SAMBIL BERSIMPUH BERGAYA PUNGGAWA KERATON JAWA. KEMUDIAN BERPUTAR ± 60ยบ MENGHADAP TUGU, IA BERGERAK MAJU, TETAP DENGAN GAYA BERSIMPUH, MENUJU TITIK NOL. SEMAKIN MENDEKAT, TANGISNYA SEMAKIN MENJADI-JADI. LALU BERSUJUD MENCIUM KAKI SI SUAMI-ISTERI, SUAMI-ISTERI ITU TERPAKSA MEMUNDURKAN KAKI MEREKA. TETAPI SENIMAN KITA SEGERA MERANGKUL KAKI MEREKA, SATU KAKI SUAMI DAN SATU KAKI SI ISTERI.
MELIHAT ITU, TIGA MAHASISWA BERBARENGAN MELUNCUR, MENARIK-NARIK SI SENIMAN MENJAUH DARI SUAMI-ISTERI YANG TERLIHAT KETAKUTAN.
495. MAHASISWA :
Kamu jangan mengganggu aksi mereka. Keselamatan mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab kami.
496. MAHASISWA :
Kami peringatkan. Jangan ada yang coba-coba mengusik aksi mogok
mereka. Kami mahasiswa selalu siap mengawal demokrasi sampai titik
darah penghabisan.
497. MAHASISWA :
Hidup mahasiswa.
498. MAHASISWA :
(KOOR) Hiduuup…!
499. MAHASISWA :
Hidup demokrasi!
500. MAHASISWA :
(KOOR) Hiduuuup…!!
KEMUDIAN TIGA MAHASISWA ITU LANGSUNG BERBALIK DAN BERGERAK MEMBENTENGI SI SUAMI-ISTERI.
DUA WARTAWAN SEGERA MENYELAMATKAN SI SENIMAN, DIPAPAH BANGKIT, DIBAWA MENEPI.
(BERSAMBUNG BAG, 4 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar