#3TAMAT ~ NASKAH DRAMA : IDEO(T)LOGI TANDA PETIK

NASKAH DRAMA
IDEO(T)LOGI TANDA PETIK

Karya : Siswo Nurwahyudi




(Bagian 3 - TAMAT)


BABAK III FADE IN :

PAGI BERSERI. MASA TANGGAP BENCANA TELAH USAI

(P-1) : PARA RELAWAN MULAI MEMBONGKAR POSKO. SATU-PERSATU, BERKAS DAN PERALATAN DIKEMAS. SEMBARI BERKEMAS, MEREKA MENUMPAHKAN SEMUA YANG TERSIMPAN DI DADA DAN DI KEPALA MASING-MASING DALAM CANDA YANG SATIR. MUNGKIN JUGA TIDAK SEMUANYA DITUMPAH. TETAPI ITU LEBIH DARI CUKUP BAGI MEREKA.

(P-2) : TERJADI RAPAT DAN PERDEBATAN YANG PELIK DAN PANJANG. SEMUA MASIH SOAL BENCANA, JUGA DAMPAK KEBIJAKAN MITIGASI YANG MUNGKIN DITIMBULKAN.

 

087.  RELAWAN :

(P-1) Sukurlah, akhirnya bisa pulang juga.

 

088.  AJUDAN :

(P-2) (MASUK) Mohon ijin menyampaikan pesan bapak Walikota. Beliau berharap semua sabar menunggu Bapak. Beliau masih menerima tamu dari pemerintah pusat. Jadi, mohon tidak ada yang meninggalkan tempat. Terima kasih atas kesediaannya. Permisi. (EXIT).

 

089.  RELAWAN :

(P-1) Kasihan anak istri kalau kita terlalu lama tidak pulang ke rumah. Satu minggu lebih aku tidak ketemu keluargaku. Di rumah, aku punya isteri yang cantik, dia pasti sudah rindu dipeluk bapaknya anak-anak. Yang jomblo kronis jangan ngiri ya. Ha…ha…ha…ha…

 

090.  RELAWAN :

(P-1) Aku memang belum punya bini. Tapi aku punya ibu yang sudah tua. Selama aku di sini, ibuku tinggal di rumah sendirian. Kasihan. Untung tetangga-tetangga pada baik semua. Kalau tidak, entah apa yang bisa kubuat. Lebih hebat mana? Memeluk isteri, atau memeluk ibu yang melahirkan kita? Mau tahu jawabannya? Bagi jomblo kronis macam aku, lebih indah memeluk isteri tetangga. Ha…ha…ha…ha…..

 

091.  STAFF AHLI :

(P-2) Baik, sambil menunggu bapak Walikota, kita lanjut dulu rapat kita. Sekarang dari Tim Ahli Percepatan Pembangunan, ada yang ingin menyampaikan pemikirannya disilakan.

 

092.  DAN POSKO :

(P-1) Yahh… memang begini nasib orang bawahan. Enak yang di atas, kerja pakai otak doang. Makan bergizi, gaji segedhe gajah, fasilitas tidak kurang apapun. Kita yang berdarah-darah di bawah, lebih sering terima marah. Tapi sukur, kita masih bisa tertawa. Ha…ha…ha…ha…. Biar saja yang di atas pusing tujuh keliling, kita tetap tertawa ha…ha…ha…ha…

 

093.  TIM AHLI :

(P-2) Oke. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, semua teori Bapak yang terdahulu, maksud saya bapak Walikota kita, kini sedang jadi bahan tertawaan publik dan lawan-lawan politik.

 

094.  STAFF AHLI :

(P-2) Bukankah teori tersebut dulu anda semua yang merumuskan. Kami staff ahli di eksekutif hanya menuangkan di dalam draft dan memperbaiki susunan bahasanya.

 

095.  RELAWAN :

(P-1) Kalau aku lebih senang kerja begini daripada beradu argumen di meja rapat seperti mereka. Soalnya aku nggak tahan duduk lama-lama, sakit sembelit di otakku bisa kambuh. Ha…ha…ha…ha…

 

096. TIM AHLI :

(P-2) Jadi, anda menyalahkan kami? Kami Tim Ahli Percepatan sudah susah payah memikirkan dan merumuskan berdasar kajian teori-teori yang menjadi keahlian kami masing-masing. Kami tim professional.

 

097.  RELAWAN :

(P-1) Kita lebih professional dari mereka. Kita punya skill hebat, punya kemampuan yang bisa diandalkan. Mereka cuma punya teori di kepala. Ibarat senjata di medan tempur, (GAYA BERBISIK) mereka itu sebenarnya impoten. Ha…ha…ha…ha…

 

098.  STAFF AHLI :

(P-2) Bukan begitu, bukan maksud kami merendahkan kerja Tim Ahli. Kami dari staff ahli ingin anda semua me-review teori-teori tersebut untuk kita bahas disini. Ini penting, untuk menyelamatkan muka bapak Walikota. Saya sangat berharap kita semua yang di sini kembali berpikir keras untuk menyelamatkan reputasi bapak Walikota agar eletabilitasnya tetap terjaga. Jika perlu kita kawal bersama mengangkat beliau setinggi- tingginya sampai menjadi presiden. Mudah-mudahan ini tidak dianggap sebagai mimpi yang terlalu berlebihan. Senyampang masih mungkin.

 

099.  RELAWAN :

(P-1) Yahh… cukuplah begini saja. Orang seperti kita jangan terlalu berharap pada nasib. Jangan bermimpi melangit, kalau jatuh bisa mampus. (MEMERAGAKAN ORANG SEKARAT) Hooeek…! Ha…ha…ha…ha…

 

100.  TIM AHLI :

(P-2) Kenapa tidak. Banyak fakta di dunia ini membuktikan, sejarah juga membuktikan, bahwa kemajuan dan success boleh berawal dari mimpi yang tak masuk di akal. Para ilmuwan dan para penemu hebat pun pasti berangkat dari mimpi.

 

101. DAN POSKO :

(P-1) Semua orang boleh bermimpi. Tidak ada yang salah soal mimpi. Tapi mewujudkan mimpi butuh kerja keras. Tidak bisa hanya duduk berteori saja. Terus terang, sebagai manusia biasa saya juga punya angan- angan. Siapa orang yang tidak pernah bermimpi? Semua pasti punya. Mimpi boleh-boleh saja, tapi impoten jangan. Ha…ha…ha…ha…

 

102.  STAFF AHLI :

(P-2) Jangan sampai teori-teori yang sudah kita hasilkan dianggap impoten dan tak berguna. Semua tetap harus kita pertahankan dan kita perjuangkan bersama. Jangan sampai semua yang sudah kita perjuangkan selama ini runtuh begitu saja. Bukan saja kita akan malu kepada khalayak ramai, tapi muka kita sendiri bagaimana di depan bapak Walikota. Malu sekali kita, kalau semua hasil kerja kita dikatakan orang ‘teori impoten’.

 

103.  RELAWAN :

(P-1) Ya, betul. Impoten itu memalukan bagi orang yang punya kemaluan. Ha…ha…ha…ha…..

 

104.  DAN POSKO :

(P-1) (BERGAYA BERBISIK) Punya kemaluan itu jangan malu-malu kucing. Malu-maluin anjing sama tikus. Ha…ha…ha…ha…

 

105.  TIM AHLI :

(P-2) Tidak. Aku tidak malu sama sekali. Semua teori yang sudah aku ajukan bisa aku pertanggungjawabkan. Semua konsep mitigasi bencana yang kita susun dulu itu sudah sangat lengkap dan detil. Kita hanya butuh pembuktian. Kelak kebenaran teori kita ini akan terbukti ampuh untuk mengendalikan bencana beserta dampaknya. Pasti, akan kita buktikan.

 

106.  RELAWAN :

(P-1) Harus dibuktikan, senjata yang ampuh itu harus sudah terbukti             kesaktiannya. Kalau aku sudah membuktikan. Isteriku dua, punya anak semua. Hasil kesaktianku sendiri, bukan hasil pinjam senjata milik tetangga. Ha…ha…ha…ha….

 

107.  TIM AHLI :

Jadi, persisnya mana teori yang kita pakai? Normalisasi atau Naturalisasi?

 

108.  DAN POSKO :

(P-1) Senjata yang normal dan natural pantas dibanggakan. Sekali bekerja langsung manjur, ces pleng, tok cer dan alamiah. Tidak butuh lagi dinormalisasi, tidak perlu dinaturalisasi. Ha…ha…ha…ha…

 

109.  STAFF AHLI :

(P-2) Normalisasi atau Naturalisasi. Keduanya harus kita tinjau dari berbagai aspek. Yang terpenting pada aspek anggaran.

 

110.  RELAWAN :

(P-1) Buat apa susah-susah dinaturalisasi, kan sudah natural. Apanya yang mau dinormalisasi? Habis-habisin duit saja. Kalau merasa loyo , merasa tidak mampu, tinggal datang ke rumah pak RT. Minta surat keterangan tidak mampu. Isi kas RT dua puluh ribu perak, selesai perkara. Ha…haha…ha…

 

111.  TIM AHLI:

(P-2) Kalau saya masih tetap teguh pada pilihan Naturalisasi. Pilihan ini akan membawa dampak positip dan edukatif bagi masyarakat sebab akan melibatkan partisipasi masyarakat sampai ke tingkat RT.

 

112.  DAN POSKO :

(P-1) Pakai bawa-bawa RT segala. Saya ini ketua RT di lingkungan saya. Sampai sekarang belum pernah bikin surat keterangan untuk urusan macam begitu. Tapi benar juga, sebaiknya saya menyiapkan formatnya. Siapa tahu diantara kamu ada yang butuh. Ha…ha…ha…ha…

 

113. RELAWAN :

(P-1) Artinya, tambah kerjaan juga tambah rejeki. Saya dukung Ndan. Setiap RT wajib punya, sepertinya banyak yang butuh. Yang jomblo kronis sudah pasti menyambut gembira. Ha…ha…ha…ha….

 

114.  TIM AHLI :

(P-2) Sebenarnya teori Normalisasi juga tidak salah kalau kita pakai. Masyarakat di tingkat RT-RW juga bisa kita libatkan dalam pelaksanaan proyeknya. Bisa bersifat padat karya. Lebih hemat anggaran, sebab tidak banyak lahan yang harus dibebaskan. Pelaksanaannya bisa lebih cepat. Jadi, terminologi TOA bisa kita minimalisir. Artinya, nantinya kita tidak perlu lagi teriak berkoar-koar berdebat sampai putus urat leher soal teori. Naturalisasi selama ini sudah jadi umpan lezat bagi para lawan politik.

 

115.  STAFF AHLI :

(P-2) Menurut pendapat saya, Tim Ahli memang harus memikirkan dampak psikologis dan politis bagi pertimbangan keuntungan yang mana sekiranya paling banyak menguntungkan pihak kita dari segala aspek. Kalau saya, andai berkenan, lebih memilih teori baru daripada mengadopsi teori Walikota periode yang lalu. Jadi, harus ditawarkan teori baru.

 

116.  RELAWAN :

(P-1) Teori itu gampang dibikin. Yang penting pelaksanaannya. Kalau semua ketua RT bikin format surat keterangan tidak mampu buat meringankan beban psikologis para jomblois mungkin masuk akal. Tapi bagaimana jika ternyata yang tidak mampu justru pak ketua RT sendiri? Terus yang minta surat adalah istrinya pak RT sendiri dan disalah gunakan? Aduuuh… sakitnya pak RT tuh di sini. Ha…ha…ha…ha…

 

117.  TIM AHLI :

(P-2) Harus hati-hati. Jangan sampai blunder menjadi senjata makan tuan.

 

118.  DAN POSKO :

(P-1) Senjata makan tuan pak RT. Ha…ha…ha…ha… Tapi jelas bukan saya yang bakal kena. Saya jamin seribu persen saya ini pak RT yang siap tempur. Ha…ha…ha…ha….

 

119.  TIM AHLI :

(P-2) Yahh…, akan sedikit rumit. Tapi kami Tim Ahli siap bertempur mati-matian untuk itu. Baik, senyampang bapak Walikota belum hadir di sini, kita kerucutkan konsepnya terlebih dulu. Naturalisasi atau Normalisasi, dua-duanya kita perdalam masak-masak. Tetapi saya tetap memilih mengajukan konsep Naturalisasi. Ini teori yang terlanjur popular dan terlanjur menjadi polemik. Jika kita berhasil memenangkan pertarungan di opini publik akan jauh lebih menguntungkan bagi pihakkita secara psikologis maupun politis.

 

120.  RELAWAN :

(P-1) Tanya Ndan. Yang itu tadi cuma opini apa kebenaran?

 

121.  DAN POSKO :

(P-1) Yang mana?

 

122.  RELAWAN :

(P-1) Yang siap tempur tadi Ndan. Hoax apa fakta?

 

123.  DAN POSKO :

(P-1) Pasti bener lah. Kalau mau bukti, nanti malam bawa istrimu padaku. Biar besok pagi dia cerita sendiri ke telingamu yang congek itu.

 

124.  RELAWAN :

(P-1) Anjiiing… aku kena lagi.

 

125.  RELAWAN :

(P-1) (KOOR TERTAWA) Haaa….haa…ha…ha…ha….

 

126.  STAFF AHLI :

(P-2) Sekiranya mungkin, kita gabung kedua teori itu. Tetapi public

champagne-nya tetap Naturalisasi. Karena sepertinya kita sulit untuk menghindari naturalisasi total, mengingat akan memakan anggaran yang sangat besar. Ini akan menjadi kecurigaan bagi khalayak. Saya juga tidak yakin orang-orang DPR akan setuju jika melihat nominal anggarannya. Anggap saja, dalam tanda petik, ini teori Naturalisasi. Ya. Naturalisasi dalam tanda petik.

 

127.  DAN POSKO :

(P-1) Makanya orang itu harus punya keyakinan pada diri sendiri. Ibarat

partai politik, wajib punya ideologi yang mendalam di dalam hati. Kalau sekarang sih sudah hampir tidak ada partai yang ideologis. Alias ideologinya tanda petik. Makanya, sekarang ini yang kita saksikan setiap di hari media hanya sebatas omong kosong tanpa dasar keyakinan yang sungguh-sungguh memperjuangkan nasib rakyat. Yang kebanjiran akan tetap kebanjiran setiap tahun. Sebabnya ya itu tadi, ideologinya tanda petik. Bodoh dan tidak jelas ke mana arahnya. Rakyatlah yang berkali-kali harus berkorban dan dikorbankan.

 

128.  TIM AHLI :

(P-2) Jadi, maksudnya bagaimana cara kita mengkamlufase secara cerdas

atas dasar teori-teori yang sahih sehingga kesan kebenaran teorinya mutlak dan tak terbantahkan. Begitu?

 

129.  TIM AHLI :

(P-2) Tidak ada kebenaran yang mutlak. Tetapi intinya kita harus bisa

memenangkan peperangan tanpa harus menggunakan terminologi TOA. Itu tantangannya.

 

130.  RELAWAN :

(P-1) Ternyata, oh ternyata. Akhirnya tuntas juga. Bagaimana ini Ndan? Semua sudah selesai kita kemas, tinggal nunggu mobil kendaraan armada.

 

131.  DAN POSKO :

(P-1) Mobil ya mobil saja. Tidak usah ditambah kendaraan armada. Boros

bicara kamu, kaya orang tivi saja, ngomong berbuih-buih tapi itu-itu saja yang diulang dengan kata-kata berbeda tapi arti tetap sama saja. Begitu itu jadinya kalau kamu belajar ngomong dari tivi. Ha…ha…ha…ha… Terkesan keren tapi sebenarnya goblog. Goblog tanda petik, tapi keren. Ha…ha…ha…ha….

 

132.  STAFF AHLI :

 (P-2) Oh, ya. Saya hampir lupa. Pesan bapak Walikota tadi sangat tegas, bahwa rumusan yang kita hasilkan nanti harus terkesan sangat keren, cerdas, dan meminimalisir celah sekecil apapun bagi orang lain yang mencoba mencari-cari kesalahan. Harus terkesan memiliki ideologi dan filosofi yang kuat. Semua harus terlihat sempurna dan detil. Jadi, reputasi kita di sini sangat dipertaruhkan. Kita sudah bosan jadi bahan tertawaan, seolah-olah kita semua seperti kambing congek di mata mereka.

 

133.  TIM AHLI :

(P-2) Jangan kurang ajar. Jaga bicara anda. Terus terang kami Tim Ahli sangat tersinggung. Tolong hargai kerja keras kami, jangan ngomong seenaknya. Jangan-jangan anda-anda sendiri yang justru menertawakan hasil kerja kami.

 

134.  DAN POSKO :

(P-1) Bersukurlah kita, hasil kerja kita sudah diapresiasi dengan baik. Masyarakat mengapresiasi sangat baik. Orang-orang atasan juga memuji hasil kerja kita. Ini semua prestasi kita bersama. Tanpa kalian, aku tidak ada apa-apanya. Jadi, saya sangat berterima kasih atas loyalitas dan kegigihan kalian semua. Jujur, saya terharu setiap menyaksikan betapa kalian telah berkorban jiwa dan raga demi tugas mulia ini.

 

135.  RELAWAN :

(P-1) Siap Ndan. Kami bersemangat karena Komandan juga berdedikasi penuh pada tugas. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menghormati Komandan. Komandan adalah contoh yang sempurna bagi kami. Komandan adalah panutan bagi kami. Berdedikasi sekaligus rendah hati.

 

136.  TIM AHLI :

(P-2)  Saya benar-benar tersinggung. Seolah kami seluruh Tim Ahli tidak memiliki kapasitas yang cukup. Kami sudah mendedikasikan seluruh yang kami miliki demi tugas berat ini. Apalagi yang kurang dari kerja kami?

 

137.  STAFF AHLI :

(P-2) Sekali lagi, saya mohon maaf. Tidak ada sebersitpun di dalam benak saya berniat meragukan kapasitas dan dedikasi semua anggota Tim Ahli. Tetapi mohon dimengerti, kami juga sedang menjalankan tugas kami mengawal proses ini dengan baik dan berakhir dengan memuaskan. Ini perintah bapak Walikota kepada kami.

 

138.  WALIKOTA :

(P-2) (MASUK BERSAMA AJUDAN) Selamat siang.

 

139.  SEMUA :

(P-2) Selamat siang.

 

140.  WALIKOTA :

(P-2) Bagaimana diskusinya? Sudah ada hasil?

 

141.  STAFF AHLI :

(P-2) Bagus Bapak. Semua berjalan baik dan dinamis. Tinggal…

 

142.  TIM AHLI :

(P-2) (MEMOTONG) Sudah Bapak. Tetapi kami masih menunggu keputusan Bapak. Mana yang akan dipilih, Naturalisasi apa Normalisasi? Atau kombinasi dari keduanya? Terserah Bapak yang memutuskan. Selanjutnya kami akan….

 

143.  WALIKOTA :

(P-2) (MENGGEBRAK MEJA KERAS-KERAS. MARAH BESAR)

Goblog sekali kalian. Kalian semua saya bayar dengan gaji gede itu untuk berpikir. Tugas kalian hanya berpikir. Kalau semua harus bergantung pada saya, buat apa kalian semua ada di sini? Tahu tidak? Hari ini pemerintah pusat kirim dua menteri untuk berkantor di sini selama tiga hari. Ini merusak reputasi saya. Muka saya ditaruh dimana kalau sudah begini? Mereka datang dengan tawaran konsep mitigasi yang berlawanan 180º dengan konsep kita. Jelas saya tolak mentah-mentah, malu saya kalau konsep pusat saya terima begitu saja. Jadi, kalian berpikirlah lebih keras lagi. Jangan bikin malu saya dihadapan orang pusat. Berpikirlah, berpikir… berpikir…, selamatkan muka saya. Kontestasi pilwali tinggal sebelas bulan lagi, saya bisa kalah. Bisa hancur, hancur…! Paham tidak?! Jadi, jangan kecewakan saya. Kalian semua sangat saya andalkan. Tugas kalian cuma berpikir, soal berapapun anggaran itu tugas saya. Yang penting pikirkan dan rumuskan baik-baik untuk menjawab orang pusat secepatnya. Hari ini saya sudah cukup jadi bulan-bulanan media massa. Apalagi suara-suara netizen, brengsek semua. Ini buruk sekali, elektabilitas saya bisa habis. Sudah. Cukup. Tidak ada lagi pilhan lain. Saya tidak mau tahu bagaimana cara kalian mengerjakan tugas ini. Saya tunggu sampai akhir sore ini semua harus selesai. Kalau tidak, malam ini juga kalian saya pecat. (EXIT. DIIKUTI AJUDAN).

 

(P-2) : SEMUA YANG TERSISA DI RUANGAN ITU SEOLAH KEHILANGAN DAYA. DENGAN STYLE MASING-MASING, MEREKA MENCOBA MENGENDALIKAN SITUASI DI DALAM DIRI MEREKA SENDIRI.  SALING DIAM DAN MENCOBA SIBUK DENGAN LEMBAR KERJA MEREKA MASING-MASING.

 

(P-1) : KOMANDAN POSKO SIBUK MENGATUR KERJA PARA RELAWAN MEMBAWA BARANG-BARANG KE LUAR (EXIT). SETELAH MEMERIKSA DENGAN TELITI, AKHIRNYA SANG KOMANDAN PUN IKUT PERGI (EXIT). SEPENINGGAL PARA RELAWAN, WARTAWAN DATANG, PANDANGANNYA MENGIKUTI ARAH PARA RELAWAN PERGI. KEMUDIAN :

 

144. WARTAWAN :

(P-1)  Stop press…!

Hari yang panas dan melelahkan.

Bencana air bah sudah pulang kembali kepada Tuhannya.

Tetapi ia masih menyisakan bencana di kantor Walikota.

Domino effect yang ditakutkan, benar-benar melebihi bencana

Ya, sang pemimpin kita sedang dirundung ambisi

Bagi dirinya, pertarungan belumlah usai

Mungkin pula tak akan pernah usai

Pun ada pertarungan baru justru sedang dimulai

Sedangkan kemenangan masih jauh dari kenyataan

Mendung di atas kepalanya kian menebal

Pasti, ia akan kerahkan segala daya untuk melawan

Hanya ada satu pilihan, memenangkan pertarungan atau hancur sama sekali

Transaksi-transaksi politik akan segera digencarkan

Di jaman ini, politik tak ubahnya bisnis jual-beli kayu api

Kalah jadi arang, menangpun jadi arang

Politik era mutakhir tak kenal lagi apa itu ideologi

Politik sudah menjadi permainan bodoh yang memabukkan

So, who will be able to stop it?

Walikota…?! Di mana engkau Walikota…?! Walikota…?!

Baik-baik sajakah kamu? Walikota…?!

Mata dunia sedang mengincarmu. Walikota…?!

Ha…ha…ha…ha…ha….  Haaa…haa… ha…ha… ha….

 

~ FADE OUT ~

~ BLACK OUT ~

 

~ S E L E S A I  ~


Bojonegoro, 2 Nopember 2020

SISWO NURWAHYUDI


Support/dukungan/apresiasi :

Klik di sini





#2 NASKAH DRAMA : IDEO(T)OGI TANDA PETIK

 NASKAH DRAMA
IDEO(T)LOGI TANDA PETIK

Karya : Siswo Nurwahyudi



(Bagian 2)


034.  WALIKOTA :

(P-2) Sialan. Wartawan sialan. Tidak tahu apa, semalam aku sudah turun memantau langsung di lapang?

 

035.  AJUDAN :

(P-2) (KEPADA WALIKOTA) Mungkin sekarang waktunya Bapak bicara di depan para wartawan.

 

036.  WALIKOTA :

(P-2) Saya kira belum. Sebelum semua laporan saya anggap cukup, tutup rapat pintu untuk mereka. Yang penting pastikan dulu semua pengungsi cukup makan, baru saya akan temui para wartawan langsung di tempat pengungsian.

 

037.  RELAWAN :

(P-1) (BANGUN DARI TIDUR) Ada perintah Ndan? Maaf , saya tertidur terlalu lama. Oh ya, bantuan logistik masih belum ada ya Ndan?

 

038.  WALIKOTA :

(P-2) (KEPADA DAN SATGAS) Perintahkan bantuan logistik secepatnya. Pastikan semua bantuan aman sampai kepada yang berhak.

 

39.    RELAWAN :

(P-1) (MASUK) Lapor Ndan. Bantuan logistik tertahan dan dibongkar di posko milik front ormas. Mereka bersikeras dan memaksa. Tetapi satu armada logistik berhasil kita amankan.

 

040. DAN SATGAS  :

(P-2) Lapor bapak Walikota, bantuan logistik dibajak relawan dari front ormas. Tidak semuanya, hanya sebagian, tetapi ini mengacaukan masterplan pengorganisasian dan kerja pemetaan di lapang.

 

041.  WALIKOTA :

(P-2) Oh begitu? Emm… biar saja mereka ambil. Jangan ada tindakan. Perintahkan kirim logistik lagi, amankan, dan cegah orang-orangmu berkonflik dengan mereka di lapang.

 

042.  WARTAWAN :

(P-1) (MENUNJUKKAN ID CARD KEPADA DAN POSKO) Tugas reportase Ndan. Satu pertanyaan, bagaimana bisa bantuan logistiknya terlambat? Semua pengungsi sudah mengeluh.

 

043.  DAN POSKO :

(P-1) Pertanyaan yang membosankan. Oh, maaf, itu tadi off the record. Tulis saja, bantuan logistik sedang dalam proses diurus oleh Satgas Pusat. Kami di posko lapangan sudah menyiapkan segala sesuatunya sesuai protap. Sekarang dapur umum sudah bekerja, siap melayani pengungsi. Petugas kesehatan kami juga sudah bekerja sesuai tupoksi. Sesuai perintah Walikota, keselamatan jiwa masyarakat adalah prioritas utama. Walikota sedang bersiap meninjau langsung situasi di lapangan. Silakan menunggu dan bertanya langsung kepada beliau nanti.

 

044.  KETUA RW :

(P-1) (MASUK. KEPADA DAN POSKO) Lapor Ndan, saya ketua RW mewakili warga saya. (MENYERAHKAN BERKAS DATA)  Semua sudah saya catat lengkap di sini. Mohon secepatnya ditindaklanjuti.

 

045.  WARTAWAN :

(P-1) (KEPADA KETUA RW) Jadi anda adalah ketua RW. Apa benar anda ini ketua RW? Maaf, saya hanya ingin memastikan kebenarannya saja. Sebab dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini banyak orang mengaku-aku untuk keuntungan pribadi.

 

046.  KETUA RW :

(P-1) Maaf, anda siapa?

 

047. WARTAWAN :

(P-1) Saya wartawan.

 

048.  KETUA RW :

(P-1) Apa benar anda wartawan?

 

049.  WARTAWAN :

(P-1) (MENUNJUKKAN ID CARD) Ya, benar. Saya wartawan.

 

050.  KETUA RW :

(P-1) (NYINYIR KE WARTAWAN) Maaf, saya belum bisa mempercayai anda. Sebab dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini banyak orang mengaku-aku untuk ambil keuntungan pribadi. (KEPADA DAN POSKO) Saya pamit dulu Ndan. Terima kasih atas semua bantuan kepada warga saya.

(EXIT SAMBIL NYENGIR MELIRIK KE WARTAWAN YANG SEWOT)

 

051.  OPERATOR :

(P-2) Lapor, situasi di lapang sudah terkendali dengan baik. Kondisi logistik sementara cukup aman untuk dua hari ke depan.

 

052.  WALIKOTA :

(P-2) Bagus. (KEPADA AJUDAN)  Kita sekarang turun ke lapang. Segera siapkan segala sesuatunya. Periksa dengan teliti. Saya tidak mau ada celah sedikitpun yang bisa dimanfaatkan orang untuk menyerang saya. Terutama para wartawan. Kita berangkat sekarang. Yang lain tetap disini. Tetap

bertugas. Jangan ada yang meninggalkan tempat. Oke, Selamat pagi.

(EXIT. DIIKUTI AJUDAN).

 

053.  RELAWAN :

(P-1) (MENERIMA VIDEO CALL DI HP)

Selamat pagi sayang. Sudah mandi belum? Mandi dong biar cakep. Iya, Ayah pasti pulang. Ayah masih kerja, kalau pulang pasti dibawain oleh-oleh. Bantu Bunda jaga adik baik-baik ya. Belum tahu Ayah pulangnya kapan sayang. Pasti Ayah akan pulang kalau kerja sudah selesai. Kamu yang pinter ya, jangan nakal, kasihan Bunda kalau kamu nakal. Iya, Ayah janji, kalau pulang kita akan jalan-jalan lagi. Sudah sayang ya. Daaag… sayang… Muah…muah…!

 

054.  DAN SATGAS :

(P-2) (MENERIMA TELEPON DI HP) Hallo, ada apa sayang? Papa masih sibuk di posko sayang. Tapi Papa masih sibuk. Nanti sore saja ya. Kalau hanya ke mall kan bisa pergi sendiri. Atau minta ditemenin Mama kan bisa. Bagaimana sayang? Oh, begitu? Sebentar ya, Papa nanti telfon Mama dulu biar….. halo…, halo sayang… Kok ditutup?

(MENELPON LAGI) Hallo Mama. Mama di mana? Oh, jadi Mama ada jadwal di sana. Nanti habis fitness bisa nggak nemenin si bungsu belanja ke mall? Aduh. kenapa nggak bisa Ma? Ini situasi lagi genting, Papa belum bisa pulang. Tolong Ma, sebentar saja masa nggak bisa? Ma…, Mama…, hallo….hallo… Ahh, brengsek.

(KEPADA SEORANG STAFF)  Tolong, kendali posko sementara saya serahkan ke kamu. Saya mau pulang dulu. Kalau nanti Bapak tanya, sampaikan saja saya pulang sebentar mau ganti baju.

(BERGEGGAS BERKEMAS DAN PERGI TANPA PAMIT. EXIT)

 

055.  DAN POSKO :

(P-1) (KEPADA PARA RELAWAN)  Semua relawan, kumpul sekarang.

 

(P-1) : DENGAN SIGAP PARA RELAWAN BERKUMPUL BERBARIS DI DEPAN POSKO.

 

056.  DAN POSKO :

(P-1) Semuanya, siaaap.. grak! Setengah lencang kanan, grak! Istirahat di tempat, grak! Baik saudara-saudara. Saya ucapkan terima kasih, saudara- saudara semua telah melaksanakan tugas dengan sangat memuaskan. Saya ingin prestasi ini dipertahankan. Berikutnya saya sampaikan, bahwa bapakWalikota sedang OTW meninjau lapangan. Jadi mohon dipersiapkan dan dikondisikan sebaik-baiknya. Jaga reputasi kita dan jaga nama baik kita di hadapan beliau. Ini perintah, segera laksanakan. Siap, grak! Bubar, jalan!

 

(P-1) : SEMUA RELAWAN BERKEMAS DAN BERGERAK DENGAN GESIT (EXIT) MENINGGALKAN KOMANDAN POSKO DAN WARTAWAN.

 

057.  WARTAWAN :

(P-1) Stop press…!

Siang menjelang, kota masih tenggelam

Para pejuang kemanusiaan tak letih di medan laga mereka

Berjibaku di antara nyawa sendiri dan nyawa sesama manusia

Orang-orang ramai berdoa berjamaah di media sosial, seperti biasa

Tagar-tagar bermunculan bak jamur tumbuh di musim penghujan

Rekening-rekening atas nama kemanusiaan ramai diluncurkan

Oh… Bencana…! Atas namamu riuh-ramai cerita diciptakan

Ramai seperti panen raya yang diperlombakan

Ada yang berlomba tanpa syarat tanpa harap

Ada yang berlomba sebab terpanggil jiwanya

Ada yang berlomba karena memang menginginkan apa-apa

Memang demikianlah adanya, mirip seperti di dalam toko serba ada

Oh… Bencana…! Engkau cantik bagai gadis pesolek di muka kamera

Dan air matamu, adalah komoditi utama bagi kaum pemangsa

Walikota…?! Apa kabarmu Walikota?! Rakyat sudah menunggu.

Walikota…?! Sehat-sehatkah kamu? Walikota…?!


(P-1) : MASUK TIGA ORANG DENGAN UNIFORM ORMAS MEREKA MASING-MASING.


058.  ORMAS :

(P-1) (KEPADA DAN POSKO)  Siang Ndan. Apa benar Walikota sedang menuju kemari?

059.  DAN POSKO :

(P-1) Kami belum tahu.

 

060.  ORMAS :

(P-1) Selain kemari, tempat mana saja yang akan ditinjau?

 

061.  DAN POSKO :

(P-1) Kami tidak diberi tahu.

 

062.  ORMAS :

(P-1) Saya minta tolong, sampaikan kepada Walikota kalau posko kami siap menerima kunjungan beliau.

 

063.  ORMAS :

(P-1) Sampaikan juga, di posko kami sudah menunggu banyak wartawan yang siap meliput.

 

064.  ORMAS :

(P-1) (KEPADA REKAN ORMAS) Wartawan apa? Masa ada? Kok aku...

 

065.  ORMAS :

(P-1) (MENYIKUT REKANNYA)  Ssstt…! Awas… ada… (ISYARAT JARINYA MENUNJUK KE WARTAWAN)

 

066.  ORMAS :

(P-1) Benar Ndan. Posko kami bertiga ada berdekatan. Di sana ramai, Ndan. Banyak pengungsi, banyak wartawan juga. Saya kira sangat pantas ditinjau Walikota.

 

067.  DAN POSKO :

(P-1)  Oh, ya. Berita yang saya terima juga demikian. Justru sepertinya besar kemungkinan bapak Walikota akan meninjau ke tempat kalian lebih dulu. Bukankah kalian ini ormas pendukung utama Walikota? Saya kira bapak Walikota akan memilih datang ke posko kalian lebih dulu.

 

068.  ORMAS :

(P-1) Wahh… betul juga. Kalau begitu kami pamit, Ndan. Selamat siang.

 

(P-1) : ORANG-ORANG ORMAS BERGEGAS PERGI (EXIT) DENGAN EKSPRESI WAJAH BANGGA. DUA RELAWAN MASUK TERGOPOH SAMBIL MELIRIK MEREKA YANG PERGI. SEORANG RELAWAN LANGSUNG BERES-BERES MERAPIKAN POSKO, YANG SEORANG LAGI MELAPOR KE KOMANDAN POSKO.

 

069.  RELAWAN :

(P-1)  Lapor, Ndan. Walikota sudah ada di pos pengungsian. Setelah darisana langsung meninjau ke sini. (MENOLEH KE ARAH JAUH, LALU BERBISIK) Maaf, apa mereka tadi bikin ulah lagi?

 

070.  OPERATOR :

(P-2) Lapor. Baru saja front ormas mendesak kita agar mengagendakan kunjungan Walikota ke posko mereka. Bicaranya setengah marah. Seorang petugas lapang kita yang memantau pos mereka dibentak-bentak.

 

071.  STAFF :

(P-2) Brengsek mereka itu. Kalau sudah begini apa yang bisa kita buat?

 

(P-1) : WALIKOTA MASUK DIIKUTI BEBERAPA ORANG. KOMANDAN POSKO CEPAT MENYAMBUT. WALIKOTA SEGERA MEMERIKSA BERKAS-BERKAS LAPORAN DAN MEMERIKSA PAPAN PETA TERDAMPAK.

 

072.  STAFF :

(P-2) Kita harus pastikan posisi Walikota ada di mana. Dan pastikan rencana titik mana saja yang ditinjau hari ini. Konsolidasikan dengan semua posko kita di lapang. Kemanapun Walikota, perintahkan jangan pernah kasih tahu front ormas.

 

073.  WARTAWAN :

(P-1) (KEPADA WALIKOTA)  Maaf, satu pertanyaan saja.

 

074. WALIKOTA :

(P-1) Boleh. Silakan.

 

075.  WARTAWAN   :

(P-1) Bagaimana kondisi anda? Sehatkah? Baik-baik sajakah?

 

076.  WALIKOTA :

(P-1) (MENGERNYIT HERAN PADA WARTAWAN)  Itu tadi tiga pertanyaan. Kenapa anda bertanya seperti itu?

 

077.  WARTAWAN :

(P-1) Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memastikan saja. Sebab saat inisemua orang sedang dalam kondisi shock. Apakah anda juga demikian?

 

078.  WALIKOTA :

(P-1) (TERSENYUM)  Saya kira sekarang semua sudah baik-baik saja. Sudah terkendali semuanya. Terorganisasi dengan baik. Koordinasi di lapang juga baik. Dan saya dalam kondisi baik-baik saja.

 

079.  WARTAWAN :

(P-1) Apakah anda tidak khawatir ini nanti akan meruntuhkan reputasi dan elektabilitas anda. Saya dengar bencana ini telah membuat banyak orang kecewa berat terhadap kerja-kerja anda selama ini, khususnya dalam kebijakan mitigasi bencana.

 

080.  WALIKOTA :

(P-1)  Tidak masalah. Ini bencana. Tidak terkait dengan masalah politik. Skenario mitigasi sedang kami susun berdasarkan fakta-fakta di lapang. Oleh sebab itu saya turun langsung ke lapang, melihat sendiri semua masalahnya ada di mana. Jadi tolong pertanyaannya jangan mengada-ada seperti itu. Anda wartawan media apa?

 

081.  WARTAWAN :

(P-1) (MENUNJUKKAN ID CARD)  Saya dari media “Roda Bisnis”. Media ekonomi dan bisnis.

 

082.  WALIKOTA :

(P-1) (TERSENYUM MENYEMBUBYIKAN KESAL)  Kalau media bisnis kenapa pertanyaan anda politis? Cukup ya, saya masih harus melanjutkan ke tempat yang lain. (KEPADA KOMANDAN POSKO)  Terima kasih sudah bertugas dengan baik. Saya mau lanjut dulu. Selamat siang.  

(EXIT BERSAMA ROMBONGAN)

 

083.  DAN SATGAS :

(P-2) (MASUK)  Selamat siang.

 

084.  STAFF :

(P-2) Selamat siang Pak. Lapor, situasi di lapang cukup terkendali.

 

085.  DAN SATGAS :

(P-2) (MELEPAS UNIFORM, LALU BERGANTI T-SHIRT)  Reputasi bapak Walikota sedang terancam. Sebagian pendukungnya kemungkinan bisa berbalik arah. Yahh…, itu sudah resiko sebagai incumbent. Kita lihat saja nanti bagaimana situasi politik setelah ini. Saya harap beliau tak lagi keras kepala. Mudah-mudahan nanti mau menerima masukan-masukan dari kita. Selama ini Walikota hanya mau mendengar masukan dari Tim Ahli Percepatan Pembangunan yang sudah nyata-nyata mereka hanya bikin blunder saja. Ah, mereka itu apa? Gaji gedhe, gelar akademik setinggi langit, di otaknya cuma proyek dan duit saja.

(MELIRIK KANAN-KIRI) Oh, maaf. Jangan diambil hati. Saya tadi hanya mengkhawatirkan posisi bapak Walikota. Saya ini pendukung setia Bapak, jangan sampai kalah di kontestasi mendatang.  (DUDUK SAMBIL MENYILANG KAKINYA DI ATAS MEJA)

Aduhh… capek sekali. Hemmm….

 

086.  WARTAWAN :

(P-1) Stop press…!

Siang menjelang sore, lidah bencana membiaskan ragam tutur cerita

Walikota sembunyi di wajah pucat-pasi, sedang kerja katanya

Di langit maya, orang-orang berkelahi sendiri

Antara yang memuja dan barisan caci-maki

Dan sekali lagi, air mata menjadi komoditi yang seksi

 

~ FADE OUT (GO TO) BLACK OUT ~

(Bersambung bag. 3)


Support/dukungan /apresiasi:

Klik di sini