PUISI-PUISI MERINGKAS MALAM
MERINGKAS MALAM
malam dan lampu temaram
serak daun berbisik-bisik
rembulan sembunyi
meja dekil memeluk bangku
tukang warkop menguap
nyanyi jengkerik terbata
tangis bayi menyela jeda
langit di luar sunyi
langit di kepala bernapas
langit di jiwa berdetak
di puncak dakian
letup-letup kecil terkumpul
mengembun, bersenyawa
tiga puluh kolam
enam ribuan kalam
merembes turun
terlahir air sebulir
lalu sebulir lagi
dan sebulir lagi
akal
iman
taqwa
sempurna
serak daun berbisik-bisik
rembulan sembunyi
meja dekil memeluk bangku
tukang warkop menguap
nyanyi jengkerik terbata
tangis bayi menyela jeda
langit di luar sunyi
langit di kepala bernapas
langit di jiwa berdetak
di puncak dakian
letup-letup kecil terkumpul
mengembun, bersenyawa
tiga puluh kolam
enam ribuan kalam
merembes turun
terlahir air sebulir
lalu sebulir lagi
dan sebulir lagi
akal
iman
taqwa
sempurna
Bojonegoro, 21072019
Mata sebagai mikroskop
Hati, pisau bedah
Otak, kitab berontak
Fakta dan fatamorgana
Meniti pelangi
Putus
Neraca, keikhlasan
29072019
SENIMAN
kesepian
kesendirian
oligarki
tanpa mati
29072019
HANGUS DI KAMAR
terkunci
di kamar
tradisi suci
terbakar
hitam
arang
nilai
imaji
hilang ruh
pancang
peradaban
zombie
24072019
LELALELO LALELOLA
bapakku matahari, ibuku malam sunyi
sembilan bintang dan tujuh galaksi namaku
terlahir dan tumbuh tanpa asupan, tanpa asuhan
berguru sendiri kepada kekejaman jalanan kota yang agung
diamku adalah teriak konyol tentang indahnya rembulan di pasir
teriakku adalah nyanyian senyap dari mimpi ikan paus ingin terbang
di tempatku berdiri ini, aku menantangmu wahai kau filosof bau terasi
sembilan bintang dan tujuh galaksi namaku
terlahir dan tumbuh tanpa asupan, tanpa asuhan
berguru sendiri kepada kekejaman jalanan kota yang agung
diamku adalah teriak konyol tentang indahnya rembulan di pasir
teriakku adalah nyanyian senyap dari mimpi ikan paus ingin terbang
di tempatku berdiri ini, aku menantangmu wahai kau filosof bau terasi
Bojonegoro, 23072019
TENTANG LELAKI PENIDUR DAN PARA JURU
NUJUM KERAJAAN
kapanpun ingin, ia tidur
putaran waktu tak berarti
tidur dan terjaga suka-suka
di galar, di tikar, di pokok dahan
di dingin malam, di panas lempeng padas
di manapun ia suka, bahkan tegak bersandarpun
tanpa harus diatur-atur, pun zonder dengkur
putaran waktu tak berarti
tidur dan terjaga suka-suka
di galar, di tikar, di pokok dahan
di dingin malam, di panas lempeng padas
di manapun ia suka, bahkan tegak bersandarpun
tanpa harus diatur-atur, pun zonder dengkur
wajahnya tampan
kulitnya bersih bersinar
rambut tipis diumbar panjang menjuntai
tak ada janggut, alis dan kumisnya pun samar
bagai bulan purnama berselimut jurai benang-benang sutra
dan kerumunan wajah kaku diam menunggu
tiba mata itu terbuka
menanti pertanda di wajah pualam akan apa yang bakal ternujum
pertanda yang musti terbaca dalam sepersekian detik saja
ya, sekedip mata berbanding satu atau dua jam penantian
selebihnya terlihat tak lebih dari senyum nakal yang menjengkelkan
menanti pertanda di wajah pualam akan apa yang bakal ternujum
pertanda yang musti terbaca dalam sepersekian detik saja
ya, sekedip mata berbanding satu atau dua jam penantian
selebihnya terlihat tak lebih dari senyum nakal yang menjengkelkan
11072019
PERTAPAAN PARA PELACUR
air mata sunyi
mata air sunyi
alir, alir, alir sunyi
air hidup, mata mati
hidup sunyi, air mati
air mati, mata sunyi
tua, sunyi, menua
tawa sunyi, tangis sunyi
tuhan sunyi, tuhan sunyi
alir, alir, alir air mata
alir mata air mata mati
hidup ada, hidup mati
tepekur sunyi
selami mata air mati
sendiri
mata air sunyi
alir, alir, alir sunyi
air hidup, mata mati
hidup sunyi, air mati
air mati, mata sunyi
tua, sunyi, menua
tawa sunyi, tangis sunyi
tuhan sunyi, tuhan sunyi
alir, alir, alir air mata
alir mata air mata mati
hidup ada, hidup mati
tepekur sunyi
selami mata air mati
sendiri
09072019
BULAN GERHANA DI ATAS KEPALA DAN
KITA
tak pernah ada yang terluka di
setiap gerhana usai
andai saja iya, pasti salah kita merumuskannya
mengurai penanda waktu butuh keutuhan lahir dan batin
seperti purnama malam ini, memecah kegelapan yang kita cipta
andai saja iya, pasti salah kita merumuskannya
mengurai penanda waktu butuh keutuhan lahir dan batin
seperti purnama malam ini, memecah kegelapan yang kita cipta
Bojonegoro, 17072019
Support/dukungan/apresiasi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar