SAJAK-SAJAK KESAKSIAN BULAN SEPTEMBER




SAJAK-SAJAK KESAKSIAN BULAN SEPTEMBER

Siswo Nurwahytudi





ARTI AIR MATA BULAN SEPTEMBER 2019 BAGI AYAHMU


(September tahun ini begitu ngilu, dua citra ungu dan kelabu
mengaduk rongga kemanusiaanku)

tanggal 23, tepat di ulang tahunmu putra pertamaku
tak ada kue tart untuk pesta tahun ini, maaf nak
ayah harus suguhkan tangis darah Wamena padamu
harus, agar kita tak kehilangan sisi manusiawi kita
toh usiamu sudah cukup dewasa untuk menerima kenyataan
apa arti sebuah pesta dibanding kehilangan rasa empati?
mari kita mendoakan saja semua lekas baik kembali
juga doa keselamatan keluarga Paklik-Bulikmu di bumi cendrawasih sana
mereka, anak-anak dari almarmum adik lelaki kakekmu yang kini di surga
kita dan mereka juga dipisahkan oleh tragedi berdarah semacam itu
kisah kelam yang disenyapkan oleh tabir gelap sejarah
hanya selembar foto ini yang ayahmu punya
tak sekalipun kami pernah bersua muka
dua bulan persis usia ayahmu waktu peristiwa itu terpicu
harus saling menjaga rahasia, kata kakekmu di penghujung usianya
keselamatan menjadi hal yang terpenting, lain tidak
hidup adalah harga paling mahal dalam situasi genting dan mencekam

30 September, hari jadi adikmu paling bungsu
sama 'weton', beda usia sepuluh tahun denganmu
gadis kecil yang cantik, bongsor, dan sedikit kolokan
lahir sama tanggal beda hari dengan tragedi kelam '65
malam jahanam menghancurkan mata rantai dua keluarga sedarah
dua lelaki seinang yang pernah bersama menggeber mesiu revolusi
kemudian dikoyak ketidakadilan di simpang jalan perjuangan
esok satu Oktober, dimana kita kibar bendera satu tiang

tetapi di dalam dada ayahmu tetaplah setengah tiang
sebab ayah belum memenangkan pertempuran senyap ini
pertempuran September yang selalu berkelindap dari tahun ke tahun
belum selesai, belum selesai hingga kita berhasil memeluk erat mereka
ya, tak peduli berapa banyak air mata yang akan tertumpah


Bojonegoro, 01102019




LALU UNTUK APA


jika masalah keadilan hanya persoalan cara pandang
maka barisan cicak berhak memperbudak seekor buaya
kalau kebenaran hanya menyimpan sebiji rumus
maka sia-sialah sejarah berteori berkitab-kitab
andai wajah kesetaraan hanya segaris lurus cakrawala
apa guna kebudayaan dan peradaban ditasbihkan
jikalau hidup hanya berbatas kematian
untuk apa Tuhan menciptakan kehidupan


Bojonegoro, 01102019




BERTERIAKLAH KAMU


berteriaklah jika itu kaurasa layak
sebab bentang keadilan memang tak berbatas jarak
adil bagimu belum tentu bagi lain pandangan
sakit bagimu belumlah cerita utuh bagi kisah kehidupan
nyaman di pihakmu tak menjadi jaminan tersemai kesejukan

berteriaklah sekencang bisa untuk obat luka sementara
sebab hidup ada untuk terbiasa mencecap nestapa
tanpanya, tidak pernah ada rasa dan kata bahagia
sebagaimana para filsuf merasa dekat dengan kewajaran hidup
berteriaklah sepenuh bahagia ke angkasa

agar yang lain juga ikut mengambil meski hanya secuil
kecuali mereka yang terluka oleh kepongahanmu
meningkah di belakangmu mencuri apa yang kaukangkangi
demikianlah rasa keadilanmu itu akan bekerja
di atas jurang api yang tercipta dari tafsir nafsumu sendiri


Bojonegoro, 01102019




TENTANG GELEMBUNG YANG BERPESTA


kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan

bagai gelembung-gelembung besar
saling tubruk, saling menggamit, saling beririsan
membiaskan pendar cahaya pelangi atas nama demokrasi
sementara silaunya setajam berlian disembunyikan sangat rapat
awam, terpukau larut hanyut di dalam warna-warni kepalsuan
melambung menjadi gelembung-gelembung kecil
yang tanpa sadar energi mereka lesap terserap
maka gelembung-gelembung besar itu semakin menggembung
berdansa pesta pora di atas awan berwarna emas
silaunya menikam kaum awam menjadi hujan air mata


Bojonegoro, 01102019




TABUT TANPA BINTANG


kusam wajah malam
bulan sabit meratapi langit
kabar angin menikam dingin
pekat sepi sumbat lorong mimpi
di bumi suara hati sedang digergaji


30092019




ISYARAH DARAH


kamu yang menghunus pedang di balik jubah
tanganmu menebas-nebas hingga tubuh-tubuh tersimbah
mengangkang di atas kurbanmu, lidahmu tumpah serapah
sambil kaucuci tangan dan mulutmu dengan isyarah darah
seolah kibar benderamu itu sangkakala perang suci di jalan Allah


Bojonegoro, 29092019




APA GUNA?


sudahlah, semua mata sudah melihat segala jurus tipu muslihatmu
bukankah semua mata itu dasarnya berwarna gelap terang
warna apapun yang engkau tasbihkan di jalanan
tercerna hitam atau putih di jantung nurani tiap insan
karena kejujuran dan kebenaran sudah tersemat sejak ruh ditiupkan
lalu apa guna kau sembunyi di balik tipu dayamu itu?


Bojonegoro, 29092019





BIARLAH PERGI


biarlah bayang-bayang itu pergi, sebab
ia tak selamanya setia pada tuannya


29092019



DIKSI-DIKSI GELAP

pembacaan di wilayah abu-abu pun punya kamus terang
sedang ocehan kalian menggaung dari kamar-kamar gulita
meracau dengan oratori di balik diksi-diksi gelap
di televisi, koran-koran, langit maya, bahkan di kolong meja warung kopi
memaksa orang menafsir atas standar respon telinga paling pekak
lidah dipilin dan mulut-mulut bertutur tanpa benang saraf yang utuh
buram mata rabun menyapu ke segala arah
liar dari A ke F kemudian menjadi C# ke G-minor jatuh di B-es
bola menggelinding memantul-mantul tak bermata
leher-leher telanjang digiring menuju pesta para drakula
atau darah generasi yang masih segar dituang di altar?
untuk kalian ramu kembali menjadi diksi gelap mantera nafsu politikmu



Bojonegoro, 26092019




AJARI MENJADI

anak-anak jaman butuh diajari mencintai tanah
belajar menanam dan merawat benih dengan sabar
berkawan dengan musim dan bermain bersama alam
agar generasi sesudah mereka merasakan manisnya panen buah

anak-anak jaman butuh diajari mencintai laut
membentangkan layar mengarungi keperkasaan jiwanya
agar kelak terpatri dalam sejarah bangsa-bangsa penakluk
anak-anak jaman butuh diajari menjelajah langit luas
agar bisa mewariskan rasa syukur dan mencintai Tuhannya dengan benar


Bojonegoro, 25092019




DI BIRU MALAMMU


berkelindap cerita tentang masa nanti
sesaat sebelum gemerlap cahayamu kau redupkan
di sudut kotaku di pendar biru malammu
cinta menggelepar di meja pertaruhan
seperti hutanku yang kau acungi seunggun api
melepuhkan wajah-wajah polos yang menangis
melihat anak-anak jaman sedang disajikan di atas nampan
sementara itu pemilik pesta menunggu dengan senyumnya


Bojonegoro, 25092019




JIKA AKAL JAUH DARI AKAR


dengan akar mereka bertumbuh
dengan akal kamu tega membunuh
dengan akar mereka merimbun
dengan akal kamu tebar segala racun
dengan akar mereka menjadikanmu tamu
dengan akal kamu menancapkan benih benalu
dengan akar mereka bertahan
dengan akal kamu pukulkan besi antan
dengan akar mereka berbiak
dengan akal kamu tebaskan kapak
dengan akar mereka merawat jiwa
dengan akal kamu menghunus senjata
dengan akar mereka bersinar
dengan akal kamu bisanya bikin onar


Bojonegoro, 23092019




CANDI DAN BATU-BATU

berabad-abad lalu batu-batu itu bersamadi
tafakur, memuja keagungan Tuhan Maha Suci
kini tersusun menjulang langit bertabur ukir-pahat
menjadi rumah bagi doa-doa sesembah Sang Hyang Agung
konsep illahiyah, kemanunggalan makrokosmos mikrokosmos
totalitas, pertapaan menembus batas wadag ragawi
kemegahan yang jauh dari riuh-ramai dan tingkah pongah
hening menyatu dalam pemujaan bersama doa batu-batu


Bojonegoro, 20092019




TARIAN PERANG

pedang terhunus
busur panah direntang
gemulai dalam genggaman
tarian lelaki-lelaki perkasa
menghentak bumi, menyihir udara
pekik di mulut bersahutan
seruan mantra perdamaian
pesan di balik tarian perang



20092019




LAHIR TANPA SILSILAH?


puisi-puisi yang bertebaran di jalanan itu lahir tanpa silsilah
tetapi mereka jauh lebih otentik dibanding riak reka kausa
diksi yang mengalir tanpa proses pemerahan kantung kata-kata
entah berapa banyak penyair suka menyusu pada mereka
hingga lahir berbuku-buku sajak yang durhaka kepada inangnya



Bojonegoro, 20092109






ELEGI MERINGKAS SUNYI


diputarnya lagu
memecah kamar sepi
betapa tak terbentang jarak
antara tangis dan putik bunga pilu
kering ditimang vas bergaya gotik klasik
konstan dalam tempo irama detak jam dinding
melo lagu tanpa syair merayu dendang para kumbang

sepasang cicak yang galau memilih pergi
memancang harap sunyi sudi meringkas diri
membawa serta potret buram di dinding
atau biarlah belai angin mengusap kuncup bunga pilu
dan not-not lagu turut serta meringkas sunyi
juga bulir-bulir mimpi menata wangi peraduan
untuk esok, melahirkan kembali simphony di ladang aksara


Bojonegoro, 20092019




WAJAH BULAN DI KERANJANG BUNGA\

sambil membenarkan tali pita di gaun
simpul senyumnya melipat garis di pipi
seikat bunga kuncup di keranjang dalam gendongan
jemarinya mungil lentik mengibas percik daki di lengan
lalu melangkah riang menari di pematang
ia melihat wajah bulan setengah bundar di langit siang
dipetiknya dengan nyanyian, dititipkan di keranjang
seikat kembang di keranjang bermekaran memeluk bulan
mengantar si gadis pulang
merangkai dongeng malam
bagi sang ibunda yang malang
malam menanti di pembaringan
bagi anak-anak rusa yang malang


Bojonegoro, 19092019




PASAK SEJARAH DI PENGGORENGAN

sepotong lidi korek api di tangan redaktur
dan sebuah penggorengan di atas tungku opini
sudikah memasak pasak-pasak kejujuran
agar sejarah tak dijarah para bromocorah di sidang rakyat

sebatang korek lidi dan penggorengan di tangan tuan
sudikah memasak pasak-pasak kebenaran
ataukah nasib kami harus terpasak di tiang gantungan
menunggu jerat tali di leher dikalungkan


Bojonegoro, 19092019




MERINGKAS PAGI

seekor burung kecil di ujung batang
ekor mungilnya dijungkat-jungkit, teriak bercicit-cicit
memaku pandang pada ufuk timur usai azan subuh
sudah tiga subuh ia bersamaku seperti itu
seperti ada janji untuk meringkas pagi bersama kekasih
aku masih di bingkai jendela menemani
sampai pagi meringkas diri demi hajat para bayi


Bojonegoro, 19092019




MALAM-MALAM PERJUDIANMU

menarilah kamu dengan belahan sayap kupu-kupu
warna-warni yang terpancar dari luka-dukamu memerah-membiru
kerlap-kerlip lampu bagai rinai hujan menuntun rambu kakimu menuju
selangkangmu hinggap di ujung hidung lelaki penghisap cerutu
menitipkan setitik madu buah sari kepahitan hidup masa lalu

malam-malam tanpa henti kau talu seluruh hidupmu di perjudian nasibmu
beribu lelaki menghisapmu selaksa segulung daun tembakau
sebaliknya kau menyiksa jiwa mereka seperti sesak jerebu, never slow
super rock 'n roll, full hard power, menghentak-hentak, botol-botol terserak
deru dingin angin kau bakar menjadi api sembilu, sayap-sayap berkepak
lalu semua pulang dengan dongak yang congkak, kau pun tergelak bahak

malam melangkah pulang
kabut datang berdendang
semua merasa menang


Bojonegoro 19092019




DUNIAMU TAK SEMUSIM SAJA

meledak seolah seluruh isi dadamu
ketika panggung dirajamu disentil dua pasal
sebelah kaki teranomali, sebelah lagi berlidah sepi
gamang pada bayangan, menikam atau menunggu ditikam
oleh waktu
entah dirabunkan, ataukah sedang bercermin di kaca buram
sementara ruang kesadaran masih begitu benderang
dan waktu kini sedang menghamparkan harapan
menunggu kapan membatu kaki lempungmu
oleh waktu
dunia terus berputar menjaga keseimbangan
digilir berganti-ganti cuaca dan musim
mustinya kau tahu semua itu
seharusnya kau tahu


Bojonegoro, 18092019


Support/donasi/dukungan :
https://saweria.co/SiswoNurwahyudi