BAGIAN 4 : NASKAH DRAMA SATU BABAK PELANGI DI TITIK NOL

 

NASKAH DRAMA SATU BABAK

PELANGI DI TITIK NOL

Karya : Siswo  Nurwahyudi



( BAGIAN 4 : TAMAT)


501.  WARTAWAN :

Bagaimana? Anda baik-baik saja?

 

502.  WARTAWAN :

Kurangajar mahasiswa itu. Biar aku hajar mereka bertiga.

 

503.  SENIMAN :

(MASIH ADA SISA TANGIS)

Jangan. Mereka masih anak- anak. Masih dalam proses belajar. Biar saja, aku tidak apa-apa.

 

504.  WARTAWAN :

Justru aku mau kasih pelajaran sama mereka. Biar belajar sopan-santun. Menyeret orang seenaknya saja. Kurangajar itu namanya.

 

505.  SENIMAN :

Sudah. Biar mereka begitu. Kehidupan ini butuh anak-anak seperti itu.

 

506.  WARTAWAN :

(BERTEPUK TANGAN) Hebat…! Aku akui anda memang orang yang sangat baik dan penuh pengertian soal kehidupan. Luar biasa. (TIBA-TIBA MENGGERAM) Tetapi kehidupan juga butuh ada yang mau

mengajari orang agar tahu arti sopan santun. (HENDAK BERGERAK KE MAHASISWA, TETAPI TERTAHAN)

 

507.  WARTAWAN :

(MENAHAN)  Sudah. Cukup. Kita wartawan. Bukan preman.

 

SEORANG PEREMPUAN MASUK. IBU DPRD, KALI INI SENDIRIAN. IA LANGSUNG MENUJU TITIK LOKASI AKSI MOGOK. TETAPI TIDAK BISA TERLALU DEKAT SEBAB ADA PARA MAHASISWA YANG SEDANG SIAGA MENGAWAL.

DUA WARTAWAN LANGSUNG DATANG MENYAMBUT DUA PEREMPUAN ITU.

 

508.  WARTAWAN :

Selamat sore Ibu. Kok sendirian? Mbak cantik yang tadi tidak ikut?

(TERSIPU MELIHAT IBU DPRD NYENGIR)

Oh, maaf. Anu…Ganti pertanyaan boleh Bu?

 

509.  IBU DPRD :

Maaf ya, saya baru datang. Nanti saja, setelah urusan saya selesai. Sekali lagi maaf.

 

510.  WARTAWAN :

Satu saja Bu. Apa alasan Ibu datang kemari?

 

511.  IBU DPRD :

(TERSENYUM MANIS) Kan sudah pada tahu. Saya kesini untuk

menemui bapak dan ibu ini. Kok masih tanya?

 

512.  WARTAWAN :

Tahu Bu. Maksud kami, Ibu datang ke sini itu ada kepentingan apa?

 

513.  IBU DPRD :

Ya, baik, oke. Catat ya, saya datang kemari yang pertama ingin memastikan bapak-ibu ini apakah kondisinya baik-baik saja atau dalam keadaan yang mungkin mengkhawatirkan. Kedua, saya mau

mengajak bapak-ibu ini menghadap Ibu Walikota. Ibu Walikota sangat respek terhadap aksi ini. Di sana juga sudah menunggu perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, FORKOPIMDA. Ada juga dari

unsur komisi dan fraksi DPRD, unsur pemuka agama juga ada, LSM juga, unsur perguruan tinggi mungkin juga diundang. Pokoknya lengkap.

 

514.  WARTAWAN :

Wartawan juga diundang Bu? Ada SPJ-nya buat wartawan Bu?

 

515.  IBU DPRD :

Belum tahu. Tetapi tadi dalam rapat terbatas disampaikan bahwa setelah pertemuan rampung baru akan mengundang rekan-rekan wartawan untuk press realese.

 

516.  SENIMAN :

Seniman dan budayawan tidak diundang?

 

517.  IBU DPRD :

Tentu saja tidak. Urgensinya apa? Ini bukan ranah kebudayaan.

 

518.  SENIMAN :

Ini… ini kesalahan yang selama ini tidak disadari. Kesenian dan kebudayaan selalu dianggap konco wingking.

 

519.  WARTAWAN :

Apa itu konco wingking?

 

520.  SENIMAN :

Konco wingking itu istilah Jawa untuk menyebut fungsi perempuan di dalam rumah tangga. Konco artinya teman, wingking itu belakang. Artinya sekedar dianggap teman untuk urusan belakang, yaitu urusan sumur, dapur, dan kasur. Jadinya bias gender. Pendek kata, kebijakan yang menganggap seni dan budaya itu sekedar konco wingking telah menyebabkan tata laksana negeri ini menjadi bias seni dan budaya. Maka jangan salahkan seniman jika bias budaya ini kelak akan mengakibatkan ancaman serius terhadap peradaban di muka bumi.

 

521. IBU DPRD :

Kok ngelantur kemana-mana sih. Ini waktu saya terbatas, mohon jangan diganggu. Biar permasalahan mogok makan ini cepat selesai. Kasihan kan bapak-ibu ini dari subuh berdiri terus di sini.

 

522.  MAHASISWA :

Tidak bisa. Kami mahasiswa menolak jika bapak-ibu ini diseret ke hadapan  Walikota.

 

523.  IBU DPRD :

Yang mau menyeret siapa? Saya datang baik-baik, dan saya berniat membawa bapak-ibu ini secara baik-baik juga. Tidak bermaksud buruk. Apaan sih maksudnya?

 

524.  MAHASISWA :

Tidak bisa. Tetap kami tolak. (KEPADA PESERTA AKSI) Bapak-ibu jangan mau dibawa. Biar mereka yang datang kemari. Kalau perlu kami akan solidaritas ikut aksi mogok di sini bersama bapak dan ibu.

 

525.  WARTAWAN :

(DIANTARA KESIBUKAN MENCATAT DAN MEMOTRET)

HidupMahasiswa.

 

526.  MAHASISWA :

(KOOR) Hiduup…! Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan.

 

527.  IBU DPRD :

Tidak bisa begitu. Kalau terjadi sesuatu pada bapak dan ibu ini siapa yang mau bertanggungjawab? Kami lagi yang susah, dianggap tidak peduli, dianggap tidak bisa melindungi warganya. Saya ini wakil rakyat lho, wakilnya bapak dan ibu ini juga.

 

528.  MAHASISWA :

Ibu boleh bilang sebagai wakil rakyat, tetapi aksi mogok ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa rakyat selama ini tidak merasa terwakili. Betul?

 

529.  KOOR :

Betuuul…..!

 

530.  MAHASISWA :

Hidup rakyat.

 

531.  KOOR :

Hiduuup…!!

 

532.  IBU DPRD :

(MEMBENTAK) Mau kalian apa?

 

533.  MAHASISWA :

(GARANG) Kami mau Walikota dan Ketua DPR datang sendiri kemari menemui kami di sini. Apapun resikonya, kami akan tetap bertahan di sini sampai tuntutan kami dipenuhi.

 

534.  MAHASISWA :

Tidak ada kompromi lagi.

 

535.  IBU DPRD :

Kalian tahu yang menjadi tuntutan bapak dan ibu ini apa?

 

536.  MAHASISWA :

(KELIMPUNGAN, SALING BERPANDANGAN. SALING MENYIKUT. TETAPI KEMUDIAN SALAH SATU BERSUARA)

Kami tahu tuntutannya. Tapi sebagai bentuk solidaritas, tidak akan kami katakan sebelum Walikota datang kemari. Betul kawan-kawan?

 

537.  MAHASISWA :

(KOOR) Betuuul…!!

 

538.  IBU DPRD :

(JENGKEL BERAT) Baik. Akan saya sampaikan kepada Ibu Walikota.

(MEMOTRET TIGA MASISWA MEMAKAI HP) Tetapi jikalau nanti terjadi sesuatu yang buruk, kalian yang harus bertanggung jawab.

 

539.  MAHASISWA :

(KOOR, BERSEMANGAT) Kami siap bertanggungjawab. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Hidup mahasiswa. Hidup rakyat.

 

IBU DPRD PUN PERGI TANPA HASIL, WAJAHNYA MERAH PADAM. EXIT.

 

540.  SENIMAN :

Jadi? Kalian sudah tahu soal apa tuntutan aksi mogok bapak-ibu ini?

 

541.  MAHASISWA :

(MERASA BANGGA)  Sebenarnya belum. Itu tadi cuma ngawur, asal saja. Tapi yang penting terkesan cerdas dan bisa mematahkan argumenorang DPR.

 

542.  WARTAWAN :

Betul. Tadi itu jawaban cerdas.

 

543.  WARTAWAN :

Terus bagaimana kelanjutan sekarang?

 

544.  SENIMAN :

Kita teruskan mengungkap misteri titik NOL.

 

545.  WARTAWAN :

Oh, iya. Hampir lupa kita. Ayo kita lanjut.

 

546.  MAHASISWA :

Awas. Jangan ganggu bapak-ibu ini lagi. Kami siap melawan.

 

547.  SENIMAN :

Jangan khawatir. (MENGINGAT-INGAT) Sampai mana tadi?

 

548.  WARTAWAN :

Tadi anda menangis di kaki bapak dan ibu ini.

 

549.  SENIMAN :

Oh, iya. Aku ingat. Aku menangis, terus aku di seret ke sana.

 

SI SENIMAN BERUSAHA MEREKA-ULANG ADEGAN DISERET MAHASISWA, TETAPI DILAKUKAN SENDIRI TANPA MAHASISWA.

 

550.  SENIMAN :

(SAMBIL BERGERAK MENGULANG ADEGAN)

Aku tadi disini, terus.. Oh, saya tadi menangis (MENANGIS) kemudian diseret ke sana.

(SEOLAH TERSERET)  Begini….begini….terus begini…. Sampai sini aku dibanting begini, lalu aku jatuh begini.

 

551. WARTAWAN :

Persis.

(MENGAJAK REKANNYA MEREKA ULANG ADEGAN)

Terus anda kami angkat, begini…Ya, tadi begini…. terus kami bawa ke sini…,  stop, berhenti di sini.

 

552.  SENIMAN :

Ah, ya, betul. Jadi, kita mulai dari sini lagi. Oke?

 

553.  WARTAWAN :

Oke.

 

554.  SENIMAN :

All right. Emm……?  (KE WARTAWAN)  Boleh saya ke sana lagi?

 

555.  WARTAWAN :

(JENGKEL CAMPUR KECEWA) Jangan. Sudah, jangan diulang-ulang.

 

556.  SENIMAN :

Bukan mau mengulang adegan. Tapi saya mau memulai menjawab teka- teki ini dari sana. Dari titik NOL. Soalnya password-nya ada di sana.

 

557.  WARTAWAN :

Oh, begitu? Ya, boleh. Boleh. Ayo kita mulai lagi.

 

ROMBONGAN WARTAWAN MASUK DENGAN SUARA GADUH. DUA WARTAWAN LANGSUNG MENYAMBUT.

SENIMAN KITA TAMPAK JENGKEL DAN TERGANGGU, IA BERJONGKOK SAMBIL BERTOPANG DAGU.

 

558.  WARTAWAN :

Mana vitamin kami?

 

559.  WARTAWAN :

Beres. Sini.

(MENGAJAK DUA KAWANNYA MENEPI, MEMBAGIKAN DUA AMPLOP, MENGERLING)

Mahasiswa. Ssstt…!

 

560.  WARTAWAN :

(MENYIMPAN AMPLOP RAPI-RAPI) Terima kasih.

 

561.  WARTAWAN :

Bagaimana jumpa pers-nya tadi?

 

562.  WARTAWAN :

Sudah selesai. Rilisnya sudah aku kirimkan ke nomor kalian. Langsung dibikin beritanya saja. Kami tadi sudah beres semua beritanya. Kalian tinggal copy-paste, edit sedikit, kasih foto, upload, beres.

 

563.  WARTAWAN :

Terima kasih sobat. (MENGAJAK ‘TOAST’).

564.  WARTAWAN :

(‘TOAST’) Sama-sama. Terus tadi yang di sini gimana? Sudah beres?

 

565. WARTAWAN :

Hampir. Banyak gangguan sih. Tuh, orangnya ngambek. Sekarang giliran kalian yang ngurus. Lanjutkan.

 

566.  WARTAWAN :

Oke. Siap. Lanjutkan.

 

DUA WARTAWAN KEMUDIAN ASIK MEMBUAT BERITA DI HP MASING-MASING, SALING MENYONTEK, SALING BERDISKUSI. SEMENTARA ITU WARTAWAN YANG LAIN MASIH BERSANTAI DENGAN POSISINYA MASING-MASING. SEORANG WARTAWAN BERGERAK MENDEKATI SI SENIMAN YANG SEDANG DONGKOL.

 

567.  WARTAWAN :

(KEPADA SENIMAN) Bagaimana tadi? Sudah apa belum?

 

568.  SENIMAN :

(MASIH DONGKOL) Apanya yang sudah?

 

569. WARTAWAN :

Misterinya. Sudah terkuak belum?

 

570.  SENIMAN :

Mana bisa? Kalian datang mengganggu konsentrasiku.

 

571.  WARTAWAN :

Ya maaf. Tadi kan kami sudah janji sehabis jumpa pers di sana langsung kesini. Sorry banget kalau sudah mengganggu. Masih bisa dilanjut kan?

 

572.  SENIMAN :

Masih bisa. Tapi tolong jaga jangan sampai ada lagi yang mengganggu.

 

573.  WARTAWAN :

Siap. Amankan.

(KEPADA KAWAN-KAWANNYA) Teman-teman, mari kumpul sini.

(SEJURUS TENGOK SANA-TENGOK SINI. SETELAH YAKIN PARA WARTAWAN SUDAH BERKUMPUL SEMUA)

Semua sudah kumpul. Ayo kita lanjut.

 

574.  SENIMAN :

Oke. Dengan satu syarat. Tidak boleh ada yang mengganggu konsentrasiku lagi. Masing-masing bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaanku. Amankan saya dari setiap gangguan. Sanggup?

 

575.  WARTAWAN   :

(KOOR) Sanggup…!!

 

576.  SENIMAN :

Good. Sekarang kita lanjut.

 

SENIMAN MENGAMBIL TEMPAT DEKAT TUGU, DUDUK BERSILA, MENGAMBIL NAPAS DAN MEMEJAMKAN MATA. PARA WARTAWAN BERSIAGA MENGAMANKAN DI SEKITAR SENIMAN. SESAAT KEMUDIAN MATA SENIMAN TERBUKA LALU BANGKIT BERLUTUT SEBELAH KAKI,  MENYEMBAH HORMAT KEPADA SUAMI-ISTRI. DUA TELAPAK TANGANNYA DISATUKAN, DIANGKAT KE UJUNG HIDUNG, KEMUDIAN DITURUNKAN DI DADA LAYAKNYA PUNGGAWA KERAJAAN JAWA MENGHORMAT KEPADA RAJA DAN RATU.

 

577.  SENIMAN :

(KEPADA PESERTA AKSI) Salam hormat saya Yang Mulia. Tuan dan Nyonya ternyata sangat luar biasa. I really admire you.

 

578.  WARTAWAN :

Kok jadi tuan dan nyonya sih? Sebenarnya ada apa?

 

579.  WARTAWAN :

(BERBISIK)  Ssssttt…. Diam!

 

580.  SENIMAN :

Saya benar-benar kagum kepada Tuan dan Nyonya. Sungguh tidak kami sangka, di kota ini ada manusia luar biasa seperti Tuan dan Nyonya. Ijinkan kami semua memberi hormat. Salam hormat kami Yang Mulia.

 

SENIMAN KITA MENGHORMAT LAGI, MEMBERI ISYARAT MENGAJAK PARA WARTAWAN BERLUTUT DAN MENGHORMAT. SEMUA WARTAWAN MENGIKUTI

.

581.  WARTAWAN :

(KOOR) Salam hormat kami Yang Mulia.

 

MELIHAT ADA GEJALA YANG ENTAH APA, SEMUA APARAT KEAMANAN MENJADI LEBIH SIAGA. SI POLISI MENDEKATI DAN MEMBISIKKAN SESUATU KEPADA DUA ORANG POL PP. ENTAH APA. KETIGANYA KEMUDIAN MENGAMBIL POSISI PENGAMANAN LEBIH STRATEGIS.

 

582.  SENIMAN :

(NADA SUARANYA MENDAYU) Sungguh Tuan dan Nyonya telah mengajarkan sebuah ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kami, bagi kemaslahatan umat manusia di seluruh jagat. Menjadikan kami memahami sepenuhnya apa arti dan makna TITIK NOL dalam kehidupan yang agung ini. Tuan dan Nyonya pantas dijunjung tinggi sebagai pemimpin agung bagi umat manusia sejagat.

 

583. ASONGAN :

‘Raja dan Ratu Agung Sejagat’. Atau lebih pas : ‘TITIK NOL EMPIRE’. Gelar yang bagus.

(TEPUK TANGAN, HANYA SEBENTAR, SEBAB ADA SESEORANG WARTAWAN YANG MENDATANGINYA).

 

SEORANG WARTAWAN MARAH, MENGHAMPIRI SI ASONGAN DAN MELOTOT MENGANCAM DENGAN KEPAL TANGAN TANPA SEPATAH KATAPUN. SI ASONGAN SURUT SELANGKAH DAN DUDUK. SI WARTAWAN PUAS, LALU BALIK KE TEMPAT SEMULA, BERLUTUT DAN KEMBALI PADA SIKAP MENGHORMAT.

SENIMAN BERJONGKOK MUNDUR TIGA LANGKAH, MENGAMBIL SIKAP HORMAT SEPERTI YANG PERTAMA IA LAKUKAN. BERPUTAR ± 30º, KEMUDIAN BANGKIT BERDIRI, PANDANGANNYA DISAPUKAN KE LANGIT.

PARA WARTAWAN MENGIKUTI, MENIRU SIKAP SENIMAN, MATA MEREKA JUGA MENYAPU LANGIT.

 

584.  SENIMAN :

Lihatlah alam semesta raya ini. Mereka turut merasa bahagia. Hari ini begitu cerah, berumpun-rumpun awan putih menghias langit dengan bentuk-bentuk yang indah. Di sana berbentuk bidadari, di sana seperti kuda sembrani, ada di sana seperti sepasang merpati berpadu kasih. Mereka bergantian memayungi Tuan dan Nyonya. Angin yang sepoi-sepoi menimang mesra dedaunan, seperti tak merelakan sehelaipun daun jatuh di tanah. Tidakkah kalian melihatnya?

 

585.  WARTAWAN :

(KOOR) Yaaa…. Kami melihatnya.

 

586.  SENIMAN :

Burung-burung yang biasanya sepi, kini beterbangan di angkasa raya. Yang berkumpul di ranting-ranting pohon, semua berkicau riang.

 

MENGALIHKAN PANDANGANNYA, MENYAPU HORIZONTAL. PARA WARTAWAN SEMAKIN KHUSUK MENGIKUTI SETIAP GERAK SI SENIMAN.

 

587.  SENIMAN :

Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu dan kumbang menari-nari indah. Belalang melompat-lompat riang dengan kakinya yang perkasa.

 

588.  ASONGAN :

(BERTERIAK SENANG)  Capung juga ada. Lihaaat…! Itu di sana.

 

589.  WARTAWAN :

Husss…! Diaaam! (MENEMPEL TELUNJUK DI BIBIR).Sssttt…..!!

 

590.  SENIMAN :

(MENENGADAH) Oh, Tuhan yang Maha Pemurah, Engkau telah

menunjukkan restu-Mu.

 

591.  WARTAWAN :

(KOOR) Aamiin….

 

592.  SENIMAN :

Tidak ada yang lebih agung dari-Mu yaa… Tuhan.

 

593.  WARTAWAN :

(KOOR) Aamiin…

 

SENIMAN MENUJU TUAN DAN NYONYA, BERLUTUT, DUA TANGAN DIREKATKAN RAPAT DI DADA. PARA WARTAWAN MENGIKUTI DI BELAKANGNYA.

PARA PETUGAS SEMAKIN MENINGKATKAN KESIAGAAN. KETIGA MAHASISMA PUN MERAPAT, BERSIAGA MENGAMANKAN PESERTA AKSI MOGOK.

 

594.  SENIMAN :

(MENANGIS) Tuan dan Nyonya, tidakkah Tuan dan Nyonya merasakan bahwa Tuhan dan alam semesta raya menyambut dengan restu yang agung dan tulus?

 

595.  WARTAWAN :

(TURUT MENANGIS) Salam hormat kami Yang Mulia.

 

596.  SENIMAN :

(DALAM TANGIS) Kami semakin takjub pada Tuan dan Nyonya. Maafkan kami yang selama ini telah buta mata dan hati. Kami selama ini hanya memuja nafsu semata. Kami lupa bahwa sebagai manusia, sebagai khalifah di bumi ini, seharusnya berpikir, bersikap, dan bertindak bijaksana. Sebaliknya, justru kami telah berbuat jahat pada kehidupan. Kami serakah, kami tak lagi peduli. Kami hanya memikirkan diri sendiri.

 

SENIMAN BANGKIT, BERJALAN MUNDUR DIIKUTI OLEH PARA WARTAWAN.

 

597.  SENIMAN :

Wahai semua yang ada di sini. Semua saja yang bisa mendengar suaraku. Inilah waktunya membongkar rahasia : mengapa Yang Mulia Tuan dan Nyonya melakukan aksi mogok tanpa perlu memberi tahu alasan dan tujuan yang sebenarnya. Tidak kepada semua orang. Tetapi mata-batinku bisa meraba dan menyentuh relung hati dan pikiran Tuan dan Nyonya ini.

(KEPADA WARTAWAN)  Oke. Sekarang catat baik-baik.

 

MENDENGAR ITU, PARA WARTAWAN SEGERA MENGELUARKAN DAN MENYIAPKAN PERALATAN MEREKA. SEDIKIT MERAPAT KE SENIMAN.

SIKAP MEREKA BERUBAH MENJADI WARTAWAN TULEN.

SI ASONGAN YANG MASIH DI SUDUT IKUT MENGELUARKAN CATATAN.

 

598.  SENIMAN :

Every body, are you ready?

 

599.  WARTAWAN :

(KOOR) Yes…!!

600.  SENIMAN :

(BERUBAH GAYA. KEMBALI KE GAYA ASAL)

Good. Attention please. Don't stop my talk before I stop myself. Okey?  Can you all promise me

about this?

 

601.  WARTAWAN :

Ngomong apa sih? Bahasa Indonesia saja. Aku nggak ngerti.

 

602.  SENIMAN :

Gampang, buka ‘Google Translate’. Aku belajarnya juga dari situ.

 

603.  WARTAWAN :

Aah… ribet.

 

604.  WARTAWAN :
Iya. Ayo langsung saja bahasa Indonesia.

 

605.  SENIMAN :

Baik, kita lanjut. Yang pertama. Password-nya adalah tugu ini. Titik Nol. Bahwa Tuan dan Nyonya melakukan aksi tepat di tugu ini ingin memberi sinyal kepada semua orang untuk tidak melupakan arti dan makna NOL. Sebuah simbol tidak butuh diucapkan, tidak butuh ditulis. Kita cukup memahami apa maksud dan tujuan pada simbol itu. Contoh konkretnya adalah trafick light. Tanpa diucapkan, semua orang paham, lampu merah tanda berhenti dan lampu hijau tanda silakan jalan. Memahami simbol adalah kunci memahami pesan apa yang tersirat dan terkandung di dalam simbol itu. Demikian pula dengan simbol NOL. Bahwa NOL atau kosong adalah ada atau eksis meski tak bisa dilihat dan tidak bisa disentuh. Tetapi akan mudah memahami jika orang mampu melihati nur atau cahaya yang terpancar di dalam NOL. Betul?

 

606.  WARTAWAN :

(KOOR) Betuuul…!

 

607.  SENIMAN :

NOL tidak dapat diabaikan dalam setiap membuat perhitungan. No Value Without Zeros. Tak akan ada nilai tanpa ada NOL. Jadi NOL itu ada. Hukumnya mutlak dan wajib ada. Sebab NOL itu merupakan kebenaran hakiki anugerah Tuhan kepada setiap makhluk, terlebih umat manusia . Sudah dicatat?

 

608.  ASONGAN :

Sudaaah…!

 

PARA WARTAWAN MENOLEH KE ARAH SUMBER SUARA. ASONGAN KAGET, SECEPAT KILAT MENYEMBUNYIKAN CATATANNYA, PURA-PURA TIDAK MEMPERHATIKAN. PARA WARTAWAN KEMBALI TERPUSAT KE SENIMAN, SIAP MENCATAT/MEREKAM LAGI.

 

609.  SENIMAN :

Contoh sederhana adalah musik. Musik adalah rangkaian nada dan tempo yang disusun menbentuk irama menjadi indah. Di antara rangkaian nada terdapat ruang kosong yang menjadikan tempo. Ruang kosong itu adalah NOL. Artinya di dalam musik atau irama wajib hukumnya terkandung NOL. Irama kehidupan juga sama. Ada NOL sebagai pengatur ritme yang memberi nuansa indah, sehingga manusia dapat menjalani kehidupannya. Jika NOL tidak ada, maka kehidupan juga tidak ada. Jadi kesimpulannya, NOL adalah sifat wajib yang indah. Karena NOL merupakan sifat atau unsur mutlak yang membentuk keindahan, maka NOL juga berarti CINTA. Pendeknya, NOL adalah istana Cinta yang paling hakiki yang wajib dimiliki oleh setiap makhluk sejagat semesta. Jagat makro maupun jagat mikro. Dan Cinta itu utuh di dalam NOL. Demikian juga cinta Tuhan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.

B-u-l-a-t, bulat sempurna.

(DUA TELUNJUK DAN DUA JEMPOL MEMBENTUK LINGKARAN).

Jadi tidak salah jika lambang NOL adalah lingkaran atau bulat. Sayang, tidak ada sama sekali bentuk bulat pada tugu itu.

(BERTERIAK MARAH) Design tugu itu salah besar. Bentuk tugu itu telah melecehkan NOL dan CINTA. Inilah akibatnya jika tidak pernah mau melibatkan seniman dalam setiap proses pembangunan.

Betul?

 

610.  WARTAWAN :

(KOOR) Betuuul….! 

TEPUK TANGAN GEMURUH BERCAMPUR SUITAN

 

611.  WARTAWAN :

Pembangunan gagal.

 

612.  ASONGAN :

(TERIAK GAYA MELEDEK) Hidup seniman.

 

613.  KOOR :

Hiduuup….!!

 

614.  SENIMAN :

(BERTAMBAH SEMANGAT) Manusia sekarang telah mengabaikan NOL di dalam hidupnya. Maka tak heran jika kejahatan merajalela. Kebohongan dipuja-puja. Etika dan nalar tidak ditegakkan secara benar. Kejahatan, kebohongan, hukum, semua sudah menjadi industri untuk kepentingan segelintir orang. Cinta kasih telah dijauhkan dari kehidupan. Kebenaran dan keadilan sudah dirampok habis-habisan. Betul?

 

615.  KOOR :

Betuuuul…..!!

 

SEMUA BERTEPUK TANGAN. KINI PARA MAHASISWA IKUT BERTEPUK TANGAN.

 

616.  MAHASISWA :

(BERSEMANGAT) Korupsi merajalela. Nafsu kekuasaan sudah tidak terkendali. Demokrasi dikebiri. Hak-hak rakyat dikangkangi para cukong tak bermoral. Kita harus melawan. Kita harus turun ke jalan. Hanya ada satu kata : Lawan…! Kita harus melawan habis-habisan. Setuju?

 

617.  KOOR :

Setujuuu….!!

 

618.  ASONGAN :

(GAYA MENGEJEK LAGI, CENGINGISAN) Hidup mahasiswa.

 

619.  `KOOR :

Hiduuup….!!

 

REPORTER TIVI DAN KAMERAMEN MASUK. SEPERTI BIASA, LANGSUNG MENGAMBIL TEMPAT YANG TEPAT. YANG LAIN TERPAKSA MEMBERI TEMPAT.

 

620.  REPORTER :

Selamat sore. Wah meriah sekali di sini. Permisi, permisi.

 

621.  KAMERAMEN :

Mundur sedikit, ke kanan, ya cukup. Kamera rolling. Oke, tiga, dua…

 

622.  WARTAWAN :

Tunggu. (TANGANNYA MENUTUPI LENSA KAMERA) Minggir.

(MENDORONG KAMERAMEN) Minggir dulu. Kami baru mulai, tunggu kami selesaikan dulu baru kalian boleh ambil gambar.

 

623.  REPORTER :

(MARAH) Apa hak anda melarang kami? Kami reporter resmi. Kami  - bekerja dilindungi undang-undang. Anda wartawan juga kan? Anda pasti paham undang-undang pers. Jangan halangi kami bekerja.

 

624.  WARTAWAN :

(GUGUP. MELUNAK) Emm… anu… Bukan begitu. Kalian bebas bekerja, tapi anu dulu, maksud kami… kami mintakan ijin dulu ke dia.

(MENUNJUK SENIMAN). Soalnya dia tadi sudah terlanjur seru. Jadi….

 

625.  REPORTER :

(KEPADA SENIMAN, BERUBAH RAMAH)

Eh… ada seniman besar di sini. Aduhh… kebetulan sekali. Bener kata pepatah, kalau sudah rejeki tak akan kemana. (MENDEKAT KE SENIMAN) Saya mohon wawancara. Sedikit statement dari anda. Boleh?

 

626.  SENIMAN :

(SENYUMNYA MENGEMBANG) Saya? Wah…, boleh sekali.

 

627.  REPORTER :

Aduuh… terima kasih banyak sudah bersedia. Tunggu sebentar ya, kami persiapkan dulu kameranya. Ayo, agak kesini. Bagaimana kamera?

 

628.  KAMERAMEN :

(BERGESER SEDIKIT, MENGARAHKAN KAMERA, MEMASTIKAN ANGLE-NYA TEPAT)

Ya. Disitu cukup bagus.  Kamera rolling. Tiga, dua, satu, go.

 

 

629.  REPORTER :

Selamat sore pemirsa di rumah. Kembali saya melaporkan suasana di lokasi aksi mogok makan. Bersama saya sudah ada seorang tokoh, tepatnya beliau salah satu seniman besar di kota ini yang nanti akan memberikan pendapatnya tentang aksi mogok makan di sini. Selamat sore Bapak. Saya panggilnya bapak atau mas ya?

 

630.  SENIMAN :

Mas saja. Iya. Karena seniman itu tidak pernah tua. Banyak yang jauh lebih tua dari saya tetap dipanggil Mas.

 

631.  REPORTER :

Baik. Pemirsa layar kaca di rumah, sebelum saya mewawancarai mas seniman ini, saya akan menyampaikan informasi terkini dari….

 

632. SENIMAN :

(MEMOTONG) Sekarang saja, saya sudah siap.

(MELAMBAI GENIT KE KAMERA). Hai..., selamat sore pemirsa. Saya mau wawancara.

 

633.  REPORTER :

(MENOLEH KE SENIMAN SEBENTAR) Baik pemirsa, saya sudah mendapatkan beberapa informasi yang akan saya bagikan untuk anda semua di rumah. Seperti yang telah saya laporkan sebelumnya bahwa sekarang ini sedang berlangsung rapat tertutup di ruang rapat Walikota. Dihadiri oleh para pimpinan daerah setempat atau FORKOPIMDA dengan beberapa unsur seperti para tokoh agama dan LSM, juga ada unsur dari perguruan tinggi, membahas aksi mogok makan yang sedang berlangsung di sini. Namun demikian saya belum bisa melaporkan kepada pemirsa di rumah apa hasil yang sudah dicapai dalam rapat tersebut sebab sampai sekarang masih berlangsung. Tadi kami juga sempat berada disana, tetapi tidak diperkenankan masuk untuk meliput jalannya rapat. Namun demikian kami berhasil mewawancarai salah satu tokoh penting juga yaitu…

 

634.  SENIMAN :

(MEMOTONG. BERGAYA PEJABAT) Baik pemirsa, kalau menurut pendapat saya…

 

635.  REPORTER :

(MEMOTONG) Eh… belum Mas. Sebentar ya, saya masih hendak menyampaikan informasi penting dulu.

 

636.  SENIMAN :

Oh, begitu? Boleh, silakan disampaikan dulu. (HENDAK NGELOYOR)

 

637.  REPORTER :

(MENANGKAP TANGAN SENIMAN)

Eh… sini mas. Mau ke mana? Sebentar saja kok. Mohon sabar ya.

 

638.  SENIMAN :

Oh, baik. (BERLAGAK BIJAK) Jangan khawatir, saya ini orangnya penyabar. Sungguh, saya tidak bohong. Kalau tidak percaya bisa ditanyakan pada semua yang ada di sini.

 

639.  REPORTER :

Iya, percaya. Baik pemirsa, mohon maaf. Karakter seniman memang selalu unik. Oke, saya lanjut. (MEMBENARKAN POSISI HEADSET)

E…, ya, oke. Menurut tokoh politik senior yang tergolong berpengaruh di kota ini dikatakan bahwa aksi mogok makan yang berlangsung sejak subuh tadi hingga sore ini sangat mengejutkan semua pihak. Beliau menyatakan sangat respek ataupun sangat menghargai aksi ini. Beliau sampaikan juga bahwa aksi ini sudah membuat para pemangku kebijakan sangat ketakutan. Khawatir ada efek domino yang menyertai aksi ini. Menurut beliau aksi ini pasti berkaitan dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap pembangunan di kota ini. Seperti proyek jembatan yang macet, kondisi jalan yang buruk, sarana prasarana publik yang belum bagus. Terlebih soal lambannya pelayanan masyarakat. Belum tersedianya

fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat agar dapat bebas berekspresi, seperti stadion dan gedung olah raga yang layak maupun sarana dan prasarana kesenian. Kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai juga disebut. Dan masih banyak lagi. Padahal menurut tokoh politik tersebut, kota ini memiliki anggaran yang cukup besar sebagai sebuah kota kecil. Demikian informasi penting  yang bisa saya  sampaikan. Sekarang giliran saya wawancarai tokoh seniman yang cukup terkenal di kota ini. Mas, ap...

 

640.  SENIMAN :

(NYEROBOT. BERGAYA BAK PEJABAT)  Baik pemirsa di rumah.

Saya kira saya idem dengan pendapat bapak politik yang tadi disebutkan. Semua yang ingin saya sampaikan sudah dipaparkan secara detail dan gamblang oleh beliau. Jadi, saya ogah menambah-nambah lagi. Semua sudah lengkap dan jelas.

(GENIT) Terima kasih pemirsa, saya akhiri sekian. Daah… daah… 

(MELAMBAI TANGAN  DAN NGELOYOR)

 

641.  REPORTER :

(BINGUNG SEBENTAR) Emm... baik… ya. Pemirsa di rumah, saya akhiri dulu laporan pada sore hari ini. Sampai berjumpa pada laporan berikutnya di stasiun televisi kesayangan anda. Saya kembalikan ke studio.

 

SEPERTI SEBELUMNYA, SELESAI REPORTASI LANGSUNG MENINGGALKAN TEMPAT TANPA PAMIT. SEPENINGGAL KRU TIVI, PARA WARTAWAN KEMBALI NGEDUMEL.

 

642.  WARTAWAN :

Cuma begitu saja mestinya tidak usah disampaikan di sini.

 

643.  WARTAWAN :

Dasar orang tivi.

\

644.  WARTAWAN :

Ayo, lanjut yang tadi. (KEPADA SENIMAN) Ayo kita teruskan.

 

645.  SENIMAN :

Sampai mana tadi. Aku lupa.

 

646.  WARTAWAN :

(MEMERIKSA CATATAN) Tadi sampai…. Ah, ini. Sampai poin satu kalimat terakhir … para perampok sudah dihabisi oleh…. Apa ya tadi?

 

647.  WARTAWAN :

Ngawur. Ini yang betul, kebenaran dan keadilan sudah dirampok sampai habis tak tersisa.

 

648.  SENIMAN :

What?  Pasti salah. Masa saya bilang gitu? Itu sangat memalukan aku.

 

649.  WARTAWAN :
Alaaah… sudah. Itu tadi nulisnya harus kilat, kan nanti masih diedit.

 

650.  SENIMAN :

Oh, gitu? Oke, lanjut.. Jadi, sekarang masuk poin kedua. Oke. Catat baik-baik, jangan salah tulis lagi. Bikin malu saja. Siap?

 

651.  WARTAWAN :

(KOOR) Siaaap…!

 

652.  SENIMAN :

Berikutnya. Tadi yang pertama kesimpulannya : NOL adalah CINTA. CINTA juga merupakan…

 

653.  WARTAWAN :

(MEMOTONG) Ini masih yang pertama atau sudah masuk poin kedua?

 

654.  SENIMAN :

(JENGKEL) Aduh…, sudah masuk yang kedua. Jangan dipotong, aahh...

 

655.  WARTAWAN :

Oke, yang kedua. Lanjut.

 

656.  SENIMAN :

CINTA juga merupakan kunci untuk membuka misteri tujuan mogok makan ini. Jikalau NOL adalah dasar filosofi, maka Cinta merupakan jalan menuju tujuan. Tuan dan Nyonya Yang Mulia telah memberikan sinyal arah yang jelas bagaimana manusia harus menjalani kehidupan yang bahagia. Jelas sekali, beliau berdua adalah prototype dari kesejatian cinta. Beliau berdua adalah contoh yang sempurna bagi kita semua bagaimana seharusnya mengabadikan jalan cinta dengan murni tanpa syarat. Sebab sejatinya cinta memang tidak memerlukan syarat apapun. Cinta ya Cinta. Titik.

 

657.  WARTAWAN :

Oke. Titik. Sudah?

 

658.  SENIMAN :

Belum. Jangan dipotong, nanti aku beri tahu kalau sudah selesai.

 

659.  WARTAWAN :

Oh, maaf. Silakan lanjut.

 

660.  SENIMAN :

Oke. Lanjut lagi. Cinta adalah jalan mulia. Jalan mulia itu pada akhirnya juga akan bermuara di titik NOL. Artinya, Nol dan Cinta adalah kesatuan yang utuh. Lingkaran yang tak akan pernah pupus oleh sebab apapun. Penderitaan sedahsyat apapun tak akan mampu memutus rantai kokoh itu. Jika manusia sudah kehilangan Cinta di dalam dirinya, terhadap diri sendiri, seseorang atau benda, bahkan kepada Tuhannya, itu artinya manusia tersebut mata hatinya sedang tertutup oleh nafsu dan hasrat buta yang sebenarnya akan berakibat melukai diri sendiri dengan tanpa disadari. Cinta tidak pernah menuntut apapun, sebab Cinta hanya mengenal memberi. Jikalau terlalu banyak menuntut maka dapat dipastikan itu bukan bersumber dari Cinta. Manusia yang selalu menuntut untuk dicintai, pasti tuntutan itu akan melukai diri sendiri sangat dalam. Sekaligus, ia telah kehilangan miliknya yang paling hakiki sebagai manusia. Yaitu, derajat di hadapan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia.

 

SEMUA BERTEPUK TANGAN. AIR MATA SEPASANG SUAMI ISTRI DI BAWAH TUGU MULAI MEREMBES KELUAR. MEREKA TAMPAK MULAI GELISAH.

 

661.  SENIMAN :

Cinta itu suci, tidak dapat dikotori oleh apapun. Cinta tak dapat ditipu. Sebab Cinta tak pernah lari dari titik NOL. Titik NOL adalah semacam malaikat yang selalu menjaga kemurnian Cinta tanpa syarat, seperti alam semesta raya yang selalu mengabdi murni kepada Tuhannya.

Kesimpulannya, camkan baik-baik, Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang paling hakiki. Memiliki Cinta, berarti memiliki kekuatan maha dahsyat tiada tanding.

(SENYUMNYA KEMBANG) Sekian. Terima kasih. (MEMBUNGKUK HORMAT).

 

SEMUA BERTEPUK TANGAN. SEPASANG SUAMI ISTRI TAK TERASA MENANGIS SEJADI-JADINYA. LAKBAN DI MULUT, ENTAH SEJAK KAPAN, TAK ADA LAGI.

MEREKA BERPELUKAN DALAM TANGIS. PEMANDANGAN YANG MEMBUAT

SEMUA ORANG TERKESIAP, SEPERTI  MENYAKSIKAN SEBUAH KEAJAIBAN.

SENIMAN BERGESER PERLAHAN MENUJU SEPASANG KEKASIH YANG SEDANG BERPELUKAN. SANG SENIMAN BERJALAN SAMBIL BERTEPUK TANGAN DI ATAS KEPALA. SEMUA ORANG IKUT BERTEPUK TANGAN.

 

662.  SENIMAN :

(MENUNDUK HORMAT KEPADA TUAN DAN NYONYA)

Sekarang kami mohon dengan hormat, Tuan dan Nyonya memberikan petuah kepada kami semua. Sekaranglah saat yang tepat bagi Yang Mulia memuliakan kami yang ada di sini. Mari, kami persilakan Yang Mulia.

 

KINI SEMUA PERHATIAN TERPUSAT KEPADA TUAN DAN NYONYA. SEMUA BERTEPUK TANGAN. SI ASONGAN, POLISI, POL PP. SEMUANYA TANPA KECUALI.

TUAN DAN NYONYA TAMPAK ANGGUN DAN BERWIBAWA. MEREKA BERDUA MENGANGKAT TELAPAK TANGAN, SEMUA TERDIAM. SENYAP TANPA SUARA.

 

663. NYONYA :

Seharusnya kami yang mesti berterima kasih kepada kalian semua. Sekaligus memohon maaf yang sebesar-besarnya, karena kami telah sangat merepotkan semua orang. Kami tidak mengira sama sekali jika akan menjadi seperti ini. Sungguh, dengan tulus kami meminta maaf.

 

SEMUA ORANG TAKJUB, SEMUA BERTEPUK TANGAN. KEMUDIAN SUASANA KEMBALI SENYAP SAAT TELAPAK TANGAN TUAN DIANGKAT.

 

664.  TUAN :

Saya baru tadi menyadari kesalahan kami ada pada kalimat yang tertulis di sini. Seharusnya kami tulis : “AKSI SALING DIAM”. Bukan ditulis ‘MOGOK MAKAN’ seperti ini. Mohon maaf kalau kami salah pilih kata. Ahh.., sebaiknya sekarang saat untuk mengatakan yang sebenarnya.

(MENYANDARKAN TULISAN DI TUGU)

Mohon dicatat baik-baik agar tidak terjadi salah pengertian lagi.

 

PARA WARTAWAN SEGERA MENYIAPKAN PERLENGKAPAN MASING-MASING DAN SIAP BERAKSI.

665.  TUAN :

Sesungguhnya, jauh dilubuk hati kami tidak setitikpun terbersit sengaja membuat repot semua orang. Perlu digarisbawahi, bahwa kami sama sekali tidak bermaksud buruk, tidak punya niat jahat kepada  siapapun. Tidak ada maksud politik apapun, sebab kami ini sama sekali tidak mengerti politik. Saya, atau kami, sangat menghargai dan menghormati semua pendapat yang sudah disampaikan semuanya seharian tadi di sini. Khususnya tentang Cinta dan makna Titik Nol. Sungguh, saya kagum.

 

SEMUA ORANG BERTEPUK TANGAN LAGI. PARA WARTAWAN SEPERTI TERHIPNOTIS LUPA PADA TUGAS PROFESINYA.

 

666.  NYONYA :

(KEPADA SUAMINYA) Sayangku, waktu sudah segini sore. Sebaiknya kita segera menyampaikan kebenaran dari seluruh cerita kita berdua.

 

667.  TUAN :

Baiklah kekasihku. (DIAM SEJENAK, MENGAMBIL NAFAS)

Emm… Saudara-saudara sekalian, tepat pada hari ini adalah ulang tahun perkawinan kami yang ke dua puluh lima. Perkawinan perak kami.

 

TEPUK TANGAN SEMAKIN MERIAH, SEMUA BAHAGIA MENDENGARNYA. NYONYA KEMBALI MENGANGKAT TANGAN UNTUK MENENANGKAN SUASANA.

 

668.  TUAN :

Di usia perkawinan perak kami, banyak sekali kisah perjalanan hidup yang kami alami bersama. Hari ini kami telah membuktikan bahwa kami berdua masih saling mencinta. Kekuatan cintalah yang membuat kami bertahan. Jika bukan karena kekuatan cinta, mana sanggup kami berdiri bertahan dalam durasi waktu yang tidak masuk di akal. Dari subuh hingga sesore ini, bukan waktu yang pendek untuk mampu bertahan berdiri di sini. Pasti. Ini semua berkat kekuatan cinta. Bukankah begitu bidadariku?

 

669.  NYONYA :

Benar sekali kekasihku yang tampan.

(KEPADA SEMUA ORANG) Saya akan menyampaikan dengan sejujur-jujurnya kepada kalian.

Bahwa sesungguhnya hari kemarin hampir saja kami memutuskan untuk berpisah. Bercerai selamanya. Tetapi Tuhan maha pengasih, Tuhan maha bijaksana. Tuhan maha pemurah. Rasanya, kesalahan dan kebodohan kami berdua telah diberi jalan terang. Rumah tangga kami selamat sekarang. Oh, kekasihku yang tampan, entah apa jadinya hidupku tanpa ada dirimu.

 

NYONYA MULAI TERISAK-ISAK LAGI. PERNYATAAN NYONYA MEMBUAT SEMUA ORANG TERCENGANG HAMPIR TAK PERCAYA. SEMUA BENGONG SEPERTI KAMBING OMPONG.

 

670.  TUAN :

(MEMELUK PUNDAK ISTERINYA) Yang disampaikan isteriku adalah benar, kenyataan kami memang demikian. Kami nyaris kehilangan cinta satu sama lain. Dua puluh lima tahun kami belum dikaruniai buah hati. Itu menyebabkan sepuluh tahun terakhir perkawinan terasa hambar, kami jalani rumah tangga sedingin es. Semakin lama kami semakin tersiksa. Kami menderita.

(MENGAMBIL NAFAS, TERISAK, MENGGENGGAM TANGAN ISTRINYA)

Bahkan akhir-akhir ini kami mulai kehilangan pegangan. Bertengkar terus setiap hari. Dan puncaknya, tadi malam. Keputusan melakukan aksi saling diam di tempat bersejarah ini adalah kesepakatan kami berdua untuk saling menguji cinta dan kesetiaan kami masing-masing sebelum kami benar-benar memutuskan bercerai selamanya. Sejauh mana kami mampu bertahan, itulah takaran cinta kami berdua.

 

671.  NYONYA :

(MENGAMATI PAMFLET DI UJUNG TONGKAT)

Kami mohon maaf soal tulisan ini. Kami bikin ini spontan saja saat api amarah kami berdua sedang ada  di puncak. Tetapi rupanya semua ini merupakan keajaiban.Sepertinya ini adalah sebuah kesalahan, tetapi Tuhan adalah maha kuasa atas semua rahasia, kesalahan yang kami buat  justru menjadi penyelamat biduk rumah tangga kami yang nyaris karam.

 

672.  TUAN :

(TAWANYA TERGELAK)  Ha…ha…ha…. Alangkah bodohnya kami ternyata. Ha…ha…ha….ha… Ya, seharusnya kebodohan ini hanya berlaku bagi kami berdua saja. Kami mohon maaf, kami sudah sangat bodoh, ceroboh, dan terlalu egois. Tetapi jujur saja, ini menjadi kebodohan kesekian kali yang justru menjadi juru selamat. Ha…ha…ha…ha…

Sudah sering kami berdua mengalami yang semacam ini. Ha,,,ha,,,ha,,,,

(MENGGENGGAM ERAT KEDUA TANGAN ISTERINYA. WAJAHNYA

MENENGADAH KE LANGIT. BERTERIAK LANTANG)

Ya Tuhan, jika memang kebodohan Engkau kehendaki menjadi juru selamat bagi hidup kami, timpakanlah kebodohan sebagai kutukan abadi kepada kami berdua. Asalkan cinta kami tidak tergoyahkan selamanya.

 

SEMUA ORANG BERTEPUK TANGAN KEMBALI. WAJAH-WAJAH BAHAGIA BERMEKARAN. SANGAT MERIAH BAGAI SEBUAH PESTA KEMENANGAN.

KEMUDIAN MEREDA KEMBALI UNTUK MEMBERI KESEMPATAN SANG JUARA MERAYAKAN PESTA MEREKA BERDUA SAJA.

 

673.  TUAN :

(BERLUTUT) Istriku sayang, kekasihku, bidadariku. Aku sangat mencintaimu. Maafkan kebodohanku.

 

674.  NYONYA :

(MENGANGKAT SUAMINYA) Berdirilah tampanku. Aku juga memohon

maaf. Percayalah, aku masih mencintaimu seperti dulu saat pertama kali

kita bertemu di sini.

(KEPADA SEMUA ORANG) Saudara sekalian. Dulu, di tempat ini, di Titik Nol ini, kami berdua pertama kali bertemudan jatuh cinta. Di sini juga kami saling mengikat janji. Akad nikah kami juga dilakukan di tugu ini. Mungkin kalian masih ada yang ingat?

(MENUNGGU JAWABAN, TETAPI SEMUA ORANG BENGONG)

 

675.  TUAN :

Iya, aku masih ingat. Waktu itu betapa cantiknya dirimu. Anggun seperti

bidadari.

(MENUNJUKKAN CINCIN EMAS DI JARI MANIS)

Di tempat ini engkau memasang cincin ini di jari manisku. Hari ini sama persis seperti dua puluh lima tahun lalu. Rasanya aku baru menemukan cinta untuk kali pertama. Janji, aku akan mencintaimu sepanjang hidupku.

 

DUA KEKASIH BERPELUKAN ERAT DALAM TANGIS BAHAGIA. SEMUA ORANG TAKJUB DAN BERTEPUK TANGAN. KEMUDIAN DUA SEJOLI ITU MENYALAMI SEMUA ORANG YANG HADIR. SUASANA SEPERTI DI DALAM SEBUAH PESTA PERKAWINAN. GELAK TAWA DAN CANDA RIANG, BERFOTO RIA.

SANG SENIMAN MELEPASKAN DIRI DARI PESTA DAN MENGHAMPIRI PARA PENONTON.

 

676.  SENIMAN :

(KEPADA PENONTON) Orang bilang, seniman adalah makhluk bermata seribu. Seorang seniman mampu melihat dengan ketajaman intuisi yang terasah baik oleh tempaan prosses kesenimanannya. Seperti yang sudah anda saksikan di sini, bagaimana cara seniman bekerja menggunakan ketajaman intuisinya. Seniman selalu punya cara tersendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan. Seorang seniman selalu punya cara untuk membuat banyak orang bahagia, sebab seniman adalah makhluk yang berada di TITIK NOL dan mengabdi murni untuk setia pada TITIK NOL.

Jadi, kalau ada manusia yang mampu menjaga kemurnian TITIK NOL, satu di antaranya adalah seniman.

Pesan saya : jangan pernah meremehkan seniman.

Sekian. Terima kasih.

(MEMBUNGKUK HORMAT)

 

 

~ BLACK OUT ~

 

 ~ ~ ~ THE END ~ ~ ~

 

BOJONEGORO,
24 OKTOBER 2020


 

 

 

 

Support/donasi/dukungan :

https://saweria.co/SiswoNurwahyudi