GOTRAH_NASKAH DRAMA REALIS DUA BABAK / #1




G O T R A H

Naskah Drama Realis Dua Babak


SEKILAS TENTANG NASKAH

( SINOPSIS )



Salam Budaya.


Cerita ini diberi judul : GOTRAH. Mengambil latar waktu era milenial dan era gonjang-ganjing pandemi covid-19. Kisah ini berselancar dalam alur dan tema klasik, pun secara sederhana memotret sedikit kemungkinan atas realita kehidupan yang sebenarnya sarat menyimpan rahasia, absurd, serta tak bisa terbebas dari fakta sifat kodrati manusia.


PENOKOHAN :

1. NYAI GOTRAH : Janda berdarah biru (Nenek) ± 57 tahun. Mantan penari keraton.

2. LUMIÈRE LE DESTIN atau DESTIN : Gadis cantik 19 tahun (Cucu Nyai Gotrah). Yatim

piatu berdarah campuran Perancis-Jawa. Ayah Perancis dan Ibu Jawa.

3. PRAMU : Lelaki ± 40 tahun, Paramedis/Perawat (Keponakan Nyai Gotrah).


Secara singkat cerita ini mengisahkan tentang ambisi Nyai Gotrah terhadap Destin, cucu satu-satunya, agar kelak bisa menjadi wanita sempurna dalam hal nasib dan karirnya. Pendek kata, Nyai Gotrah ingin takdir cucunya bersinar terang seperti arti nama cucunya, Cahaya Takdir.

Juga bercerita tentang kisah perselingkuhan, perselingkuhan dalam arti hubungan lelaki-perempuan (sex), dan perselingkuhan dalam kejahatan administrasi (korupsi). Perselingkuhan di dalam cerita ini, melibatkan Nyai Gotrah sendiri, Destin, dan Pramu. Yang mana ketiga tokoh itu masih bertalian darah satu sama lain. Sebab perselingkuhan sedarah itulah yang kemudian meluluhlantakkan Nyai Gotrah.

Meskipun Nyai Gotrah pada akhirnya memutuskan untuk mengubur dalam-dalam kisah pedih yang telah membuat jiwanya hancur dan berniat membangun lagi dari awal, tetap saja ia tidak mampu untuk menghindar begitu saja. Bahkan bisa jadi akan selalu menghantui sepanjang sisa umurnya. Menyitir pepatah popular : Siapa Menabur Angin (akan) Menuai Badai. Setiap perbuatan akan berbuah karma.

Demikian dari penulis, dengan segala keterbatasan dan kerendahan hati semoga karya sederhana ini bisa memberi manfaat. Tak lupa segala puja dan puji sukur kepada Tuhan Pencipta Semesta Alam yang Maha Agung yang telah memberi segala nikmat hidup yang tiada tara. Apapun, yang sempurna hanya milik Tuhan semata. Sekian, terima kasih.



Bojonegoro, 20 Oktober 2020

Penulis,

Siswo Nurwahyudi






G O T R A H



~ BABAK I FADE IN ~

SEBUAH RUANG KELUARGA SETENGAH KAYA. DI LUAR SANA PAGI BARU SAJA BERANJAK NAIK. LAGU KERONCONG SEDANG MENGALUN SYAHDU DARI SEBUAH HANDPHONE YANG TERGELETAK DI MEJA. SELEBIHNYA, HANYA SEORANG PEREMPUAN MUDA DAN SEORANG PEREMPUAN TUA. DUA-DUANYA CANTIK DAN SUDAH TAMPAK BERSIH DAN RAPI, TETAPI WAJAH MEREKA BERDUA TAMPAK AGAK PUCAT MESKI TUBUH MEREKA TERLIHAT SEHAT-SEHAT SAJA.

PEREMPUAN TUA ITU SEDIKIT GELISAH, SEBENTAR-SEBENTAR MENGINTIP KELUAR DARI CELAH GORDIN. SEMENTARA SI PEREMPUAN MUDA RESAH, MEMUTAR-MUTAR DAN MEMBOLAK-BALIK HP ANDROID DI TANGANNYA.

001. GOTRAH : 
Jam berapa sekarang?

002. DESTIN : 
Masih terlalu pagi Nek. Sebaiknya Nenek duduk saja.

003. GOTRAH : 
Dasar manusia sekarang. Pemalas.

004. DESTIN : 
Siapa Nek?

005. GOTRAH : 
Ya orang-orang itu, semua. Sudah segini siang belum ada yang datang. 
Coba kalau mereka hidup jaman dulu, jam segini semua pekerjaan sudah pada kelar.

006. DESTIN : 
Nenek lapar? Aku masakkan mie instan kalau mau?

007. GOTRAH : 
E…., jangan. Ditunggu saja kiriman makanan dari orang-orang. 
Sayang kalau sampai tidak kemakan nanti.

008. DESTIN : 
Tiap hari Nenek selalu begitu. Apa tidak bosan?

009. GOTRAH : 
Bosan apa?

010. DESTIN : 
Ngomel tiap hari. Pagi, siang, malam. Padahal semua orang sudah baik pada kita.
Telat kiriman sebentar sudah ngomel. Malu kita kalau didengar orang.

011. GOTRAH : 
Huss…! Tidak baik bicara kasar pada orang tua.

012. DESTIN : 
Iya, maaf. Tapi mohon, berhentilah mengomel sehari saja. Aku bosan Nek.

013. GOTRAH : 
Aku tahu, sebenarnya aku juga mulai bosan begini terus. 
Tapi kita tidak boleh kalah dengan rasa bosan. Bisa berantakan semua nanti. 
Kita harus bertahan. Ngerti?

014. DESTIN : 
Sampai kapan? Sudahlah Nek. Kita sudahi saja.

015. GOTRAH : 
Tidak. Belum. Belum waktunya.

016. DESTIN : 
Aku takut.

017. GOTRAH : 
Sudah, tidak perlu takut. Tidak akan ada yang tahu rahasia ini. 
Begitu semua ini selesai, kita segera pindah ke Jakarta. Sekarang belum cukup modal.

018. DESTIN : 
Aku takut Nek, takut malu nantinya. Kalau sampai…

BICARANYA DESTIN TERHENTI OLEH SUARA BEL.

GOTRAH BEREAKSI CEPAT, SEGERA BERBENAH, MENGAMBIL MASKER, CEPAT-CEPAT DIPAKAINYA. KEMUDIAN MENGAMBIL MASKER SATU LAGI, DIPASANGKAN DI WAJAH CUCUNYA.

019. GOTRAH : 
(MENARIK MASKER KE BAWAH DAGU, BERBISIK)
Sssttt….! Ada orang di luar. Awas… jaga sikapmu.

020. OUTSIDE : 
Selamat pagi…! Pagi mbak Destin. Pagi Eyang cantik.

021. GOTRAH : 
(MEMBENARKAN MASKER, PURA-PURA BATUK)
Huk…huk…huk… Selamat pagi.

022. OUTSIDE : 
Apa kabar semuanya? Baik-baikkah di dalam?

023. DESTIN : 
Iya, kami baik-baik saja.

024. GOTRAH : 
(MELOTOT KE CUCUNYA) 
Huk…huk…huk….

025. DESTIN : 
(PURA-PURA BATUK) 
Huk…huk…huk….

026. GOTRAH : 
(BERSIN TIGA KALI) 
Hatsyii… hatchiii… haaatsyiiiii…..!!

027. OUTSIDE : 
Hallo….! Baik-baikkah kalian di dalam?

028. DESTIN : 
Baik, kami baik-baik saja. Sudah jauh lebih sehat dari kemarin.

029. GOTRAH : 
(MELOTOT, MENENDANG BETIS CUCUNYA, MEMBERI ISYARAT SUPAYA IKUT BATUK)
Huk….huk…huk…huk….

030. OUTSIDE : 
Eyang kedengarannya masih batuk? Semoga Eyang lekas sehat. Semangat ya
Eyang…., semangat…!!

031. GOTRAH : 
Iya. Huk…huk…sehat, semangat. Huk…huk…huk…. Semangaatt…!! Huhhuk..huk… (MENENDANG CUCUNYA LAGI) 
Huk..hukk..huk….

032. OUTSIDE : 
Sukurlah kalau begitu. Jangan lupa nanti berjemur dan minum obat. Saya pamit dulu.

032. DESTIN : 
(MENGHINDAR DARI TENDANGAN BERIKUTNYA, PURA-PURA BATUK) 
 Hhhuk..hhuk.. huukk…!!
(MENJAWAB SAPA ORANG DI LUAR) 
Terima kasih sudah repot-repot kirim makanan tiap hari. Huh…hukk..huk…

033. OUTSIDE : 
Tidak usah dipikir, sudah sepatutnya kita saling membantu. 
Itu lagunya, pagi-pagi kok keroncong sih? 
Ganti yang lain, dangdut kek, koplo kek, biar ada semangat.

GOTRAH CEPAT-CEPAT MERAIH HP, MEMATIKAN LAGU KERONCONG, MEMUTAR DANGDUT REMIX DENGAN MIMIK SEWOT.

034. OUTSIDE : 
Nah… begitu, bagus. Semangaatt… Sehat…!! 
Saya pamit ya. Baik-baiklah di dalam. Selamat makan…!

NENEK GOTRAH MENGINTIP DARI CELAH GORDIN, KEMUDIAN BERBALIK, MELEPAS MASKER. WAJAHNYA NYINYIR.

035. GOTRAH : 
Huh…bawel. Musik itu soal selera. Semangat itu juga soal selera.
(MEMATIKAN DANGDUT REMIX, KEMBALI KE MUSIK KERONCONG)
Selera orang kok diatur-atur.

036. DESTIN : 
(MELEPAS MASKER) 
 Nenek sih…, pagi-pagi sudah keroncongan.

037. GOTRAH : 
Apa? Heh?

038. DESTIN : 
Tuh kan… marah lagi. 
(MENARUH HP DI MEJA, MENGHEMPASKAN PANTAT DI KURSI)

039. GOTRAH : 
Berani bawel sama Nenekmu sekarang ya? Tidak sopan. 
Daripada kamu banyak cingcong, lebih baik sana, ambil kiriman-kiriman makanan di luar itu!
Entar kedahuluan digondol kucing tetangga lagi kaya kemarin. Ayo…, sana…, cepetan…!!

040. DESTIN : 
Iya Nek, iya. Tidak perlu marah. 
(HENDAK BERANJAK. BERJALAN MENUJU TERAS TETAPI TERHENTI)

041. GOTRAH : 
E…e…e… stop!

042. DESTIN : 
Apa lagi sih Nek?

043. GOTRAH : 
Bodoh. Itu masker dipakai dulu. Cara langkah kaki jangan begitu. 
Kamu itu sakit, cara berjalan ya seperti orang sakit. Orang harus percaya kalau kita ini sakit.
Ingat, pakai batuk-batuk. Tidak usah pakai bersin, caramu bersin kurang meyakinkan. 
Paham?

044. DESTIN : 
Paham Nek. 
(MEMAKAI MASKER, BERJALAN LIMBUNG SETENGAH MELAYANG SAMBIL BATUK-BATUK – EXIT)

045. GOTRAH : 
Nah… begitu. Bagus. 
(MEMATIKAN MUSIK KERONCONG, PERGI MENGINTIP DI GORDIN, BERGUMAM : ) 
 Ya… bagus. Jalan yang pelan. Aduuh… kok pakai berhenti sih? 
Cepet…, sudah…, ayo…, hiihhh…, ini bocah…, cepetan…! Ayo, langsung ambil semua. 
Ya, begitu. Langsung bawa masuk. Ya, pinter.

SUARA PINTU DIBANTING DENGAN KERAS, SI NENEK TERSENTAK KAGET, NYARIS TERSUNGKUR.

046. GOTRAH : 
Setan alas, setan kober. Aduh… aduuh…!! 
(TERHUYUNG, TERHEMPAS DI SOFA) 
 Duh Gusti…!

MULUT SI NENEK MEGAP-MEGAP, TANGANNYA MENDEKAP DADA. SI CUCU MASUK MEMBAWA BANYAK BUNGKUSAN, WAJAHNYA CEMAS.

047. DESTIN : 
Maaf Nek. Pintunya tadi…. 
(MENYODORKAN AIR) 
 Nenek baik-baik saja kan Ini, diminum dulu.

048. GOTRAH : 
(MINUM, SESAKNYA MEREDA) 
 Bocah gemblung! Aku bisa mati mendadak, tahu? Sengaja kamu ya?

049. DESTIN : 
(MERASA SANGAT BERSALAH) 
 Maaf Nek. Tidak sengaja. Sungguh.

050. GOTRAH : 
(BANGKIT. WAJAHNYA MASIH PUCAT. MERAMPAS SEMUA BUNGKUSAN) 
 Sudah! Sini semua.
(MELETAKKAN SATU-PERSATU BUNGKUSAN DI MEJA)
Jangan diulang lagi. Kamu hampir membunuhku tadi. Tolong…itu….. anu….
Iya… itu… ambilkan itu, buku catatan. Sekalian pulpennya.

SEMBARI MENUNGGU BUKU CATATAN, TANGAN TERAMPIL SI GOTRAH MEMBONGKAR ISI BUNGKUSAN

051. DESTIN : 
(MENYERAHKAN BUKU) 
Kenapa setiap hari bantuan-bantuan ini harus dicatat Nek?

052. GOTRAH : 
(MERAMPAS BUKU DENGAN KASAR) 
Diam kamu!

053. DESTIN : 
(BERJALAN MENUJU KURSI. DUDUK. WAJAHNYA TERTUNDUK)
Sudah satu bulan lebih satu hari. Seandainya dulu kita memilih karantina di rumah sakit, 
Nenek tidak perlu sibuk mencatat-catat bantuan. 
Tetangga-tetangga tidak perlu repot kirim bantuan setiap hari. 
Dan kita juga tidak perlu seperti ini.

054. GOTRAH :
 (MELOTOT) 
Bisa diam tidak?

055. DESTIN : 
Sebaiknya Nenek bilang sama Om Pramu. Besok kita pindah ke rumah sakit saja.

056. GOTRAH : 
(SAMBIL MEMBUKA-BUKA HALAMAN BUKU) 
 Apa? Rumah sakit? Mau cari mampus? Kita ini negatif, di sana orang positif semua. 
Bisa-bisa kalau kita di sana jadi positif betulan.

057. DESTIN : 
(MELENGUH) 
Lebih baik positif betulan daripada membohongi banyak orang.
Dosanya segunung. Dosa Nek, dosa.

058. GOTRAH : 
Tahu apa kamu soal dosa?

SI GADIS DIAM DAN TENGGELAM KE DALAM GADGED DI TANGANNYA.
SI NENEK MEMERIKSA SECARIK KERTAS YANG DIAMBIL DARI SALAH SATU BUNGKUSAN. MENCOCOKKAN DENGAN BUKU CATATAN.

059. GOTRAH : 
Kue cucur lagi. Satu, dua, tiga, empat, … sembilan, sepuluh. 
Sepuluh kali orang ini cuma bisa kasih kue cucur. Harga berapa sih lima biji kue ginian? Pelit amat.

060. DESTIN : 
Sudah sukur masih mau peduli, punya niat membantu. Biar cuma lima kue cucur, yang penting niatnya baik sama kita. Sehari-hari sikapnya baik, orangnya ramah.

061. GOTRAH : 
Diam! 
(MELEMPAR SEBUNGKUS KUE CUCUR KE PANGKUAN CUCUNYA) 
Tuh…makan!

SI NENEK GOTRAH KEMBALI SIBUK MEMERIKSA DAN MENCATAT SATU-PERSATU BUNGKUSAN.

062. DESTIN : 
(MENGAMBIL SATU KUE CUCUR, MENGGIGITNYA. MELETAKKAN SISANYA DI MEJA) 
 Hemm… ini enak. Masih hangat lagi. Mantab. Cucurnya buat aku semua ya Nek.

063. GOTRAH : 
E…, jangan semua. Aku juga mau. Sisakan tiga, kamu boleh makan dua.
(MEMBUKA KOTAK KUE, WAJAHNYA CERAH) 
Nah, ini baru mantab. Pasti mahal. Niat bantu orang itu ya gini ini. 
Aromanya, hemm… pasti enak. Terima kasih tetanggaku yang baik. Hampir tiap hari lho dia kasih kita kue. Enak-enak semua. Ini buat nanti malam saja, teman nonton tivi. 
Yang ini dari siapa ya? 
 (MEMBUKA KANTONG PLASTIK HITAM) 
 Sialan Ikan asin lagi. Siapa sih orang ini?

064. DESTIN : 
Siapa Nek?

065. GOTRAH : 
Pasti orang yang sama. Tiap pagi kasih ikan asin mentah. Apa dikiranya kita ini kucing?

066. DESTIN : 
Iya, siapa?

067. GOTRAH : 
Tidak tahu. Tidak pernah ada dikasih nama. Mbok ya kaya yang itu, ayam goreng sama nasi, tinggal makan. Orang lagi sakit masa disuruh masak, goreng-goreng ikan asin lagi. Mestinya mikir dia kalau punya otak. Satu bulan karantina, delapan belas kali kasih ikan asin. Bikin penuh kulkas saja.

068. DESTIN : 
Ikan asin kan bagus Nek. Tahan lama, bisa disimpan.

069. GOTRAH : 
Sekali-kali ganti beras apa mie instan, minyak goreng juga bagus, bumbu dapur boleh. 
Bagus lagi kalau duit saja, dua puluh, lima puluh ribu tiap hari. Sekalian kerasa di hati.

070. DESTIN : 
Sudahlah Nek. Tidak baik kalau didengar orang. 
(MENGAMBIL SEKOTAK NASI)
Ini Nek, kita makan dulu.

071. GOTRAH : 
Sebentar, nanti saja makannya. Pagi ini kamu sudah bikin video belum?

072. DESTIN : 
Video apa Nek?

073. GOTRAH : 
Youtube.

074. DESTIN : 
(MENGEMBALIKAN KOTAK NASI DI MEJA) 
 Belum Nek. Nanti saja. Lagi malas.

075. GOTRAH : 
E…, tidak boleh males. Pokoknya tiap hari harus bikin. Paling tidak sehari dua video. 
Biar subscribe-nya tambah banyak. Biar Youtube-mu semakin dikenal dan banyak disukai orang. 
Nenek seneng kalau kamu nanti jadi Youtuber terkenal. Makanya kamu harus terus kreatif bikin videonya, biar duit kita juga nambah terus.

076. DESTIN : 
Kok duit kita?

077. GOTRAH : 
Kalau bukan duit kita duit siapa?

078. DESTIN : 
Ya duitku Nek. Bukan kita. Youtube-nya kan punyaku. Kontennya juga aku yang bikin. 
Rekening pakai rekeningku. Artinya, itu duitku.

079. GOTRAH : 
E..e..e… dasar bocah tidak tahu diri! Kamu mau jadi kacang lupa kulit ya?

SI NENEK MARAH BESAR. SI CUCU MENGKERET DIJEWER SI NENEK.

080. GOTRAH : 
Kamu anggap selama ini Nenekmu tidak pernah punya andil? 
Ingat cah ayu…, yang dulu jungkirbalik sampai kamu jadi penyanyi kondang siapa? 
Terus yang kasih ide cemerlang semua video Youtube-mu itu siapa? 
Sekarang subscribe-mu sudah beribu-ribu, sudah hasil duit jutaan, terus aku dianggap sampah. Begitu?
Duitku, duitku. Itu duit kita, paham?!

081. DESTIN : 
Iya…iya… duit berdua. Nenek dan aku satu tim.

082. GOTRAH : 
Nah, begitu. 
(MELEPAS JEWERAN. MENGAMBIL HP DIBERIKAN KE CUCUNYA) 
Ini, ambil. Kita bikin video lagi sekarang.
 (BERGERAK CEPAT MENGAMBIL KURSI RODA, DUDUK DI KURSI RODA) 
 Ayo. Maskerku mana? Ambilkan, cepet…!

083. DESTIN : 
(MENGAMBILKAN MASKER) 
 Sekarang?

084. GOTRAH : 
Iya, sekarang. Aduuhh…!!

085. DESTIN : 
Sekarang bikin konten apalagi Nek? Skenarionya seperti apa?

086. GOTRAH : 
Duh Gustiii….! Kamu masih bocah kok sudah pikun to cah ayuu….!?!

087. DESTIN : 
Oh, yang tadi malam ya Nek?

088. GOTRAH : 
Iya, yang itu. Tadi malam kan shoting-nya gagal terus. Makanya sekarang harus jadi.

089. DESTIN : 
Kalau gagal lagi bagaimana Nek? Ganti skenario saja ya?

090. GOTRAH : 
Tidak. Kali ini tidak boleh gagal. Sekarang ada tambahan sedikit. Sini, aku kasih tahu.

091. DESTIN : 
(MENDEKATKAN TELINGA KE BIBIR NENEK, MENCERMATI SETIAP BISIKAN) 
 Iya, paham. Jadi ending-nya dibikin begitu? Oke Nek.

092. GOTRAH : 
Bagus. Ayo mulai.

TANPA MENUNGGU JAWABAN, SI NENEK LANGSUNG MENGAMBIL POSISI. LETAK DUDUKNYA DIBUAT AGAK CONDONG KE KANAN, BERSANDAR LEMAS DI KURSI RODA. KEDUA MATANYA DITETESI OBAT TETES MATA BIAR TERLIHAT SEMBAB. MEMBENARKAN MASKER SEBENTAR KEMUDIAN KEDUA TANGANNYA DITATA AGAR TAMPAK TERKULAI LEMAS. SEJURUS PANDANG JADILAH SI NENEK ORANG YANG SEDANG TAK BERDAYA DI ATAS KURSI RODA.

SEMENTARA ITU, SI CUCU BARU SAJA SELESAI BERSIAP. HP PUN SUDAH TERPASANG RAPI DI UJUNG TONGSIS, AUDIO-NYA TERHUBUNG DENGAN HEADSETT YANG TERPASANG DI TELINGA. SEDIKIT JONGKOK DI SISI KURSI RODA, MEMASANG MATA SAYU.

093. DESTIN : 
(BERBENAH DIRI SEBENTAR) 
 Oke, kamera siap. Mana batuknya Nek?

SI NENEK MULAI BATUK-BATUK, NAPASNYA DIBUAT SEDIKIT SENGAL. SI CUCU MEMBENARKAN MASKER DI WAJAH NENEKNYA, JUGA MASKERNYA SENDIRI. SETELAH YAKIN PADA KESIAPAN MASING-MASING POSISI KAMERA MULAI DIARAHKAN SEBAIK MUNGKIN.

094. DESTIN : 
Oke, siap. Tiga, dua, satu.
 (MENYALAKAN KAMERA HP) 
 Hallo guys…! Berjumpa lagi dengan channel LUMIÈRE LE DESTIN. 
Aku Destin, dan di samping aku ini ada nenek aku tercinta, Roro Gotrah, atau yang kalian kenal
dengan nama beken Nyai Gotrah Sang Penari Keraton. (
BATUK SEDIKIT)
Huk..huk..huk… Bagi yang baru pertama kali nonton channel aku, perkenalkan nenek aku. 
Dulu di masa remaja, nenek aku adalah salah seorang puteri keraton sekaligus gadis penari keraton. Karena sekarang nenek aku kondisinya masih lemah, kami belum bisa lagi membuat video “Nyai Gotrah Menari”. Tapi jika… Huk…huk…hhuukk… jika kalian kangen sama tari klasik Nyai Gotrah, silakan tonton video-video kami terdahulu di channel ini juga. Aku janji, kapan nanti kalau kami berdua sudah sehat kembali pasti kami akan bikin video lagi Nyai Gotrah menari klasik ala tari keraton. Jadi, mohon doa dari kalian semua semoga kami cepat pulih, cepat sehat kembali.
(SI NENEK BATUK-BATUK) 
Ini nenek aku masih sesak napas, masih batuk-batuk, masih lemes. Aku juga masih merasa sesak saat bernapas, masih ada batuk-batuk juga. Dada rasanya masih seperti dijepit sesuatu yang berat. 
Tapi sukur, semakin hari aku semakin membaik berkat support dan doa dari kalian semua sehingga sampai hari ini kondisi kami step by step semakin membaik. Nenek aku juga sudah tidak perlu lagi memakai alat bantu pernapasan, sudah tidak butuh infus lagi. Huk..huk…huk….
Sekarang tepat pukul tujuh lebih lima puluh dua menit pagi. Hari ini adalah hari ke tiga puluh satu kami berdua menjalani isolasi mandiri di rumah. Kami masih belum boleh keluar-keluar, tidak boleh ketemu fisik dengan siapapun, kecuali dengan petugas medis dari Puskesmas yang rutin mengunjungi dan memeriksa perkembangan kesehatan kami setiap hari seperti yang pernah kami videokan sebelumnya. Hukk…huhuk…huk…

MENGGERAKKAN TONGSIS PERLAHAN UNTUK MEMINDAHKAN SUDUT PANDANG KAMERA SAMBIL BERPINDAH POSISI TEPAT BERDIRI DI BELAKANG KURSI RODA. MENGAMBIL KERTAS TISSU, MENGELAP KERINGAT DI JIDAT SI NENEK YANG MASIH TERLIHAT SESAK NAPAS, DAN BATUK-BATUK.

095. DESTIN : 
Terpaksa kami masih menjalani isolasi dan perawatan secara mandiri di rumah, karena menurut informasi yang aku terima kapasitas rumah sakit masih penuh . Untuk itu kami menghimbau dan mengajak kalian semua yang menonton channel ini untuk tetap menjaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan, supaya kalian tidak mengalami seperti aku dan nenek aku. Jangan lupa saling menjaga, saling membantu jika ada kerabat, keluarga, atau tetangga yang sedang tertimpa musibah.
Saling mengasihi antar sesama. Perhatian dan support dari orang-orang sekitar kita akan sangat berarti untuk meringankan beban bagi penderita covid seperti kami. Hhukk…hukk..huk… 
Sekian ya guys, soalnya aku dan nenek mau makan pagi dulu. Setelah itu kami berdua mau berjemur di halaman belakang. Mohon maaf ya, aku tidak bisa membuat video saat berjemur untuk kalian.
Karena setiap berjemur kami harus melepas baju agar sinar matahari bisa langsung menyentuh kulit. Begitu guys cerita kami pagi ini, dan aku janji akan terus mengunggah video tentang perkembangan kesehatan kami supaya bisa menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi kita semua. 
Jadi ikuti terus video kami di channel ini, LUMIÈRE LE DESTIN. 
Jangan lupa subscribe, like, dan comment. Daah…!
 ( MEMBANTU SI NENEK MENGANGKAT TANGAN DAN MELAMBAI TANGAN KE ARAH KAMERA) 
 Daah… Sampai ketemu lagi di video inspiratif berikutnya. Daah…dah….! 
(KAMERA OFF) 
 Sudah Nek. Selesai.

SI CUCU MELEPAS HP DARI TONGSIS, MENYIMPAN TONGSIS. MEMBUKA MASKER, MENGELAP KERINGAT DI WAJAH DAN BERUSAHA BERNAPAS NORMAL.

SI NENEK JUGA MELEPAS MASKER, MENGHIRUP UDARA DALAM-DALAM LALU MELEPAS DENGAN PENUH KELEGAAN. BANGKIT DARI KURSI RODA.

096. GOTRAH : 
Mana hasilnya tadi? Aku lihat dulu. Nanti kalau kurang bagus kita ulang lagi.

097. DESTIN : 
Tidak bisa diulangi Nek.

098. GOTRAH : 
Kenapa tidak bisa diulang? Kalau kurang bagus ya harus diulangi sampai bagus. 
Mana coba, sini aku lihat.

099. DESTIN : 
Tidak bisa diulang Nek. Ini tadi siaran langsung. Live.

100. GOTRAH : 
Apa? Bodoh! Sembrono sekali kamu. Kenapa kamu bikin siaran langsung?
Mampus…, mampus kita. Tobat…tobat….! 
(TERDUDUK LEMAS)

101. DESTIN : 
Memangnya kenapa Nek? Kan bagus, siaran langsung, biar orang semakin percaya kalau kita benar-benar sedang sakit.

102. GOTRAH : 
(MELOTOT) 
 O…, bagus ya? 

103. DESTIN : 
Ya bagus lah Nek. Ini lihat, viewer-nya langsung nambah terus. Langsung banyak yang comment. Responnya bagus-bagus, banyak yang simpati. Terutama pada Nenek, pada doain, banyak yang kangen video Nenek menari. Yang share juga banyak. Bagus kan Nek?

104. GOTRAH : 
(MENGGEBRAK MEJA) 
 Bodohmu itu yang bagus! Kamu pikir netizen itu goblok semua? Itu kalau sudah terlanjur di-share kemana-mana, terus ketahuan ada yang janggal, terus jadi pertanyaan banyak orang, nasib kita kiamat. Makanya punya otak itu dipakai yang bener. Aku yang sudah setua ini saja masih bisa mikir waras, kamu yang mahasiswa harusnya lebih pinter, lebih cerdas. Kalau sampai rahasia ini terbongkar gara-gara video live-mu itu, kalau semua orang jadi tahu sebenarnya kita ini tidak sakit, akibatnya bisa kemana-mana. Bukan kita saja yang kena, Om Pramu juga kena, kepala Puskesmas kena, dokter-dokter kena juga. Terus masuk penjara semua, baru kamu nanti tau rasa. 
(MENANGIS)

105. DESTIN : 
Terus bagaimana ini Nek? Apa videonya dihapus saja?

106. GOTRAH : 
(MASIH MENANGIS) 
Jangan. Sudah terlanjur, nanti malah bikin orang curiga yang macam-macam. 
Sini, aku lihat videonya.

107. DESTIN : 
(MEMBERIKAN HP, WAJAHNYA MENEGANG) 
 Maaf Nek. Tapi videonya bagus kok Nek. Sungguh.

108. GOTRAH : 
Diam kamu!

MATA SEMBAB NYAI GOTRAH MENCERMATI ISI VIDEO SAMBIL MASIH TERISAK.

SETELAH DIAM SESAAT, TERBIT SENYUM KECIL DI BIBIR SI NENEK. MATANYA BELUM LEPAS DARI VIDEO.

109. GOTRAH : 
Hemm… ternyata aku juga punya bakat bintang filem, aktingku begitu meyakinkan. 
Live lho ini, tanpa diulang, tidak diedit, asli. Wah… bagusnya…, dari awal sampai akhir benar-benar meyakinkan. Seperti kena covid betulan.
Aku yakin, semua orang semakin percaya kalau aku benar- benar positif.
Komentar netizen juga bagus-bagus. Ternyata bener, banyak yang kangen aku menari. 
(MEMELUK HP DI DADA, SENYUMNYAMENGEMBANG BAHAGIA)
Janji deh, pada waktunya nanti aku akan bikin video “Nyai Gotrah Menari” sebanyak-banyaknya. Aku akan menari lebih bagus dari yang kemarin-kemarin.
(PADA LAYAR HP) 
Aku janji. Swear…!

110. DESTIN : 
Nah…tuh.., betul kan Nek? Bagus kan?

111. GOTRAH : 
(MENGEMBALIKAN HP, WAJAHNYA KETUS) 
Huh, bagus apa? Harusnya ending-nya tidak begitu. 
Kamu selalu begitu, tidak sesuai ekspektasi. Mau alasan lupa lagi? Lupa kok terus. Untung hasilnya masih terbilang lumayan. Tapi awas, jangan diulangi. Ingat itu. Jadikan ini pelajaran. Mulai detik ini tidak boleh ada live-live lagi. Ayo, sekarang makan.

112. DESTIN : 
Dibikin video juga Nek?

113. GOTRAH : 
Tidak usah. Sudah sering kita bikin video makan, bikin orang bosan.

AKHIRNYA SEMUA MERASA LEGA. MEREKA BERDUA MULAI MAKAN, SEKOTAK NASI BANTUAN TETANGGA DI TANGAN MASING-MASING. SUASANA MENJADI BEGITU CAIR.

114. GOTRAH : 
(SAMBIL MENIKMATI MAKAN PAGI) 
Jaman memang selalu sulit ditebak arahnya. Selalu ada kejutan-kejutan. Siapa sangka kita bisa menikmati hidup seperti ini. Makanan datang sendiri tiap pagi, siang, dan malam. 
Menunya juga bagus, sehat, dan bergizi. Tidak perlu mengotori dapur, tidak perlu susah-susah keluar uang. Justru uang sumbangan datang mengalir setiap hari. Mungkin malah setiap jam, coba cek rekeningmu. Dulu, aku sering membayangkan bisa hidup seperti ini. Persis kaya gini. Tetapi sekalipun tidak pernah terbersit semuanya bisa terwujud seperti ini. Bisa makan cukup, apa-apa tersedia tanpa beli, uang datang sendiri tanpa setetespun keringat. Baru sebulan saja sudah ratusan juta uang sumbangan yang mengalir di rekeningmu, ya kan? Dari tetangga sekitar, dari penggemar-penggemarmu, dari pengagumku juga, dari Youtube. Kita kaya sekarang. Tapi yang paling menyebalkan itu si Pramu. Dia cuma kasih kita sepuluh juta untuk mengaku positif covid. Mestinya lima belas juta, lima juta dia ambil. Begitu saja masih berlagak sok pahlawan sama kita. 
Kalau dibanding dengan umbangan orang di luar sana, sepuluh juta itu cuma selilit, tidak ada sekuku hitam. 
(MENJENTIK UJUNG KUKU KELINGKING) 
Keciiil…! Jangan pernah bilang ke Pramu kalau kita dapat sumbangan dari orang-orang.
Nanti dia minta bagian lagi. Pramu itu memang dari dulu sering menyebalkan.
Kalau saja dia bukan keponakanku sendiri, entah sudah aku apakan dia. Untung kita bisa memanfaatkan situasi ini menjadi lumbung rejeki. Kalau tidak, rugi sangat kita. Iya kan? Cuma sepuluh juta untuk dikurung sebagai orang sakit, tidak bisa kemana-mana, tidak boleh ketemu orang lain, tidak bisa ketawa-ketiwi. Ternyata hidup seperti ini tidak seenak seperti yang aku bayangkan dulu. Biarpun serba kecukupan, tapi jiwa seperti dipenjara. Semua ini bisa terjadi karena ada wabah covid, virus yang membuat kehidupan manusia sejagad sakit semua. Yang kena sakit, yang tidak kena juga ikutan sakit. Apalagi si Pramu, wabah covid membuat penyakit culasnya semakin menjadi. Dasar pinter mengambil untung dia itu, sudah dari sononya wataknya memang begitu. Bayangkan, dari kita saja dia dapat lima juta. Dikalikan berapa orang lagi yang mau mengaku positif covid, padahal negatif. Untung besar pasti si Pramu. Satu hal yang harus kamu ingat baik-baik, kamu harus hati-hati sama Pramu.
Dia itu paling tidak tahan melihat paha kinclong seperti kamu. Aku tahu betul dia itu suka main perempuan. Dari dulu, dari masih bujang sudah pinter merayu perempuan. 
Pinter bicara manis. Kamu jangan terlalu dekat, bahaya.

TERDENGAR SUARA MOBIL BERHENTI, DISUSUL KEMUDIAN SUARA KLAKSON TIGA KALI, LALU DIULANG LAGI KLAKSON TIGA KALI.

NYAI GOTRAH CEPAT-CEPAT MENYUDAHI MAKANNYA. SI CUCU YANG SUDAH SELESAI MAKAN DARI TADI BERANJAK MENGINTIP DI GORDIN.

115. GOTRAH : 
Hey…, pakai itumu, maskermu. Cepat…!

NYAI GOTRAH MENYAMBAR MASKER, DUDUK DI KURSI RODA, BERGAYA LEMAS. SI CUCU KEBINGUNGAN MENCARI MASKERNYA, KEMUDIAN TAHU KALAU YANG DIPAKAI SI NENEK ADALAH MASKER MILIKNYA, CEPAT-CEPAT IA BERTUKAR MASKER SAMA SI NENEK.

116. GOTRAH : 
(SETENGAH BERBISIK) 
Siapa di luar?

117. DESTIN : 
(MENGINTIP LAGI) 
 Om Pramu Nek.

118. GOTRAH : 
Masa? Betul dia?

119. DESTIN : 
Betul. Om Pramu.

120. GOTRAH : 
Yakin?

121. DESTIN : 
Yakin.

122. GOTRAH : 
(MELEPAS MASKER, MENARIK NAPAS LEGA) 
Panjang umur si Pramu. Belum habis aku ngomongin dia, sudah nongol hidungnya. 
Suruh masuk.

GOTRAH BANGKIT. SI CUCU PERGI MEMBUKAKAN PINTU. SEBENTAR KEMUDIAN SI CUCU MASUK BERSAMA SEORANG LELAKI BERKOSTUM HAZMAT LENGKAP, MENENTENG KONTAINER MEDIS.

123. PRAMU : 
(MEMBUKA FACESHILT DAN MASKER) 
Selamat pagi Budeku cantik. Wah… baru saja makan pagi ya? Bagaimana kabar hari ini? Ah, sudah terlihat jelas di mataku, kalian semua sehat dan baik-baik saja.

124. DESTIN : 
Silakan Om. Silakan duduk.

125. PRAMJU : 
Terima kasih bidadariku manis. Kamu cantik sekali pagi ini. 
(MELEPAS BAJU HAZMAT) 
Nenekmu dulu juga cantik, seperti kuncup mawar yang merona. Tapi karena sering cemberut padaku, sekarang jadi mirip bunga sepatu. Ha…ha…ha….ha…ha…..

126. GOTRAH : 
(SEWOT BERAT) 
 Tumben kamu datang pagi-pagi, tidak biasanya datang sepagi ini. Pasti ada sesuatu. Jangan macam-macam kamu, aku tahu apa yang ada di balik kepalamu.

126. PRAMU : 
Ha…ha…ha…ha…. Bude ini kenapa? Selalu saja berpikir buruk padaku. Padahal pagi ini saya membawa kabar baik untuk Bude.

127. GOTRAH : 
(KETUS) 
Semoga kabar baik betulan.

128. PRAMU : 
Ha…ha…ha…. Jangan ketus begitu Bude. Kali ini aku tidak bercanda.
(MELETAKKAN BAJU HAZMAT DI KURSI RODA, DIDORONGNYA MENEPI) 
 Baiklah Bude, saya tahu pasti Bude sudah tidak sabar.
(DUDUK, TANGANNYA KIRI MELINGKAR DI PUNDAK DESTIN)
Kabar baik yang pertama, video live kalian pagi ini sangat luar biasa. Saya dan teman-teman sekantor sampai bertepuk tangan. 
(BERTEPUK TANGAN, LALU KEMBALI MEMELUK PUNDAK DESTIN LEBIH RAPAT)
Semua kagum sama Bude Gotrah. Luar biasa, ternyata bakat Bude memang hebat tiada sangka. Selamat, selamat. Kalian hebat. Sungguh, aku tidak sedang  mengada-ada. Kepala Puskesmas juga sangat respek sama video kalian, sehingga beliau memutuskan untuk memberi hadiah istimewa untuk kalian. Itu yang pertama. Kabar baik yang kedua…

129. DESTIN : 
(MEMOTONG) 
Nanti dulu Om. Kepala Puskesmas mau kasih hadiah?

130. PRAMU : 
Betul sayang.

131. DESTIN : 
(MERASA TERSANJUNG) 
Hadiah apa Om? Kapan kasih hadiahnya?

132. PRAMU : 
Itu Om belum tahu sayang. Jangan khawatir, hari ini Om Pramu juga bakal kasih 
hadiah khusus buat kamu. Om jamin seratus persen, kamu pasti suka.

133. DESTIN : 
(MERAJUK MANJA) 
Terima kasih, Om baik banget. Mana hadiahnya, aku pingin tahu Om.

134. PRAMU : Sabar manisku. Nanti pasti Om kasih. (MENOWEL PIPI DESTIN) Hadiah

istimewa untuk keponakanku yang cantik, khusus dari Om Pramu. Mau?

135. DESTIN : 
(MEMELUK MANJA) 
Pasti mau lah Om.

136. GOTRAH : 
Pramu.

137. PRAMU : 
Ya Bude.

138. GOTRAH : 
Kabar baik yang kedua apa? Cepat katakan.

139. PRAMU : 
Tidak usah buru-buru Budeku cantik. Hari ini saya punya banyak waktu bersama kalian. Rasanya sudah lama kita tidak meluangkan waktu ngobrol bersama.
Hari ini adalah kesempatan terbaik.

140. GOTRAH : 
Sudah, jangan bertele-tele. Toh setiap hari kamu ke sini, biar cuma sebentar.
(KETUS) 
Sebentar pun rasanya lebih baik.

141. PRAMU : 
Ha…ha…ha….ha…. Baiklah, kalau begitu saya langsung saja. Kabar baik kedua adalah, Kepala Puskesmas berniat memperpanjang kerjasama dengan Bude satu bulan lagi. 
Dan tentu saja…

142. GOTRAH : 
(MEMOTONG) 
 Kerjasama apa?

143. PRAMU : 
(MELEPAS TANGANNYA DARI PUNDAK DESTIN) 
Aduuh… Bude…Bude..
Ya tentu saja kerjasama yang sudah disepakati satu bulan yang lalu itu. Kan seminggu lagi sudah selesai. Sekarang mau diperpanjang lagi satu bulan.

144. GOTRAH : 
Maksud kamu sakitku ditambah satu bulan lagi, begitu?

145. PRAMU : 
Tepat sekali. Persisnya satu bulan lebih satu minggu dari sekarang. Itu kalau
Bude mau dan setuju. Bude akan dapat lima belas juta lagi.

146. GOTRAH : 
(KETUS) 
Sepuluh juta. Yang lima juta komisi kamu. Iya kan?

147. PRAMU : 
O… tidak. Kali ini tanpa dipotong. Lima belas juta, penuh.

148. GOTRAH : 
Bohong.

149. PRAMU : 
Sungguh. Saya jamin seratus persen. Swear.

150. GOTRAH : 
Kalau aku tidak mau?

151. PRAMU : 
(RAGU-RAGU) 
Terserah, itu hak Bude untuk tidak setuju. Tapi lima belas juta lepas. Sayang kan? Cuma satu bulan dapat lima belas juta masa ditolak?

152. GOTRAH : 
Boleh minta lebih? Dua puluh lima misalnya?

153. PRAMU : 
(MENGAMBIL KUE CUCUR, MEMAKANNYA) 
 Hemm…, enak sekali.

154. GOTRAH : 
(SEDIKIT KESAL) 
 Bisa tidak? Dua puluh saja, penuh, kalau boleh.

155. PRAMU : 
Sebentar. 
(MENELEPON DI HP SAMBIL MAKAN) 
Hallo, Bapak, selamat pagi. Saya sekarang di rumah Bude saya. Iya, di rumah Bude Gotrah. Ya hallo Bapak, tawaran Bapak sudah saya sampaikan. Sepertinya Bude bersedia, tapi minta dua puluh lima.

156. GOTRAH : 
Dua puluh.

157. PRAMU : 
Oh, maaf Bapak. Dua puluh mintanya. Bagaimana Bapak? Iya. Betul Bapak.
Siap, siap, pasti saya sampaikan. Siap Bapak. Iya, maaf Bapak saya hanya 
menyampaikan apa adanya, tidak lebih tidak kurang. Oh… begitu? Siap BapakIya, iya. Terima kasih Bapak. 
(MENUTUP TELEPON)

158. GOTRAH : 
Bagaimana?

159. PRAMU : 
(MENGGELENG, MENELAN KUNYAHAN TERAKHIR) 
 Maaf Bude.

160. GOTRAH : 
(MEMANDANG CUCUNYA, MEMINTA PERTIMBANGAN) 
Bagaimana?

161. DESTIN : 
Terserah Nenek saja

162. PRAMU : 
Kenapa kalian ragu? Lima belas juta tanpa keluar keringat, kurang enak apa?

163. GOTRAH : 
Sisa lima juta yang kemarin belum dibayar. Mau dibayar kapan?

164. PRAMU : 
Sekarang bisa. Duit sudah ada pada saya. Kalau Bude terima tawarannya, sekarang juga saya kasih. Ditambah DP sepuluh juta untuk satu bulan ke depan. 
Jadi, hari ini Bude akan terima lima belas juta. Tunai tanpa potong. Lima juta sisanya nanti
kalau sudah perjanjian berakhir. Oke?

165. GOTRAH : 
Oke. Deal. Mana uangnya? Sekarang.

166. PRAMU : 
Ha….ha…ha…. Nah, begitu. Bagus. Saya turut senang dan bersukur. 
Jangan menolak rejeki, tidak baik. Ha…ha…ha…ha….

167. GOTRAH : 
Sekarang mana duitnya?!

168. PRAMU : 
(BANGKIT, MENGAMBIL KONTAINER MEDIS, DIBUKA DI ATAS MEJA)
Ha…ha…ha… Uang… uang… mana uang… ini dia… uang….
(MENGELUARKAN TIGA GEPOK UANG DARI KONTAINER)
Di manapun berada, uang selalu harum beraroma. 
(MENGECUP UANG)
Lima belas, tunai tanpa potong. 
(MENYERAHKAN UANG)

169. GOTRAH : 
(MENERIMA UANG, DIPERIKSA SEBENTAR LALU DITARUH DI MEJA)
Saya terima. Awas nanti kalau ternyata jumlahnya kurang.

170. PRAMU : 
Saya jamin pas. Sekarang waktunya Bude minum obat. Ini ada tablet suplemen, semacam penambah stamina. Agak pahit, tapi mujarab.

171. GOTRAH : 
Tidak sakit kok minum obat. 
(MENGGELENG)
Tidak.

172. PRAMU : 
(MEBAWA OBAT DAN AIR PUTIH) 
 Ayolah Bude cantik, diminum obatnya. Biar badan tambah fit dan awet muda. 
Saya jamin habis minum ini Bude semakin cantik seperti bunga mawar. 
Percayalah, di mata Pramu Bude masih secantik saat muda dulu. 
Ayolah, satu saja, biar tetap cantik.

173. GOTRAH : 
(TERSIPU. MENGAMBIL OBAT DAN MEMINUMNYA. MENCUBIT MESRA) 
Huuuhh….! Dasar gombal.

174. PRAMU : 
Ha…ha…ha…ha…. 
(BERSENANDUNG GEMBIRA DAN BERDANSA KECIL DI SISI GOTRAH) 
 Na..na…nanana…lalala…nanana…na..na…
Lihat Bude, aku masih ingat tarian dansa yang dulu. Ha…ha…ha…. Lalala…
nanana… na..na…naaa…. la..la..la…nanana…lalala…..

GOTRAH TERSENYUM SENANG MELIHAT PRAMU MENARI. DESTIN TERTAWA-TAWA KECIL MELIHAT TINGKAH LUCU PRAMU. PRAMU PUN SEMAKIN BERSEMANGAT, GERAK TARINYA DIPERLEBAR BERKELILING RUANGAN.

SEMENTARA ITU GOTRAH TAMPAK MULAI DISERANG RASA KANTUK BERAT.
MELIHAT GOTRAH SEPERTI ITU, TARIAN PRAMU PERLAHAN MELAMBAT.
KEMUDIAN BERHENTI SAAT DILIHATNYA GOTRAH AMBRUK TERTIDUR DI SOFA.

DESTIN KAGET TAHU NENEKNYA AMBRUK, LALU MEMBENARKAN POSISI TIDUR NENEKNYA, KAKINYA DILURUSKAN, KEPALANYA DI BERI BANTAL.

175. DESTIN : 
(TERTAWA KECIL) 
Lucu sekali. Nenek bisa tertidur melihat Om menari.

176. PRAMU : 
(TERSENYUM MANIS) 
 Kamu senang melihat Om menari?

177. DESTIN : 
Senang Om. Lucu.

178. PRAMU : 
Oh ya?

179. DESTIN : 
(TERSENYUM RIANG DAN MENGANGGUK) 
He-eh, Om Pramu lucu.

180. PRAMU : 
Terima kasih mansiku. Sekarang waktunya hadiah yang Om janjikan.

181. DESTIN : 
Eh, iya Om. Mana hadiah buat aku?

182. PRAMU : 
Oke. Tapi jangan di sini, kurang surprise.

183. DESTIN : 
Di mana Om?

184. PRAMU : 
Kamu tunggu di kamar, nanti Om nyusul.Oke?

185. DESTIN : 
Kok di kamar? Di sini saja Om, sekarang.

186. PRAMU : 
Ssstt…! 
(MENOLEH KE GOTRAH, TANGANNYA MEMBERI ISYARAT KE DESTIN UNTUK SEGERA MASUK KAMAR)

187. DESTIN : 
Oke Om. Aku tunggu ya. 
(MELANGKAH RIANG KE KAMAR. EXIT)

188. PRAMU : 
Yes…!!! 
(MEMERIKSA GOTRAH, LALU BERJINGKAT KE MUNDUR KAMAR. EXIT) 
Selamat tidur Bude cantik…! Mimpi indah…! Hahaha…. Daaahh….!

~ ~ BLACK OUT ~ ~


(bersambung ke babak 2)


NB : 
Untuk mendapatkan naskah lengkap, sila hubungi
Prodi Teater, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
Atau kepada Penulis naskah, via email : siswo.nurwahyudi@gmail.com


Support/dukungan/apresiasi :