NASKAH DRAMA SATU BABAK
PELANGI DI TITIK NOL
Karya : Siswo
Nurwahyudi
( BAGIAN 4 : TAMAT)
501. WARTAWAN :
Bagaimana? Anda baik-baik saja?
502. WARTAWAN :
Kurangajar mahasiswa itu. Biar aku hajar mereka bertiga.
503. SENIMAN :
(MASIH ADA SISA
TANGIS)
Jangan. Mereka masih anak- anak. Masih dalam proses
belajar. Biar saja, aku tidak apa-apa.
504. WARTAWAN :
Justru aku mau kasih pelajaran sama mereka. Biar belajar
sopan-santun. Menyeret orang seenaknya saja. Kurangajar itu namanya.
505. SENIMAN :
Sudah. Biar mereka begitu. Kehidupan ini butuh anak-anak
seperti itu.
506. WARTAWAN :
(BERTEPUK TANGAN)
Hebat…! Aku akui anda memang orang yang sangat baik dan penuh pengertian soal
kehidupan. Luar biasa. (TIBA-TIBA
MENGGERAM) Tetapi kehidupan juga butuh ada yang mau
mengajari orang agar tahu arti sopan santun. (HENDAK BERGERAK KE MAHASISWA, TETAPI
TERTAHAN)
507. WARTAWAN :
(MENAHAN) Sudah. Cukup. Kita wartawan. Bukan preman.
SEORANG
PEREMPUAN MASUK. IBU DPRD, KALI INI SENDIRIAN. IA LANGSUNG MENUJU TITIK LOKASI
AKSI MOGOK. TETAPI TIDAK BISA TERLALU DEKAT SEBAB ADA PARA MAHASISWA YANG
SEDANG SIAGA MENGAWAL.
DUA
WARTAWAN LANGSUNG DATANG MENYAMBUT DUA PEREMPUAN ITU.
508. WARTAWAN :
Selamat sore Ibu. Kok sendirian? Mbak cantik yang tadi
tidak ikut?
(TERSIPU MELIHAT
IBU DPRD NYENGIR)
Oh, maaf. Anu…Ganti pertanyaan boleh Bu?
509. IBU DPRD :
Maaf ya, saya baru datang. Nanti saja, setelah urusan
saya selesai. Sekali lagi maaf.
510. WARTAWAN :
Satu saja Bu. Apa alasan Ibu datang kemari?
511. IBU DPRD :
(TERSENYUM MANIS)
Kan sudah pada tahu. Saya kesini untuk
menemui bapak dan ibu ini. Kok masih tanya?
512. WARTAWAN :
Tahu Bu. Maksud kami, Ibu datang ke sini itu ada
kepentingan apa?
513. IBU DPRD :
Ya, baik, oke. Catat ya, saya datang kemari yang pertama
ingin memastikan bapak-ibu ini apakah kondisinya baik-baik saja atau dalam
keadaan yang mungkin mengkhawatirkan. Kedua, saya mau
mengajak bapak-ibu ini menghadap Ibu Walikota. Ibu
Walikota sangat respek terhadap aksi ini. Di sana juga sudah menunggu
perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, FORKOPIMDA. Ada juga dari
unsur komisi dan fraksi DPRD, unsur pemuka agama juga
ada, LSM juga, unsur perguruan tinggi mungkin juga diundang. Pokoknya lengkap.
514. WARTAWAN :
Wartawan juga diundang Bu? Ada SPJ-nya buat wartawan Bu?
515. IBU DPRD :
Belum tahu. Tetapi tadi dalam rapat terbatas disampaikan
bahwa setelah pertemuan rampung baru akan mengundang rekan-rekan wartawan untuk
press realese.
516. SENIMAN :
Seniman dan budayawan tidak diundang?
517. IBU DPRD :
Tentu saja tidak. Urgensinya apa? Ini bukan ranah
kebudayaan.
518. SENIMAN :
Ini… ini kesalahan yang selama ini tidak disadari.
Kesenian dan kebudayaan selalu dianggap konco
wingking.
519. WARTAWAN :
Apa itu konco
wingking?
520. SENIMAN :
Konco wingking itu istilah Jawa untuk menyebut fungsi perempuan di dalam
rumah tangga. Konco artinya teman, wingking itu belakang. Artinya sekedar
dianggap teman untuk urusan belakang, yaitu urusan sumur, dapur, dan kasur.
Jadinya bias gender. Pendek kata,
kebijakan yang menganggap seni dan budaya itu sekedar konco wingking telah menyebabkan tata laksana negeri ini menjadi
bias seni dan budaya. Maka jangan salahkan seniman jika bias budaya ini kelak
akan mengakibatkan ancaman serius terhadap peradaban di muka bumi.
521. IBU DPRD :
Kok ngelantur kemana-mana sih. Ini waktu saya terbatas,
mohon jangan diganggu. Biar permasalahan mogok makan ini cepat selesai. Kasihan
kan bapak-ibu ini dari subuh berdiri terus di sini.
522. MAHASISWA :
Tidak bisa. Kami mahasiswa menolak jika bapak-ibu ini
diseret ke hadapan Walikota.
523. IBU DPRD :
Yang mau menyeret siapa? Saya datang baik-baik, dan saya
berniat membawa bapak-ibu ini secara baik-baik juga. Tidak bermaksud buruk. Apaan
sih maksudnya?
524. MAHASISWA :
Tidak bisa. Tetap kami tolak. (KEPADA PESERTA AKSI) Bapak-ibu jangan mau dibawa. Biar mereka yang
datang kemari. Kalau perlu kami akan solidaritas ikut aksi mogok di sini
bersama bapak dan ibu.
525. WARTAWAN :
(DIANTARA KESIBUKAN
MENCATAT DAN MEMOTRET)
HidupMahasiswa.
526. MAHASISWA :
(KOOR) Hiduup…!
Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan.
527. IBU DPRD :
Tidak bisa begitu. Kalau terjadi sesuatu pada bapak dan
ibu ini siapa yang mau bertanggungjawab? Kami lagi yang susah, dianggap tidak peduli,
dianggap tidak bisa melindungi warganya. Saya ini wakil rakyat lho, wakilnya
bapak dan ibu ini juga.
528. MAHASISWA :
Ibu boleh bilang sebagai wakil rakyat, tetapi aksi mogok
ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa rakyat selama ini tidak merasa
terwakili. Betul?
529. KOOR :
Betuuul…..!
530. MAHASISWA :
Hidup rakyat.
531. KOOR :
Hiduuup…!!
532. IBU DPRD :
(MEMBENTAK) Mau
kalian apa?
533. MAHASISWA :
(GARANG) Kami
mau Walikota dan Ketua DPR datang sendiri kemari menemui kami di sini. Apapun
resikonya, kami akan tetap bertahan di sini sampai tuntutan kami dipenuhi.
534. MAHASISWA :
Tidak ada kompromi lagi.
535. IBU DPRD :
Kalian tahu yang menjadi tuntutan bapak dan ibu ini apa?
536. MAHASISWA :
(KELIMPUNGAN,
SALING BERPANDANGAN. SALING MENYIKUT. TETAPI KEMUDIAN SALAH SATU BERSUARA)
Kami tahu tuntutannya. Tapi sebagai bentuk solidaritas,
tidak akan kami katakan sebelum Walikota datang kemari. Betul kawan-kawan?
537. MAHASISWA :
(KOOR)
Betuuul…!!
538. IBU DPRD :
(JENGKEL BERAT)
Baik. Akan saya sampaikan kepada Ibu Walikota.
(MEMOTRET TIGA
MASISWA MEMAKAI HP) Tetapi jikalau nanti terjadi sesuatu yang buruk, kalian
yang harus bertanggung jawab.
539. MAHASISWA :
(KOOR, BERSEMANGAT)
Kami siap bertanggungjawab. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Hidup
mahasiswa. Hidup rakyat.
IBU DPRD PUN PERGI TANPA HASIL, WAJAHNYA MERAH PADAM.
EXIT.
540. SENIMAN :
Jadi? Kalian sudah tahu soal apa tuntutan aksi mogok
bapak-ibu ini?
541. MAHASISWA :
(MERASA BANGGA) Sebenarnya belum. Itu tadi cuma ngawur, asal saja.
Tapi yang penting terkesan cerdas dan bisa mematahkan argumenorang DPR.
542. WARTAWAN :
Betul. Tadi itu jawaban cerdas.
543. WARTAWAN :
Terus bagaimana kelanjutan sekarang?
544. SENIMAN :
Kita teruskan mengungkap misteri titik NOL.
545. WARTAWAN :
Oh, iya. Hampir lupa kita. Ayo kita lanjut.
546. MAHASISWA :
Awas. Jangan ganggu bapak-ibu ini lagi. Kami siap
melawan.
547. SENIMAN :
Jangan khawatir. (MENGINGAT-INGAT)
Sampai mana tadi?
548. WARTAWAN :
Tadi anda menangis di kaki bapak dan ibu ini.
549. SENIMAN :
Oh, iya. Aku ingat. Aku menangis, terus aku di seret ke
sana.
SI SENIMAN BERUSAHA MEREKA-ULANG ADEGAN DISERET
MAHASISWA, TETAPI DILAKUKAN SENDIRI TANPA MAHASISWA.
550. SENIMAN :
(SAMBIL BERGERAK
MENGULANG ADEGAN)
Aku tadi disini, terus.. Oh, saya tadi menangis (MENANGIS) kemudian diseret ke sana.
(SEOLAH TERSERET) Begini….begini….terus begini…. Sampai sini aku
dibanting begini, lalu aku jatuh begini.
551. WARTAWAN :
Persis.
(MENGAJAK REKANNYA
MEREKA ULANG ADEGAN)
Terus anda kami angkat, begini…Ya, tadi begini…. terus
kami bawa ke sini…, stop, berhenti di sini.
552. SENIMAN :
Ah, ya, betul. Jadi, kita mulai dari sini lagi. Oke?
553. WARTAWAN :
Oke.
554. SENIMAN :
All right. Emm……? (KE WARTAWAN) Boleh saya ke sana lagi?
555. WARTAWAN :
(JENGKEL CAMPUR KECEWA)
Jangan. Sudah, jangan diulang-ulang.
556. SENIMAN :
Bukan mau mengulang adegan. Tapi saya mau memulai
menjawab teka- teki ini dari sana. Dari titik NOL. Soalnya password-nya ada di sana.
557. WARTAWAN :
Oh, begitu? Ya, boleh. Boleh. Ayo kita mulai lagi.
ROMBONGAN WARTAWAN MASUK DENGAN SUARA GADUH. DUA WARTAWAN
LANGSUNG MENYAMBUT.
SENIMAN KITA TAMPAK JENGKEL DAN TERGANGGU, IA BERJONGKOK
SAMBIL BERTOPANG DAGU.
558. WARTAWAN :
Mana vitamin kami?
559. WARTAWAN :
Beres. Sini.
(MENGAJAK DUA KAWANNYA
MENEPI, MEMBAGIKAN DUA AMPLOP,
MENGERLING)
Mahasiswa. Ssstt…!
560. WARTAWAN :
(MENYIMPAN AMPLOP
RAPI-RAPI) Terima kasih.
561. WARTAWAN :
Bagaimana jumpa pers-nya tadi?
562. WARTAWAN :
Sudah selesai. Rilisnya sudah aku kirimkan ke nomor
kalian. Langsung dibikin beritanya saja. Kami tadi sudah beres semua beritanya.
Kalian tinggal copy-paste, edit
sedikit, kasih foto, upload, beres.
563. WARTAWAN :
Terima kasih sobat. (MENGAJAK
‘TOAST’).
564. WARTAWAN :
(‘TOAST’)
Sama-sama. Terus tadi yang di sini gimana? Sudah beres?
565. WARTAWAN :
Hampir. Banyak gangguan sih. Tuh, orangnya ngambek.
Sekarang giliran kalian yang ngurus. Lanjutkan.
566. WARTAWAN :
Oke. Siap. Lanjutkan.
DUA WARTAWAN KEMUDIAN ASIK MEMBUAT BERITA DI HP
MASING-MASING, SALING MENYONTEK, SALING BERDISKUSI. SEMENTARA ITU WARTAWAN YANG
LAIN MASIH BERSANTAI DENGAN POSISINYA MASING-MASING. SEORANG WARTAWAN BERGERAK
MENDEKATI SI SENIMAN YANG SEDANG DONGKOL.
567. WARTAWAN :
(KEPADA SENIMAN)
Bagaimana tadi? Sudah apa belum?
568. SENIMAN :
(MASIH DONGKOL)
Apanya yang sudah?
569. WARTAWAN :
Misterinya. Sudah terkuak belum?
570. SENIMAN :
Mana bisa? Kalian datang mengganggu konsentrasiku.
571. WARTAWAN :
Ya maaf. Tadi kan kami sudah janji sehabis jumpa pers di
sana langsung kesini. Sorry banget
kalau sudah mengganggu. Masih bisa dilanjut kan?
572. SENIMAN :
Masih bisa. Tapi tolong jaga jangan sampai ada lagi yang
mengganggu.
573. WARTAWAN :
Siap. Amankan.
(KEPADA
KAWAN-KAWANNYA) Teman-teman, mari kumpul sini.
(SEJURUS TENGOK SANA-TENGOK
SINI. SETELAH YAKIN PARA WARTAWAN SUDAH BERKUMPUL SEMUA)
Semua sudah kumpul. Ayo kita lanjut.
574. SENIMAN :
Oke. Dengan satu syarat. Tidak boleh ada yang mengganggu
konsentrasiku lagi. Masing-masing bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaanku.
Amankan saya dari setiap gangguan. Sanggup?
575. WARTAWAN :
(KOOR)
Sanggup…!!
576. SENIMAN :
Good. Sekarang kita lanjut.
SENIMAN MENGAMBIL TEMPAT DEKAT TUGU, DUDUK BERSILA,
MENGAMBIL NAPAS DAN MEMEJAMKAN MATA. PARA WARTAWAN BERSIAGA MENGAMANKAN DI
SEKITAR SENIMAN. SESAAT KEMUDIAN MATA SENIMAN TERBUKA LALU BANGKIT BERLUTUT
SEBELAH KAKI, MENYEMBAH HORMAT KEPADA
SUAMI-ISTRI. DUA TELAPAK TANGANNYA DISATUKAN, DIANGKAT KE UJUNG HIDUNG,
KEMUDIAN DITURUNKAN DI DADA LAYAKNYA PUNGGAWA KERAJAAN JAWA MENGHORMAT KEPADA
RAJA DAN RATU.
577. SENIMAN :
(KEPADA PESERTA
AKSI) Salam hormat saya Yang Mulia. Tuan dan Nyonya ternyata sangat luar
biasa. I really admire you.
578. WARTAWAN :
Kok jadi tuan dan nyonya sih? Sebenarnya ada apa?
579. WARTAWAN :
(BERBISIK) Ssssttt…. Diam!
580. SENIMAN :
Saya benar-benar kagum kepada Tuan dan Nyonya. Sungguh
tidak kami sangka, di kota ini ada manusia luar biasa seperti Tuan dan Nyonya. Ijinkan
kami semua memberi hormat. Salam hormat kami Yang Mulia.
SENIMAN KITA MENGHORMAT LAGI, MEMBERI ISYARAT MENGAJAK
PARA WARTAWAN BERLUTUT DAN MENGHORMAT. SEMUA WARTAWAN MENGIKUTI
.
581. WARTAWAN :
(KOOR) Salam
hormat kami Yang Mulia.
MELIHAT ADA GEJALA YANG ENTAH APA, SEMUA APARAT KEAMANAN
MENJADI LEBIH SIAGA. SI POLISI MENDEKATI DAN MEMBISIKKAN SESUATU KEPADA DUA
ORANG POL PP. ENTAH APA. KETIGANYA KEMUDIAN MENGAMBIL POSISI PENGAMANAN LEBIH
STRATEGIS.
582. SENIMAN :
(NADA SUARANYA
MENDAYU) Sungguh Tuan dan Nyonya telah mengajarkan sebuah ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kami, bagi kemaslahatan umat manusia di
seluruh jagat. Menjadikan kami memahami sepenuhnya apa arti dan makna TITIK NOL
dalam kehidupan yang agung ini. Tuan dan Nyonya pantas dijunjung tinggi sebagai
pemimpin agung bagi umat manusia sejagat.
583. ASONGAN :
‘Raja dan Ratu Agung Sejagat’. Atau lebih pas : ‘TITIK
NOL EMPIRE’. Gelar yang bagus.
(TEPUK TANGAN,
HANYA SEBENTAR, SEBAB ADA SESEORANG WARTAWAN YANG MENDATANGINYA).
SEORANG WARTAWAN MARAH, MENGHAMPIRI SI ASONGAN DAN
MELOTOT MENGANCAM DENGAN KEPAL TANGAN TANPA SEPATAH KATAPUN. SI ASONGAN SURUT
SELANGKAH DAN DUDUK. SI WARTAWAN PUAS, LALU BALIK KE TEMPAT SEMULA, BERLUTUT
DAN KEMBALI PADA SIKAP MENGHORMAT.
SENIMAN BERJONGKOK MUNDUR TIGA LANGKAH, MENGAMBIL SIKAP
HORMAT SEPERTI YANG PERTAMA IA LAKUKAN. BERPUTAR ± 30º, KEMUDIAN BANGKIT
BERDIRI, PANDANGANNYA DISAPUKAN KE LANGIT.
PARA WARTAWAN MENGIKUTI, MENIRU SIKAP SENIMAN, MATA
MEREKA JUGA MENYAPU LANGIT.
584. SENIMAN :
Lihatlah alam semesta raya ini. Mereka turut merasa
bahagia. Hari ini begitu cerah, berumpun-rumpun awan putih menghias langit
dengan bentuk-bentuk yang indah. Di sana berbentuk bidadari, di sana seperti
kuda sembrani, ada di sana seperti sepasang merpati berpadu kasih. Mereka bergantian
memayungi Tuan dan Nyonya. Angin yang sepoi-sepoi menimang mesra dedaunan,
seperti tak merelakan sehelaipun daun jatuh di tanah. Tidakkah kalian
melihatnya?
585. WARTAWAN :
(KOOR) Yaaa….
Kami melihatnya.
586. SENIMAN :
Burung-burung yang biasanya sepi, kini beterbangan di
angkasa raya. Yang berkumpul di ranting-ranting pohon, semua berkicau riang.
MENGALIHKAN PANDANGANNYA, MENYAPU HORIZONTAL. PARA
WARTAWAN SEMAKIN KHUSUK MENGIKUTI SETIAP GERAK SI SENIMAN.
587. SENIMAN :
Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu dan kumbang menari-nari
indah. Belalang melompat-lompat riang dengan kakinya yang perkasa.
588. ASONGAN :
(BERTERIAK SENANG) Capung juga ada. Lihaaat…! Itu di sana.
589. WARTAWAN :
Husss…! Diaaam! (MENEMPEL
TELUNJUK DI BIBIR).Sssttt…..!!
590. SENIMAN :
(MENENGADAH)
Oh, Tuhan yang Maha Pemurah, Engkau telah
menunjukkan restu-Mu.
591. WARTAWAN :
(KOOR) Aamiin….
592. SENIMAN :
Tidak ada yang lebih agung dari-Mu yaa… Tuhan.
593. WARTAWAN :
(KOOR) Aamiin…
SENIMAN MENUJU TUAN DAN NYONYA, BERLUTUT, DUA TANGAN
DIREKATKAN RAPAT DI DADA. PARA WARTAWAN MENGIKUTI DI BELAKANGNYA.
PARA PETUGAS SEMAKIN MENINGKATKAN KESIAGAAN. KETIGA
MAHASISMA PUN MERAPAT, BERSIAGA MENGAMANKAN PESERTA AKSI MOGOK.
594. SENIMAN :
(MENANGIS) Tuan
dan Nyonya, tidakkah Tuan dan Nyonya merasakan bahwa Tuhan dan alam semesta
raya menyambut dengan restu yang agung dan tulus?
595. WARTAWAN :
(TURUT MENANGIS)
Salam hormat kami Yang Mulia.
596. SENIMAN :
(DALAM TANGIS)
Kami semakin takjub pada Tuan dan Nyonya. Maafkan kami yang selama ini telah
buta mata dan hati. Kami selama ini hanya memuja nafsu semata. Kami lupa bahwa
sebagai manusia, sebagai khalifah di
bumi ini, seharusnya berpikir, bersikap, dan bertindak bijaksana. Sebaliknya,
justru kami telah berbuat jahat pada kehidupan. Kami serakah, kami tak lagi
peduli. Kami hanya memikirkan diri sendiri.
SENIMAN BANGKIT, BERJALAN MUNDUR DIIKUTI OLEH PARA
WARTAWAN.
597. SENIMAN :
Wahai semua yang ada di sini. Semua saja yang bisa
mendengar suaraku. Inilah waktunya membongkar rahasia : mengapa Yang Mulia Tuan
dan Nyonya melakukan aksi mogok tanpa perlu memberi tahu alasan dan tujuan yang
sebenarnya. Tidak kepada semua orang. Tetapi mata-batinku bisa meraba dan menyentuh
relung hati dan pikiran Tuan dan Nyonya ini.
(KEPADA WARTAWAN) Oke. Sekarang catat baik-baik.
MENDENGAR ITU, PARA WARTAWAN SEGERA MENGELUARKAN DAN
MENYIAPKAN PERALATAN MEREKA. SEDIKIT MERAPAT KE SENIMAN.
SIKAP MEREKA BERUBAH MENJADI WARTAWAN TULEN.
SI ASONGAN YANG MASIH DI SUDUT IKUT MENGELUARKAN CATATAN.
598. SENIMAN :
Every body, are you
ready?
599. WARTAWAN :
(KOOR) Yes…!!
600. SENIMAN :
(BERUBAH GAYA.
KEMBALI KE GAYA ASAL)
Good. Attention
please. Don't
stop my talk before I stop myself. Okey?
Can you all promise me
about this?
601. WARTAWAN :
Ngomong
apa sih? Bahasa Indonesia saja. Aku nggak ngerti.
602. SENIMAN :
Gampang,
buka ‘Google Translate’. Aku
belajarnya juga dari situ.
603. WARTAWAN :
Aah…
ribet.
604. WARTAWAN :
Iya. Ayo langsung saja bahasa Indonesia.
605. SENIMAN :
Baik,
kita lanjut. Yang pertama. Password-nya
adalah tugu ini. Titik Nol. Bahwa Tuan dan Nyonya melakukan aksi tepat di tugu
ini ingin memberi sinyal kepada semua orang untuk tidak melupakan arti dan makna
NOL. Sebuah simbol tidak butuh diucapkan, tidak butuh ditulis. Kita cukup
memahami apa maksud dan tujuan pada simbol itu. Contoh konkretnya adalah trafick light. Tanpa diucapkan, semua
orang paham, lampu merah tanda berhenti dan lampu hijau tanda silakan jalan. Memahami
simbol adalah kunci memahami pesan apa yang tersirat dan terkandung di dalam
simbol itu. Demikian pula dengan simbol NOL. Bahwa NOL atau kosong adalah ada
atau eksis meski tak bisa dilihat dan tidak bisa disentuh. Tetapi akan mudah
memahami jika orang mampu melihati nur atau cahaya yang terpancar di dalam NOL.
Betul?
606. WARTAWAN :
(KOOR)
Betuuul…!
607. SENIMAN :
NOL
tidak dapat diabaikan dalam setiap membuat perhitungan. No Value Without Zeros. Tak akan ada nilai tanpa ada NOL. Jadi NOL itu
ada. Hukumnya mutlak dan wajib ada. Sebab NOL itu merupakan kebenaran hakiki
anugerah Tuhan kepada setiap makhluk, terlebih umat manusia . Sudah dicatat?
608. ASONGAN :
Sudaaah…!
PARA
WARTAWAN MENOLEH KE ARAH SUMBER SUARA. ASONGAN KAGET, SECEPAT KILAT
MENYEMBUNYIKAN CATATANNYA, PURA-PURA TIDAK MEMPERHATIKAN. PARA WARTAWAN KEMBALI
TERPUSAT KE SENIMAN, SIAP MENCATAT/MEREKAM LAGI.
609. SENIMAN :
Contoh
sederhana adalah musik. Musik adalah rangkaian nada dan tempo yang disusun
menbentuk irama menjadi indah. Di antara rangkaian nada terdapat ruang kosong
yang menjadikan tempo. Ruang kosong itu adalah NOL. Artinya di dalam musik atau
irama wajib hukumnya terkandung NOL. Irama kehidupan juga sama. Ada NOL sebagai
pengatur ritme yang memberi nuansa indah, sehingga manusia dapat menjalani kehidupannya.
Jika NOL tidak ada, maka kehidupan juga tidak ada. Jadi kesimpulannya, NOL
adalah sifat wajib yang indah. Karena NOL merupakan sifat atau unsur mutlak
yang membentuk keindahan, maka NOL juga berarti CINTA. Pendeknya, NOL adalah
istana Cinta yang paling hakiki yang wajib dimiliki oleh setiap makhluk sejagat
semesta. Jagat makro maupun jagat mikro. Dan Cinta itu utuh di dalam NOL. Demikian
juga cinta Tuhan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.
B-u-l-a-t,
bulat sempurna.
(DUA TELUNJUK DAN DUA JEMPOL MEMBENTUK
LINGKARAN).
Jadi
tidak salah jika lambang NOL adalah lingkaran atau bulat. Sayang, tidak ada
sama sekali bentuk bulat pada tugu itu.
(BERTERIAK MARAH) Design tugu itu salah besar. Bentuk tugu itu telah melecehkan NOL
dan CINTA. Inilah akibatnya jika tidak pernah mau melibatkan seniman dalam
setiap proses pembangunan.
Betul?
610. WARTAWAN :
(KOOR)
Betuuul….!
TEPUK
TANGAN GEMURUH BERCAMPUR SUITAN
611. WARTAWAN :
Pembangunan
gagal.
612. ASONGAN :
(TERIAK GAYA MELEDEK) Hidup seniman.
613. KOOR :
Hiduuup….!!
614. SENIMAN :
(BERTAMBAH SEMANGAT) Manusia sekarang
telah mengabaikan NOL di dalam hidupnya. Maka tak heran jika kejahatan
merajalela. Kebohongan dipuja-puja. Etika dan nalar tidak ditegakkan secara
benar. Kejahatan, kebohongan, hukum, semua sudah menjadi industri untuk kepentingan
segelintir orang. Cinta kasih telah dijauhkan dari kehidupan. Kebenaran dan
keadilan sudah dirampok habis-habisan. Betul?
615. KOOR :
Betuuuul…..!!
SEMUA
BERTEPUK TANGAN. KINI PARA MAHASISWA IKUT BERTEPUK TANGAN.
616. MAHASISWA :
(BERSEMANGAT) Korupsi merajalela. Nafsu
kekuasaan sudah tidak terkendali. Demokrasi dikebiri. Hak-hak rakyat
dikangkangi para cukong tak bermoral. Kita harus melawan. Kita harus turun ke
jalan. Hanya ada satu kata : Lawan…! Kita harus melawan habis-habisan. Setuju?
617. KOOR :
Setujuuu….!!
618. ASONGAN :
(GAYA MENGEJEK LAGI, CENGINGISAN) Hidup
mahasiswa.
619. `KOOR :
Hiduuup….!!
REPORTER
TIVI DAN KAMERAMEN MASUK. SEPERTI BIASA, LANGSUNG MENGAMBIL TEMPAT YANG TEPAT.
YANG LAIN TERPAKSA MEMBERI TEMPAT.
620. REPORTER :
Selamat
sore. Wah meriah sekali di sini. Permisi, permisi.
621. KAMERAMEN :
Mundur
sedikit, ke kanan, ya cukup. Kamera rolling.
Oke, tiga, dua…
622. WARTAWAN :
Tunggu.
(TANGANNYA MENUTUPI LENSA KAMERA)
Minggir.
(MENDORONG KAMERAMEN) Minggir dulu. Kami
baru mulai, tunggu kami selesaikan dulu baru kalian boleh ambil gambar.
623. REPORTER :
(MARAH) Apa hak anda melarang kami? Kami reporter resmi. Kami - bekerja dilindungi undang-undang. Anda
wartawan juga kan? Anda pasti paham undang-undang pers. Jangan halangi kami
bekerja.
624. WARTAWAN :
(GUGUP. MELUNAK) Emm… anu… Bukan begitu.
Kalian bebas bekerja, tapi anu dulu, maksud kami… kami mintakan ijin dulu ke
dia.
(MENUNJUK SENIMAN). Soalnya dia tadi
sudah terlanjur seru. Jadi….
625. REPORTER :
(KEPADA SENIMAN, BERUBAH RAMAH)
Eh…
ada seniman besar di sini. Aduhh… kebetulan sekali. Bener kata pepatah, kalau
sudah rejeki tak akan kemana. (MENDEKAT
KE SENIMAN) Saya mohon wawancara. Sedikit statement dari anda. Boleh?
626. SENIMAN :
(SENYUMNYA MENGEMBANG) Saya? Wah…, boleh
sekali.
627. REPORTER :
Aduuh…
terima kasih banyak sudah bersedia. Tunggu sebentar ya, kami persiapkan dulu
kameranya. Ayo, agak kesini. Bagaimana kamera?
628. KAMERAMEN :
(BERGESER SEDIKIT, MENGARAHKAN KAMERA,
MEMASTIKAN ANGLE-NYA TEPAT)
Ya.
Disitu cukup bagus. Kamera rolling. Tiga, dua, satu, go.
629. REPORTER :
Selamat
sore pemirsa di rumah. Kembali saya melaporkan suasana di lokasi aksi mogok
makan. Bersama saya sudah ada seorang tokoh, tepatnya beliau salah satu seniman
besar di kota ini yang nanti akan memberikan pendapatnya tentang aksi mogok
makan di sini. Selamat sore Bapak. Saya panggilnya bapak atau mas ya?
630. SENIMAN :
Mas
saja. Iya. Karena seniman itu tidak pernah tua. Banyak yang jauh lebih tua dari
saya tetap dipanggil Mas.
631. REPORTER :
Baik.
Pemirsa layar kaca di rumah, sebelum saya mewawancarai mas seniman ini, saya
akan menyampaikan informasi terkini dari….
632.
SENIMAN :
(MEMOTONG) Sekarang saja, saya sudah
siap.
(MELAMBAI GENIT KE KAMERA). Hai...,
selamat sore pemirsa. Saya mau wawancara.
633. REPORTER :
(MENOLEH KE SENIMAN SEBENTAR) Baik pemirsa,
saya sudah mendapatkan beberapa informasi yang akan saya bagikan untuk anda semua
di rumah. Seperti yang telah saya laporkan sebelumnya bahwa sekarang ini sedang
berlangsung rapat tertutup di ruang rapat Walikota. Dihadiri oleh para pimpinan
daerah setempat atau FORKOPIMDA dengan beberapa unsur seperti para tokoh agama
dan LSM, juga ada unsur dari perguruan tinggi, membahas aksi mogok makan yang
sedang berlangsung di sini. Namun demikian saya belum bisa melaporkan kepada
pemirsa di rumah apa hasil yang sudah dicapai dalam rapat tersebut sebab sampai
sekarang masih berlangsung. Tadi kami juga sempat berada disana, tetapi tidak
diperkenankan masuk untuk meliput jalannya rapat. Namun demikian kami berhasil mewawancarai
salah satu tokoh penting juga yaitu…
634. SENIMAN :
(MEMOTONG. BERGAYA PEJABAT) Baik pemirsa,
kalau menurut pendapat saya…
635. REPORTER :
(MEMOTONG) Eh… belum Mas. Sebentar ya,
saya masih hendak menyampaikan informasi penting dulu.
636. SENIMAN :
Oh,
begitu? Boleh, silakan disampaikan dulu. (HENDAK
NGELOYOR)
637. REPORTER :
(MENANGKAP TANGAN SENIMAN)
Eh…
sini mas. Mau ke mana? Sebentar saja kok. Mohon sabar ya.
638. SENIMAN :
Oh,
baik. (BERLAGAK BIJAK) Jangan
khawatir, saya ini orangnya penyabar. Sungguh, saya tidak bohong. Kalau tidak
percaya bisa ditanyakan pada semua yang ada di sini.
639. REPORTER :
Iya,
percaya. Baik pemirsa, mohon maaf. Karakter seniman memang selalu unik. Oke,
saya lanjut. (MEMBENARKAN POSISI HEADSET)
E…,
ya, oke. Menurut tokoh politik senior yang tergolong berpengaruh di kota ini
dikatakan bahwa aksi mogok makan yang berlangsung sejak subuh tadi hingga sore
ini sangat mengejutkan semua pihak. Beliau menyatakan sangat respek ataupun sangat menghargai aksi
ini. Beliau sampaikan juga bahwa aksi ini sudah membuat para pemangku kebijakan
sangat ketakutan. Khawatir ada efek domino yang menyertai aksi ini. Menurut
beliau aksi ini pasti berkaitan dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap
pembangunan di kota ini. Seperti proyek jembatan yang macet, kondisi jalan yang
buruk, sarana prasarana publik yang belum bagus. Terlebih soal lambannya
pelayanan masyarakat. Belum tersedianya
fasilitas-fasilitas
umum untuk masyarakat agar dapat bebas berekspresi, seperti stadion dan gedung olah
raga yang layak maupun sarana dan prasarana kesenian. Kurangnya fasilitas
pendidikan yang memadai juga disebut. Dan masih banyak lagi. Padahal menurut
tokoh politik tersebut, kota ini memiliki anggaran yang cukup besar sebagai sebuah
kota kecil. Demikian informasi penting
yang bisa saya sampaikan. Sekarang
giliran saya wawancarai tokoh seniman yang cukup terkenal di kota ini. Mas,
ap...
640. SENIMAN :
(NYEROBOT. BERGAYA BAK PEJABAT) Baik pemirsa di rumah.
Saya
kira saya idem dengan pendapat bapak
politik yang tadi disebutkan. Semua yang ingin saya sampaikan sudah dipaparkan secara
detail dan gamblang oleh beliau. Jadi,
saya ogah menambah-nambah lagi. Semua sudah lengkap dan jelas.
(GENIT) Terima kasih pemirsa, saya akhiri
sekian. Daah… daah…
(MELAMBAI TANGAN DAN NGELOYOR)
641. REPORTER :
(BINGUNG SEBENTAR) Emm... baik… ya.
Pemirsa di rumah, saya akhiri dulu laporan pada sore hari ini. Sampai berjumpa
pada laporan berikutnya di stasiun televisi kesayangan anda. Saya kembalikan ke
studio.
SEPERTI
SEBELUMNYA, SELESAI REPORTASI LANGSUNG MENINGGALKAN TEMPAT TANPA PAMIT.
SEPENINGGAL KRU TIVI, PARA WARTAWAN KEMBALI NGEDUMEL.
642. WARTAWAN :
Cuma
begitu saja mestinya tidak usah disampaikan di sini.
643. WARTAWAN :
Dasar
orang tivi.
\
644. WARTAWAN :
Ayo,
lanjut yang tadi. (KEPADA SENIMAN)
Ayo kita teruskan.
645. SENIMAN :
Sampai
mana tadi. Aku lupa.
646. WARTAWAN :
(MEMERIKSA CATATAN) Tadi sampai…. Ah,
ini. Sampai poin satu kalimat terakhir … para perampok sudah dihabisi oleh….
Apa ya tadi?
647. WARTAWAN :
Ngawur.
Ini yang betul, kebenaran dan keadilan sudah dirampok sampai habis tak tersisa.
648. SENIMAN :
What? Pasti salah. Masa saya bilang gitu? Itu
sangat memalukan aku.
649. WARTAWAN :
Alaaah… sudah. Itu tadi nulisnya harus kilat, kan nanti masih diedit.
650. SENIMAN :
Oh,
gitu? Oke, lanjut.. Jadi, sekarang masuk poin kedua. Oke. Catat baik-baik,
jangan salah tulis lagi. Bikin malu saja. Siap?
651. WARTAWAN :
(KOOR) Siaaap…!
652. SENIMAN :
Berikutnya.
Tadi yang pertama kesimpulannya : NOL adalah CINTA. CINTA juga merupakan…
653. WARTAWAN :
(MEMOTONG) Ini masih yang pertama atau
sudah masuk poin kedua?
654. SENIMAN :
(JENGKEL) Aduh…, sudah masuk yang kedua.
Jangan dipotong, aahh...
655. WARTAWAN :
Oke,
yang kedua. Lanjut.
656. SENIMAN :
CINTA
juga merupakan kunci untuk membuka misteri tujuan mogok makan ini. Jikalau NOL
adalah dasar filosofi, maka Cinta merupakan jalan menuju tujuan. Tuan dan
Nyonya Yang Mulia telah memberikan sinyal arah yang jelas bagaimana manusia
harus menjalani kehidupan yang bahagia. Jelas sekali, beliau berdua adalah prototype dari kesejatian cinta. Beliau
berdua adalah contoh yang sempurna bagi kita semua bagaimana seharusnya
mengabadikan jalan cinta dengan murni tanpa syarat. Sebab sejatinya cinta
memang tidak memerlukan syarat apapun. Cinta ya Cinta. Titik.
657. WARTAWAN :
Oke.
Titik. Sudah?
658. SENIMAN :
Belum.
Jangan dipotong, nanti aku beri tahu kalau sudah selesai.
659. WARTAWAN :
Oh,
maaf. Silakan lanjut.
660. SENIMAN :
Oke.
Lanjut lagi. Cinta adalah jalan mulia. Jalan mulia itu pada akhirnya juga akan
bermuara di titik NOL. Artinya, Nol dan Cinta adalah kesatuan yang utuh.
Lingkaran yang tak akan pernah pupus oleh sebab apapun. Penderitaan sedahsyat
apapun tak akan mampu memutus rantai kokoh itu. Jika manusia sudah kehilangan
Cinta di dalam dirinya, terhadap diri sendiri, seseorang atau benda, bahkan
kepada Tuhannya, itu artinya manusia tersebut mata hatinya sedang tertutup oleh
nafsu dan hasrat buta yang sebenarnya akan berakibat melukai diri sendiri
dengan tanpa disadari. Cinta tidak pernah menuntut apapun, sebab Cinta hanya
mengenal memberi. Jikalau terlalu banyak menuntut maka dapat dipastikan itu
bukan bersumber dari Cinta. Manusia yang selalu menuntut untuk dicintai, pasti tuntutan
itu akan melukai diri sendiri sangat dalam. Sekaligus, ia telah kehilangan
miliknya yang paling hakiki sebagai manusia. Yaitu, derajat di hadapan Tuhan
sebagai makhluk yang paling mulia.
SEMUA
BERTEPUK TANGAN. AIR MATA SEPASANG SUAMI ISTRI DI BAWAH TUGU MULAI MEREMBES
KELUAR. MEREKA TAMPAK MULAI GELISAH.
661. SENIMAN :
Cinta
itu suci, tidak dapat dikotori oleh apapun. Cinta tak dapat ditipu. Sebab Cinta
tak pernah lari dari titik NOL. Titik NOL adalah semacam malaikat yang selalu
menjaga kemurnian Cinta tanpa syarat, seperti alam semesta raya yang selalu
mengabdi murni kepada Tuhannya.
Kesimpulannya,
camkan baik-baik, Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang paling hakiki. Memiliki
Cinta, berarti memiliki kekuatan maha dahsyat tiada tanding.
(SENYUMNYA KEMBANG) Sekian. Terima kasih.
(MEMBUNGKUK HORMAT).
SEMUA
BERTEPUK TANGAN. SEPASANG SUAMI ISTRI TAK TERASA MENANGIS SEJADI-JADINYA. LAKBAN
DI MULUT, ENTAH SEJAK KAPAN, TAK ADA LAGI.
MEREKA
BERPELUKAN DALAM TANGIS. PEMANDANGAN YANG MEMBUAT
SEMUA
ORANG TERKESIAP, SEPERTI MENYAKSIKAN
SEBUAH KEAJAIBAN.
SENIMAN
BERGESER PERLAHAN MENUJU SEPASANG KEKASIH YANG SEDANG BERPELUKAN. SANG SENIMAN
BERJALAN SAMBIL BERTEPUK TANGAN DI ATAS KEPALA. SEMUA ORANG IKUT BERTEPUK
TANGAN.
662. SENIMAN :
(MENUNDUK HORMAT KEPADA TUAN DAN NYONYA)
Sekarang
kami mohon dengan hormat, Tuan dan Nyonya memberikan petuah kepada kami semua.
Sekaranglah saat yang tepat bagi Yang Mulia memuliakan kami yang ada di sini.
Mari, kami persilakan Yang Mulia.
KINI
SEMUA PERHATIAN TERPUSAT KEPADA TUAN DAN NYONYA. SEMUA BERTEPUK TANGAN. SI
ASONGAN, POLISI, POL PP. SEMUANYA TANPA KECUALI.
TUAN
DAN NYONYA TAMPAK ANGGUN DAN BERWIBAWA. MEREKA BERDUA MENGANGKAT TELAPAK
TANGAN, SEMUA TERDIAM. SENYAP TANPA SUARA.
663.
NYONYA :
Seharusnya
kami yang mesti berterima kasih kepada kalian semua. Sekaligus memohon maaf
yang sebesar-besarnya, karena kami telah sangat merepotkan semua orang. Kami
tidak mengira sama sekali jika akan menjadi seperti ini. Sungguh, dengan tulus
kami meminta maaf.
SEMUA
ORANG TAKJUB, SEMUA BERTEPUK TANGAN. KEMUDIAN SUASANA KEMBALI SENYAP SAAT
TELAPAK TANGAN TUAN DIANGKAT.
664. TUAN :
Saya
baru tadi menyadari kesalahan kami ada pada kalimat yang tertulis di sini.
Seharusnya kami tulis : “AKSI SALING DIAM”. Bukan ditulis ‘MOGOK MAKAN’ seperti
ini. Mohon maaf kalau kami salah pilih kata. Ahh.., sebaiknya sekarang saat
untuk mengatakan yang sebenarnya.
(MENYANDARKAN TULISAN DI TUGU)
Mohon
dicatat baik-baik agar tidak terjadi salah pengertian lagi.
PARA
WARTAWAN SEGERA MENYIAPKAN PERLENGKAPAN MASING-MASING DAN SIAP BERAKSI.
665. TUAN :
Sesungguhnya,
jauh dilubuk hati kami tidak setitikpun terbersit sengaja membuat repot semua
orang. Perlu digarisbawahi, bahwa kami sama sekali tidak bermaksud buruk, tidak
punya niat jahat kepada siapapun. Tidak
ada maksud politik apapun, sebab kami ini sama sekali tidak mengerti politik.
Saya, atau kami, sangat menghargai dan menghormati semua pendapat yang sudah
disampaikan semuanya seharian tadi di sini. Khususnya tentang Cinta dan makna
Titik Nol. Sungguh, saya kagum.
SEMUA
ORANG BERTEPUK TANGAN LAGI. PARA WARTAWAN SEPERTI TERHIPNOTIS LUPA PADA TUGAS
PROFESINYA.
666. NYONYA :
(KEPADA SUAMINYA) Sayangku, waktu sudah
segini sore. Sebaiknya kita segera menyampaikan kebenaran dari seluruh cerita
kita berdua.
667. TUAN :
Baiklah
kekasihku. (DIAM SEJENAK, MENGAMBIL NAFAS)
Emm…
Saudara-saudara sekalian, tepat pada hari ini adalah ulang tahun perkawinan
kami yang ke dua puluh lima. Perkawinan perak kami.
TEPUK
TANGAN SEMAKIN MERIAH, SEMUA BAHAGIA MENDENGARNYA. NYONYA KEMBALI MENGANGKAT
TANGAN UNTUK MENENANGKAN SUASANA.
668. TUAN :
Di
usia perkawinan perak kami, banyak sekali kisah perjalanan hidup yang kami
alami bersama. Hari ini kami telah membuktikan bahwa kami berdua masih saling
mencinta. Kekuatan cintalah yang membuat kami bertahan. Jika bukan karena
kekuatan cinta, mana sanggup kami berdiri bertahan dalam durasi waktu yang
tidak masuk di akal. Dari subuh hingga sesore ini, bukan waktu yang pendek
untuk mampu bertahan berdiri di sini. Pasti. Ini semua berkat kekuatan cinta. Bukankah
begitu bidadariku?
669. NYONYA :
Benar
sekali kekasihku yang tampan.
(KEPADA SEMUA ORANG) Saya akan
menyampaikan dengan sejujur-jujurnya kepada kalian.
Bahwa
sesungguhnya hari kemarin hampir saja kami memutuskan untuk berpisah. Bercerai
selamanya. Tetapi Tuhan maha pengasih, Tuhan maha bijaksana. Tuhan maha
pemurah. Rasanya, kesalahan dan kebodohan kami berdua telah diberi jalan
terang. Rumah tangga kami selamat sekarang. Oh, kekasihku yang tampan, entah
apa jadinya hidupku tanpa ada dirimu.
NYONYA
MULAI TERISAK-ISAK LAGI. PERNYATAAN NYONYA MEMBUAT SEMUA ORANG TERCENGANG
HAMPIR TAK PERCAYA. SEMUA BENGONG SEPERTI KAMBING OMPONG.
670. TUAN :
(MEMELUK PUNDAK ISTERINYA) Yang
disampaikan isteriku adalah benar, kenyataan kami memang demikian. Kami nyaris kehilangan
cinta satu sama lain. Dua puluh lima tahun kami belum dikaruniai buah hati. Itu
menyebabkan sepuluh tahun terakhir perkawinan terasa hambar, kami jalani rumah
tangga sedingin es. Semakin lama kami semakin tersiksa. Kami menderita.
(MENGAMBIL NAFAS, TERISAK, MENGGENGGAM TANGAN
ISTRINYA)
Bahkan
akhir-akhir ini kami mulai kehilangan pegangan. Bertengkar terus setiap hari.
Dan puncaknya, tadi malam. Keputusan melakukan aksi saling diam di tempat
bersejarah ini adalah kesepakatan kami berdua untuk saling menguji cinta dan
kesetiaan kami masing-masing sebelum kami benar-benar memutuskan bercerai selamanya.
Sejauh mana kami mampu bertahan, itulah takaran cinta kami berdua.
671. NYONYA :
(MENGAMATI PAMFLET DI UJUNG TONGKAT)
Kami
mohon maaf soal tulisan ini. Kami bikin ini spontan saja saat api amarah kami
berdua sedang ada di puncak. Tetapi
rupanya semua ini merupakan keajaiban.Sepertinya ini adalah sebuah kesalahan,
tetapi Tuhan adalah maha kuasa atas semua rahasia, kesalahan yang kami
buat justru menjadi penyelamat biduk
rumah tangga kami yang nyaris karam.
672. TUAN :
(TAWANYA TERGELAK) Ha…ha…ha…. Alangkah bodohnya kami ternyata.
Ha…ha…ha….ha… Ya, seharusnya kebodohan ini hanya berlaku bagi kami berdua saja.
Kami mohon maaf, kami sudah sangat bodoh, ceroboh, dan terlalu egois. Tetapi
jujur saja, ini menjadi kebodohan kesekian kali yang justru menjadi juru
selamat. Ha…ha…ha…ha…
Sudah
sering kami berdua mengalami yang semacam ini. Ha,,,ha,,,ha,,,,
(MENGGENGGAM ERAT KEDUA TANGAN ISTERINYA.
WAJAHNYA
MENENGADAH KE LANGIT. BERTERIAK
LANTANG)
Ya
Tuhan, jika memang kebodohan Engkau kehendaki menjadi juru selamat bagi hidup
kami, timpakanlah kebodohan sebagai kutukan abadi kepada kami berdua. Asalkan
cinta kami tidak tergoyahkan selamanya.
SEMUA
ORANG BERTEPUK TANGAN KEMBALI. WAJAH-WAJAH BAHAGIA BERMEKARAN. SANGAT MERIAH
BAGAI SEBUAH PESTA KEMENANGAN.
KEMUDIAN
MEREDA KEMBALI UNTUK MEMBERI KESEMPATAN SANG JUARA MERAYAKAN PESTA MEREKA
BERDUA SAJA.
673. TUAN :
(BERLUTUT) Istriku sayang, kekasihku,
bidadariku. Aku sangat mencintaimu. Maafkan kebodohanku.
674. NYONYA :
(MENGANGKAT SUAMINYA) Berdirilah
tampanku. Aku juga memohon
maaf.
Percayalah, aku masih mencintaimu seperti dulu saat pertama kali
kita
bertemu di sini.
(KEPADA SEMUA ORANG) Saudara sekalian. Dulu,
di tempat ini, di Titik Nol ini, kami berdua pertama kali bertemudan jatuh
cinta. Di sini juga kami saling mengikat janji. Akad nikah kami juga dilakukan
di tugu ini. Mungkin kalian masih ada yang ingat?
(MENUNGGU JAWABAN, TETAPI SEMUA ORANG BENGONG)
675. TUAN :
Iya,
aku masih ingat. Waktu itu betapa cantiknya dirimu. Anggun seperti
bidadari.
(MENUNJUKKAN CINCIN EMAS DI JARI MANIS)
Di
tempat ini engkau memasang cincin ini di jari manisku. Hari ini sama persis seperti
dua puluh lima tahun lalu. Rasanya aku baru menemukan cinta untuk kali pertama.
Janji, aku akan mencintaimu sepanjang hidupku.
DUA
KEKASIH BERPELUKAN ERAT DALAM TANGIS BAHAGIA. SEMUA ORANG TAKJUB DAN BERTEPUK
TANGAN. KEMUDIAN DUA SEJOLI ITU MENYALAMI SEMUA ORANG YANG HADIR. SUASANA
SEPERTI DI DALAM SEBUAH PESTA PERKAWINAN. GELAK TAWA DAN CANDA RIANG, BERFOTO
RIA.
SANG
SENIMAN MELEPASKAN DIRI DARI PESTA DAN MENGHAMPIRI PARA PENONTON.
676. SENIMAN :
(KEPADA PENONTON) Orang bilang, seniman
adalah makhluk bermata seribu. Seorang seniman mampu melihat dengan ketajaman
intuisi yang terasah baik oleh tempaan prosses kesenimanannya. Seperti yang
sudah anda saksikan di sini, bagaimana cara seniman bekerja menggunakan ketajaman
intuisinya. Seniman selalu punya cara tersendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan
setiap persoalan. Seorang seniman selalu punya cara untuk membuat banyak orang
bahagia, sebab seniman adalah makhluk yang berada di TITIK NOL dan mengabdi
murni untuk setia pada TITIK NOL.
Jadi,
kalau ada manusia yang mampu menjaga kemurnian TITIK NOL, satu di antaranya
adalah seniman.
Pesan
saya : jangan pernah meremehkan seniman.
Sekian.
Terima kasih.
(MEMBUNGKUK HORMAT)
~ BLACK OUT ~
BOJONEGORO, 24 OKTOBER 2020 |
||
|
Support/donasi/dukungan :