SAJAK-SAJAK KESAKSIAN BULAN SEPTEMBER




SAJAK-SAJAK KESAKSIAN BULAN SEPTEMBER

Siswo Nurwahytudi





ARTI AIR MATA BULAN SEPTEMBER 2019 BAGI AYAHMU


(September tahun ini begitu ngilu, dua citra ungu dan kelabu
mengaduk rongga kemanusiaanku)

tanggal 23, tepat di ulang tahunmu putra pertamaku
tak ada kue tart untuk pesta tahun ini, maaf nak
ayah harus suguhkan tangis darah Wamena padamu
harus, agar kita tak kehilangan sisi manusiawi kita
toh usiamu sudah cukup dewasa untuk menerima kenyataan
apa arti sebuah pesta dibanding kehilangan rasa empati?
mari kita mendoakan saja semua lekas baik kembali
juga doa keselamatan keluarga Paklik-Bulikmu di bumi cendrawasih sana
mereka, anak-anak dari almarmum adik lelaki kakekmu yang kini di surga
kita dan mereka juga dipisahkan oleh tragedi berdarah semacam itu
kisah kelam yang disenyapkan oleh tabir gelap sejarah
hanya selembar foto ini yang ayahmu punya
tak sekalipun kami pernah bersua muka
dua bulan persis usia ayahmu waktu peristiwa itu terpicu
harus saling menjaga rahasia, kata kakekmu di penghujung usianya
keselamatan menjadi hal yang terpenting, lain tidak
hidup adalah harga paling mahal dalam situasi genting dan mencekam

30 September, hari jadi adikmu paling bungsu
sama 'weton', beda usia sepuluh tahun denganmu
gadis kecil yang cantik, bongsor, dan sedikit kolokan
lahir sama tanggal beda hari dengan tragedi kelam '65
malam jahanam menghancurkan mata rantai dua keluarga sedarah
dua lelaki seinang yang pernah bersama menggeber mesiu revolusi
kemudian dikoyak ketidakadilan di simpang jalan perjuangan
esok satu Oktober, dimana kita kibar bendera satu tiang

tetapi di dalam dada ayahmu tetaplah setengah tiang
sebab ayah belum memenangkan pertempuran senyap ini
pertempuran September yang selalu berkelindap dari tahun ke tahun
belum selesai, belum selesai hingga kita berhasil memeluk erat mereka
ya, tak peduli berapa banyak air mata yang akan tertumpah


Bojonegoro, 01102019




LALU UNTUK APA


jika masalah keadilan hanya persoalan cara pandang
maka barisan cicak berhak memperbudak seekor buaya
kalau kebenaran hanya menyimpan sebiji rumus
maka sia-sialah sejarah berteori berkitab-kitab
andai wajah kesetaraan hanya segaris lurus cakrawala
apa guna kebudayaan dan peradaban ditasbihkan
jikalau hidup hanya berbatas kematian
untuk apa Tuhan menciptakan kehidupan


Bojonegoro, 01102019




BERTERIAKLAH KAMU


berteriaklah jika itu kaurasa layak
sebab bentang keadilan memang tak berbatas jarak
adil bagimu belum tentu bagi lain pandangan
sakit bagimu belumlah cerita utuh bagi kisah kehidupan
nyaman di pihakmu tak menjadi jaminan tersemai kesejukan

berteriaklah sekencang bisa untuk obat luka sementara
sebab hidup ada untuk terbiasa mencecap nestapa
tanpanya, tidak pernah ada rasa dan kata bahagia
sebagaimana para filsuf merasa dekat dengan kewajaran hidup
berteriaklah sepenuh bahagia ke angkasa

agar yang lain juga ikut mengambil meski hanya secuil
kecuali mereka yang terluka oleh kepongahanmu
meningkah di belakangmu mencuri apa yang kaukangkangi
demikianlah rasa keadilanmu itu akan bekerja
di atas jurang api yang tercipta dari tafsir nafsumu sendiri


Bojonegoro, 01102019




TENTANG GELEMBUNG YANG BERPESTA


kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan

bagai gelembung-gelembung besar
saling tubruk, saling menggamit, saling beririsan
membiaskan pendar cahaya pelangi atas nama demokrasi
sementara silaunya setajam berlian disembunyikan sangat rapat
awam, terpukau larut hanyut di dalam warna-warni kepalsuan
melambung menjadi gelembung-gelembung kecil
yang tanpa sadar energi mereka lesap terserap
maka gelembung-gelembung besar itu semakin menggembung
berdansa pesta pora di atas awan berwarna emas
silaunya menikam kaum awam menjadi hujan air mata


Bojonegoro, 01102019




TABUT TANPA BINTANG


kusam wajah malam
bulan sabit meratapi langit
kabar angin menikam dingin
pekat sepi sumbat lorong mimpi
di bumi suara hati sedang digergaji


30092019




ISYARAH DARAH


kamu yang menghunus pedang di balik jubah
tanganmu menebas-nebas hingga tubuh-tubuh tersimbah
mengangkang di atas kurbanmu, lidahmu tumpah serapah
sambil kaucuci tangan dan mulutmu dengan isyarah darah
seolah kibar benderamu itu sangkakala perang suci di jalan Allah


Bojonegoro, 29092019




APA GUNA?


sudahlah, semua mata sudah melihat segala jurus tipu muslihatmu
bukankah semua mata itu dasarnya berwarna gelap terang
warna apapun yang engkau tasbihkan di jalanan
tercerna hitam atau putih di jantung nurani tiap insan
karena kejujuran dan kebenaran sudah tersemat sejak ruh ditiupkan
lalu apa guna kau sembunyi di balik tipu dayamu itu?


Bojonegoro, 29092019





BIARLAH PERGI


biarlah bayang-bayang itu pergi, sebab
ia tak selamanya setia pada tuannya


29092019



DIKSI-DIKSI GELAP

pembacaan di wilayah abu-abu pun punya kamus terang
sedang ocehan kalian menggaung dari kamar-kamar gulita
meracau dengan oratori di balik diksi-diksi gelap
di televisi, koran-koran, langit maya, bahkan di kolong meja warung kopi
memaksa orang menafsir atas standar respon telinga paling pekak
lidah dipilin dan mulut-mulut bertutur tanpa benang saraf yang utuh
buram mata rabun menyapu ke segala arah
liar dari A ke F kemudian menjadi C# ke G-minor jatuh di B-es
bola menggelinding memantul-mantul tak bermata
leher-leher telanjang digiring menuju pesta para drakula
atau darah generasi yang masih segar dituang di altar?
untuk kalian ramu kembali menjadi diksi gelap mantera nafsu politikmu



Bojonegoro, 26092019




AJARI MENJADI

anak-anak jaman butuh diajari mencintai tanah
belajar menanam dan merawat benih dengan sabar
berkawan dengan musim dan bermain bersama alam
agar generasi sesudah mereka merasakan manisnya panen buah

anak-anak jaman butuh diajari mencintai laut
membentangkan layar mengarungi keperkasaan jiwanya
agar kelak terpatri dalam sejarah bangsa-bangsa penakluk
anak-anak jaman butuh diajari menjelajah langit luas
agar bisa mewariskan rasa syukur dan mencintai Tuhannya dengan benar


Bojonegoro, 25092019




DI BIRU MALAMMU


berkelindap cerita tentang masa nanti
sesaat sebelum gemerlap cahayamu kau redupkan
di sudut kotaku di pendar biru malammu
cinta menggelepar di meja pertaruhan
seperti hutanku yang kau acungi seunggun api
melepuhkan wajah-wajah polos yang menangis
melihat anak-anak jaman sedang disajikan di atas nampan
sementara itu pemilik pesta menunggu dengan senyumnya


Bojonegoro, 25092019




JIKA AKAL JAUH DARI AKAR


dengan akar mereka bertumbuh
dengan akal kamu tega membunuh
dengan akar mereka merimbun
dengan akal kamu tebar segala racun
dengan akar mereka menjadikanmu tamu
dengan akal kamu menancapkan benih benalu
dengan akar mereka bertahan
dengan akal kamu pukulkan besi antan
dengan akar mereka berbiak
dengan akal kamu tebaskan kapak
dengan akar mereka merawat jiwa
dengan akal kamu menghunus senjata
dengan akar mereka bersinar
dengan akal kamu bisanya bikin onar


Bojonegoro, 23092019




CANDI DAN BATU-BATU

berabad-abad lalu batu-batu itu bersamadi
tafakur, memuja keagungan Tuhan Maha Suci
kini tersusun menjulang langit bertabur ukir-pahat
menjadi rumah bagi doa-doa sesembah Sang Hyang Agung
konsep illahiyah, kemanunggalan makrokosmos mikrokosmos
totalitas, pertapaan menembus batas wadag ragawi
kemegahan yang jauh dari riuh-ramai dan tingkah pongah
hening menyatu dalam pemujaan bersama doa batu-batu


Bojonegoro, 20092019




TARIAN PERANG

pedang terhunus
busur panah direntang
gemulai dalam genggaman
tarian lelaki-lelaki perkasa
menghentak bumi, menyihir udara
pekik di mulut bersahutan
seruan mantra perdamaian
pesan di balik tarian perang



20092019




LAHIR TANPA SILSILAH?


puisi-puisi yang bertebaran di jalanan itu lahir tanpa silsilah
tetapi mereka jauh lebih otentik dibanding riak reka kausa
diksi yang mengalir tanpa proses pemerahan kantung kata-kata
entah berapa banyak penyair suka menyusu pada mereka
hingga lahir berbuku-buku sajak yang durhaka kepada inangnya



Bojonegoro, 20092109






ELEGI MERINGKAS SUNYI


diputarnya lagu
memecah kamar sepi
betapa tak terbentang jarak
antara tangis dan putik bunga pilu
kering ditimang vas bergaya gotik klasik
konstan dalam tempo irama detak jam dinding
melo lagu tanpa syair merayu dendang para kumbang

sepasang cicak yang galau memilih pergi
memancang harap sunyi sudi meringkas diri
membawa serta potret buram di dinding
atau biarlah belai angin mengusap kuncup bunga pilu
dan not-not lagu turut serta meringkas sunyi
juga bulir-bulir mimpi menata wangi peraduan
untuk esok, melahirkan kembali simphony di ladang aksara


Bojonegoro, 20092019




WAJAH BULAN DI KERANJANG BUNGA\

sambil membenarkan tali pita di gaun
simpul senyumnya melipat garis di pipi
seikat bunga kuncup di keranjang dalam gendongan
jemarinya mungil lentik mengibas percik daki di lengan
lalu melangkah riang menari di pematang
ia melihat wajah bulan setengah bundar di langit siang
dipetiknya dengan nyanyian, dititipkan di keranjang
seikat kembang di keranjang bermekaran memeluk bulan
mengantar si gadis pulang
merangkai dongeng malam
bagi sang ibunda yang malang
malam menanti di pembaringan
bagi anak-anak rusa yang malang


Bojonegoro, 19092019




PASAK SEJARAH DI PENGGORENGAN

sepotong lidi korek api di tangan redaktur
dan sebuah penggorengan di atas tungku opini
sudikah memasak pasak-pasak kejujuran
agar sejarah tak dijarah para bromocorah di sidang rakyat

sebatang korek lidi dan penggorengan di tangan tuan
sudikah memasak pasak-pasak kebenaran
ataukah nasib kami harus terpasak di tiang gantungan
menunggu jerat tali di leher dikalungkan


Bojonegoro, 19092019




MERINGKAS PAGI

seekor burung kecil di ujung batang
ekor mungilnya dijungkat-jungkit, teriak bercicit-cicit
memaku pandang pada ufuk timur usai azan subuh
sudah tiga subuh ia bersamaku seperti itu
seperti ada janji untuk meringkas pagi bersama kekasih
aku masih di bingkai jendela menemani
sampai pagi meringkas diri demi hajat para bayi


Bojonegoro, 19092019




MALAM-MALAM PERJUDIANMU

menarilah kamu dengan belahan sayap kupu-kupu
warna-warni yang terpancar dari luka-dukamu memerah-membiru
kerlap-kerlip lampu bagai rinai hujan menuntun rambu kakimu menuju
selangkangmu hinggap di ujung hidung lelaki penghisap cerutu
menitipkan setitik madu buah sari kepahitan hidup masa lalu

malam-malam tanpa henti kau talu seluruh hidupmu di perjudian nasibmu
beribu lelaki menghisapmu selaksa segulung daun tembakau
sebaliknya kau menyiksa jiwa mereka seperti sesak jerebu, never slow
super rock 'n roll, full hard power, menghentak-hentak, botol-botol terserak
deru dingin angin kau bakar menjadi api sembilu, sayap-sayap berkepak
lalu semua pulang dengan dongak yang congkak, kau pun tergelak bahak

malam melangkah pulang
kabut datang berdendang
semua merasa menang


Bojonegoro 19092019




DUNIAMU TAK SEMUSIM SAJA

meledak seolah seluruh isi dadamu
ketika panggung dirajamu disentil dua pasal
sebelah kaki teranomali, sebelah lagi berlidah sepi
gamang pada bayangan, menikam atau menunggu ditikam
oleh waktu
entah dirabunkan, ataukah sedang bercermin di kaca buram
sementara ruang kesadaran masih begitu benderang
dan waktu kini sedang menghamparkan harapan
menunggu kapan membatu kaki lempungmu
oleh waktu
dunia terus berputar menjaga keseimbangan
digilir berganti-ganti cuaca dan musim
mustinya kau tahu semua itu
seharusnya kau tahu


Bojonegoro, 18092019


Support/donasi/dukungan :
https://saweria.co/SiswoNurwahyudi





SAJAK-SAJAK REMANG SEPTEMBER




SAJAK-SAJAK REMANG SEPTEMBER
Siswo Nurwahyudi



DUNIAMU TAK SEMUSIM SAJA


meledak seolah seluruh isi dadamu
ketika panggung dirajamu disentil dua pasal
sebelah kaki teranomali, sebelah lagi berlidah sepi
gamang pada bayangan, menikam atau menunggu ditikam
oleh waktu
entah dirabunkan, ataukah sedang bercermin di kaca buram
sementara ruang kesadaran masih begitu benderang
dan waktu kini sedang menghamparkan harapan
menunggu kapan membatu kaki lempungmu
oleh waktu
dunia terus berputar menjaga keseimbangan
digilir berganti-ganti cuaca dan musim
mustinya kau tahu semua itu
seharusnya kau tahu


Bojonegoro, 18092019





MALAM-MALAM PERJUDIANMU

menarilah kamu dengan belahan sayap kupu-kupu
warna-warni yang terpancar dari luka-dukamu memerah-membiru
kerlap-kerlip lampu bagai rinai hujan menuntun rambu kakimu menuju
selangkangmu hinggap di ujung hidung lelaki penghisap cerutu
menitipkan setitik madu buah sari kepahitan hidup masa lalu

malam-malam tanpa henti kau talu seluruh hidupmu di perjudian nasibmu

beribu lelaki menghisapmu selaksa segulung daun tembakau
sebaliknya kau menyiksa jiwa mereka seperti sesak jerebu, never slow
super rock 'n roll, full hard power, menghentak-hentak, botol-botol terserak
deru dingin angin kau bakar menjadi api sembilu, sayap-sayap berkepak
lalu semua pulang dengan dongak yang congkak, kau pun tergelak bahak

malam melangkah pulang
kabut datang berdendang
semua merasa menang


Bojonegoro 19092019






MERINGKAS PAGI


seekor burung kecil di ujung batang
ekor mungilnya dijungkat-jungkit, teriak bercicit-cicit
memaku pandang pada ufuk timur usai azan subuh
sudah tiga subuh ia bersamaku seperti itu
seperti ada janji untuk meringkas pagi bersama kekasih
aku masih di bingkai jendela menemani
sampai pagi meringkas diri demi hajat para bayi



Bojonegoro, 19092019




PASAK SEJARAH DI PENGGORENGAN

sepotong lidi korek api di tangan redaktur
dan sebuah penggorengan di atas tungku opini
sudikah memasak pasak-pasak kejujuran
agar sejarah tak dijarah para bromocorah di sidang rakyat

sebatang korek lidi dan penggorengan di tangan tuan
sudikah memasak pasak-pasak kebenaran
ataukah nasib kami harus terpasak di tiang gantungan
menunggu jerat tali di leher dikalungkan


Bojonegoro, 19092019




WAJAH BULAN DI KERANJANG BUNGA


sambil membenarkan tali pita di gaun
simpul senyumnya melipat garis di pipi
seikat bunga kuncup di keranjang dalam gendongan
jemarinya mungil lentik mengibas percik daki di lengan
lalu melangkah riang menari di pematang
ia melihat wajah bulan setengah bundar di langit siang
dipetiknya dengan nyanyian, dititipkan di keranjang
seikat kembang di keranjang bermekaran memeluk bulan
mengantar si gadis pulang merangkai dongeng malam
bagi sang ibunda yang malang, malam menanti di pembaringan


Bojonegoro, 19092019





ELEGI MERINGKAS SUNYI

diputarnya lagu
memecah kamar sepi
betapa tak terbentang jarak
antara tangis dan putik bunga pilu
kering ditimang vas bergaya gotik klasik
konstan dalam tempo irama detak jam dinding
melo lagu tanpa syair merayu dendang para kumbang

sepasang cicak yang galau memilih pergi
memancang harap sunyi sudi meringkas diri
membawa serta potret buram di dinding
atau biarlah belai angin mengusap kuncup bunga pilu
dan not-not lagu turut serta meringkas sunyi
juga bulir-bulir mimpi menata wangi peraduan
untuk esok, melahirkan kembali simphony di ladang aksara

Bojonegoro, 20092019






Support/donasi/dukungan :
https://saweria.co/SiswoNurwahyudi




NASKAH DRAMA BASA JAWA_"ONTRAN-ONTRAN MONUMEN"



Naskah punika minangka atur pakurmatan dhumateng ingkang minulya Raden Kohar inggih Ki Samin Soerosentika ingkang ngantos samangke situs sareanipun ing tlatah Bukit Tinggi Sumbar mboten dipunreksa kanthi sakmesthinipun.


ONTRAN-ONTRAN MONUMEN
Karya : Siswo Nurwahyudi

FADE IN : PASAR KREMPYENG. SRENGENGE ESUK WATARA MEH SEGANTANG. ATEGES WANCI PADHA BUBAR, PARA BAKUL PADA TATA-TATA KUKUTAN AREP BALI MENYANG OMAHE DHEWE-DHEWE.

01)   BAKUL 1 :
He, aku njaluk kresek siji tak enggo buntel pindhang. Sapa sing isih duwe kresek?

02)   BAKUL 2 
Ora usah mbok buntel. Tak ijoli terongku gelem? Jare mau pengin terong?

03)   BAKUL 1 
Emoh, terongmu wis kisut. Sing enom seger aku ya gelem.

04)   BAKUL 2 
Asem tenan, iki delengen dhewe. Isih mulus, seger-seger terongku.

05)   BAKUL 1 
Sing kuwi aku gelem. Sing buntelan kathok aku ya wegah. Pira kuwi?

06)   BAKUL 2 
ji-ro-lu-papat, nyoh. Endi pindangmu gawa mrene.

07)   BAKUL 1 
Tapi pindhangku ngene iki, gelem?

08)   BAKUL 2 
Iya wis, gawa mrene. Pindhang sing buntelan cawet gawanen mulih wae aja nganti kecer, ndhak
dadi krayahan kucing.

09)   BAKUL 1 
Ora ndlomok. Jenenge pindhang wadhahe ya ngene iki, kok eneng pindhang buntel cawet. Nyoh ijol terong papat, wis menang kowe iki. Mengko mulih lambemu gawa nyang reparasi kana.

10)   BAKUL 2 
Ya kuwalik, lambene sampeyan kuwi sing njaluk direparasi. (MARANG WONG-WONG LIYANE) Ngono kuwi lho akibate yen lambe kakehan nyidam terong.

(NGGUYU KABEH)

11)   BAKUL 3 
Kang, Yu, Lik…, aku mulih dhisik ya… (EXIT)

12)   : (SUMAUR BARENG)  Ya…….

13)   BAKUL 4 
Ehh… sik…sik…, aku nempil lonthongmu siji eneng apa ora?

14)  BAKUL 3 
Walaah… wis kadhung takumpuk-umpuk. Mengko wae takngongkon anakku ngeterke lonthong nyang omahmu. (SINAMBI LUNGA) Wis awan, aku mulih dhisik.

15)  BAKUL 4 
Ya… maturnuwun. Loro pisan ya. Dhuwite sesuk. Adoh-adoh kok mung arep ngeteri lonthongsiji, sawangane.

16)   BAKUL 2 
Aku ya duwe lonthong.

17)   BAKUL 4 
Pira?

18)  BAKUL 2 : 
Siji. Gratis, gelem?

19)   BAKUL 4 
Wegah. Jejelke bojomu dhewe kono. (BABLAS -EXIT- ORA PAMIT)

20)    BAKUL 4 
(NGGUYU MRINGIS)Lho...lho...lho... kok ora pamitan.

21)    BAKUL 5 
Kae mau klarisan sajake. Mangkane njur nggendring mulih.

22)    BAKUL 6
Aku enteni, aja ditinggal.

23)  BAKUL 2 : 
Omah cerak wae njaluk dibarengi. Manja. Kukut ki sing rikat, klemar-klemer kaya bakul anyaran.

24)    BAKUL 6
Ora ngono. Aku nyawang tlethong-tlethong temlecek nyang kana kae githokku griming-griming rasane.

25)    BAKUL 5
Lha iya, jan nggilani pancen. Tapi kok ora mambu babar blas. Mangka pathing trecek semono akehe.

26)   BAKUL 6 
Iya ya? Saka kene ora ngganda blas. Mangka jarene tukang-tukang kae kok gandane nganti ngaleg-aleg najan wis diresiki. Wis telung dina padha prei ora mlebu. Kabare tukange padha lara mencret.

27)   BAKUL 2
Pancen aneh. Aku weruh dhewe, saben teka tukang-tukang kae mesthi resik-resik tlethong dhisik nembe candhak gawe. Gek tlethong saka ngendi? Wong kene iki ora nate diambah rajakaya.

28)   BAKUL 6
Jan-jane arepe dibangun apa ta kono kuwi?

29)   BAKUL 2
Arep didegi patung. Patung monumen.

30)   BAKUL 5 
Lha terus awake dhewe piye mbesuk? Panggah oleh dodolan ana kene apa ora?

31)   BAKUL 2
Kene arep digawe taman. Wiwit wates kono karo kana kae terus mubeng patung. Mbesuk awake dhewe diwenehi panggon nyang kana kae, sak wetane wit kepoh kae. Ngono dhawuhe pak Lurah pas rapat yang bale desa wingi kae. Tapi yen ngene kahanane embuh terus embuh ora olehe mbangun monumen, wong tukange jare padha mencret kabeh.

32)   BAKUL 6 
Lha iya ta ya, nyang kene taun-taunan ora nate eneng kedadeyan tlethong kaya ngono kuwi Gek pokale sapa nyebyar tlethong nyang kono kuwi?

33)   BAKUL 2
Ora eneng wong sing weruh, esuk diresiki gasik, sore ya gasik, esuke wis ngono meneh. Mangka kene iki ya dalanan rame yen bengi. Ora eneng sing menangi tekane tlethong. Seminggunan dijaga hansip ya panggah wae ora menangi tekane tlethong. Weruh-weruh esuk wis pathing tlenuk.

34)   BAKUL 5
Yen bengi nganti dijaga hansip barang?

35)   BAKUL 2
Iya, anggitmu piye? Saiki hansipe ya wis mberot ora gelem. Padha mencret kabeh.

36)   BAKUL 6
Mosok? Hansipe mencret pisan? Mencret kabeh?

37)   BAKUL 2
Ora percaya? Kae pak cilik wetan omahku ya hansip, melu jaga, saiki mencret telung dina rung waras. Padahal wis tamba yang suketmas.

38)   BAKUL 5
Puskesmas.

39)   BAKUL 2 
Lha iya kuwi, aku muni piye mau?

40)   BAKUL 6
Halaah… kok malah nggunem morak-marik. Wis awan, ayo mulih.

41)   BAKUL 2 
Ayo. Tansaya griming-griming aku.

42)   BAKUL 5
Ooalaah… Gusti Pengeran… paringana slamet kabeh. Rahayu… rahayu… rahayu…

~ BLACK OUT ~

FADE IN : PANGGUNG TENGEN SISIH MBURI. SAWIJINING PONDASI DHUWUR KATON DURUNG RAMPUNG DIKUPENGI RANGKA-RANGKA KAYU LAN SLOGORAN PRING, TANDHA DENE PONDASI KAROTENGAH METER DHUWURE KUWI ISIH NEDHENG DIGARAP.

PAWONGAN TELU TEKA TUMUJU BANGUNAN PONDASI. MANDHEG SAWATARA METER. SALAH SIJINE PAWONGAN NYEDHAK LAN NYETITEKAKE BANGUNAN PONDASI KUWI. WONDENE, SING LORO MUNG NYAWANG WAE KATON RADA SUMELANG.

43)   TOKOH 1 : 
Uhh… ambune kaya ngene iki?. Gene kok akeh tlethong pathing tlecek? Iki tlethong kebo,  iki tlethong sapi, kae ya sapi, kono kuwi ya tlethong kebo, tlethong wedhus pathing slebar. Apa kene iki wis dadi pasar kewan apa?

44)   TOKOH 2 
Mboten Bapak. Sanes pasar kewan, nanging radi mriki pasar krempyeng. Menawi enjing dipun panggeni pasar. Namung enjing, mboten ngantos jam sanga sampun bubaran.

45)   TOKOH 1 
Ora susah mbok kandhani, aku wis weruh. Sing tak gumuni, gene kok kene iki saiki kebak tlethong.

46)   TOKOH 3 
Nggih bab tlethong niku sing ndadosake puyeng. Saben dinten nggih sampun dipun resiki kalih tiyang-tiyang ingkang nyambut damel nggarap niki. Nanging nggih ngoten niku, mbenjing enjing wangsul ngoten malih. Sedaya tiyang ngantos jegeg. Kepara tukang-tukang sami mutung, mboten purun nerusaken nyambut damel malih.

47)   TOKOH 1 
Wis pirang dina preine? (MENCURENG) Lho..? kok meneng kabeh? Prei nggarap iki wis pirang dina?

48)   TOKOH 3 
Sampun tigang dinten Pak. Niku ingkang grup enggal. Ingkang riyin, tukang-tukange nggih sampun nyerah. Sami sedaya, alesan sakit mencret.

49)   TOKOH 1 
Ngene ini kedadeyan ben dina? Kok ora laporan aku?

50)   TOKOH 2 
Sampun. Lapor ngangge WA Bapak.

51)   TOKOH 1 
Mosok? Aku ko kora nate nampa WA-mu? Kapan kowe WA aku?

52)   TOKOH 2 
Niki, nembe mawon kula kirim.

53)   TOKOH 1 
Wo… cah semprul. (MACA WA)“Lapor Bapak, ya begitu itu kondisi proyeknya”. Iki laporan model apa? Lapor kuwi kudune wis wingi-wingi kae ora nembe saiki.

54)   TOKOH 2 
Ngapunten Bapak, kula ajrih.

55)   TOKOH 1 
Iki mau aku didukani Bupati, diutus ngecek mrene. Umpama aku nampa WA-mu sejak awal ora nganti didukani Bupati kaya mau. Ngene sing kojur sapa?

56)   TOKOH 2 
Wingi-wingi badhe WA kula ajrih dipun labrak ibuk malih kados riyin nika.

57)   TOKOH 1 
Mulane ta, WA ora usah nganggo nulis sayang-sayang barang. Diwaca bojoku dadi salah paham. Terus, Bupati kok pirsa sapa sing lapor? Sapa sing WA Bupati? Kowe?

58)   TOKOH 2 
Sanes Bapak. Mase niki ingkang lapor.

59)   TOKOH 3 
Inggih Pak, kula WA Bupati lapor bab niki.

60)   TOKOH 1 
Mas…mas…! Mbok aja ngono, ngene iki sing susah aku. Sakjane sampeyan lapure nyang aku dhisik. Penanggung jawabe proyek iki aku. Sampeyan iki posisine pemborong, dadi hubungane langsung karo aku. Aja dumeh sampeyan iki ponakane Bupati, laporan langsung mrana. Sampeyan ya kudu ngregani aku. Iki pelajaran kanggo sampeyan. Tulung ndhuk, aku fotonen cedhak kono tak enggo laporan mengko.

61)   TOKOH 2 
Dhateng mriki mawon sampun ketingal, mboten usah mrika.

62)   TOKOH 1 
Wong sing penting malah kondisi bangunane, aku rak mung nunut melu kefoto.

63)   TOKOH 2 
Mboten usah Bapak, mriku mawon. Njenengan mundur sekedik. Teng mrika mambet tlethong. Sementara niki wonten larangan nyerak bangunan proyek.

64)   TOKOH 1 
Sing nglarang sapa? Aku iki Kepala Dinase, penanggung jawab proyek iki. Sapa sing wani nglarang aku, heh? (MLAKU KETHIMIK-KETHIMIK ING ANTARANE TLETHONG) Wis ndang difoto, selak ora betah ambune. Piye? Uwis rung? Cepet… aja kesuwen! Uhh… ambune tlethong kok banget tenan ta? Campur-campur pisan maceme.

65)   TOKOH 2 
Sampun kula foto Bapak. Sampun kaping sekawan niki wau.

66)   TOKOH 1 :
(MENYAT SAKA BANGUNAN KARO NYUMPEL IRUNG)  Ndang kirim nyang aku fotone, selak klalen.

67)   TOKOH 3 
Pak, ngapunten. Sakjanipun mboten usah repot foto teng mrika, amargi…

68)   TOKOH 1 
Sampeyan ora usah melu-melu nglarang. Saiki aku ndeleng gambare.

69)   TOKOH 3 
Inggih, pangapunten.  (NGETOKAKE BERKAS GAMBAR PROYEK)  Niki Pak gambare.

WONG LORO PADHA SIBUK NYETITEKAKE GAMBAR PERENCANAAN PROYEK SINAMBI DICOCOKAKE KARO KAHANAN LAN LOKASI PROYEK. DENE SING SIJI, SIBUK CENGINGISAN KARO HP ANDROID.

70)   TOKOH 3 
Niki mbenjing kan madhepe mrika, madhep Kecamatan. Mila saking kantor kecamatan ngandhap nika sampun saget ketingal cetha. Tinggi tiang fondamen sekawan meter.Total tinggi monumen sekawan meter sewidak wolunan. Luas taman 99 meter persegi.

71)   TOKOH 2 
Xixii…xii…xii….

72)   TOKOH 3 :  
Dados wit-witan sakupengipun monumen kedah dipun tebang. Utamanipun ingkang madhep lapangan mriku, kersane monumen saget langsung ketingal saking tebih.

73)   TOKOH 2 
Xixixixi…xixi…xixi….

74)   TOKOH 3 
Cobi dipun bayangke, saumpami posisi nJenengan pas wonten kantor kecamatan.
Mirsani mriki langsung ketingal monumen, background bukit-bukit, sisih mrika hutan lindung, napa malih menawi langite pas biru resik. Top. Niki, gambar pandangan jauh.

75)   TOKOH 2 
Xii..xixii…xii….

76)   TOKOH 3 
Pripun pak?

77)   TOKOH 2 
Xixixi…xixixi….xixi…

78)   TOKOH 1 
Cangkemmu isa meneng apa ora? Cekikak-cekikik. Ngguyu apa kowe? Iki wayah nyambut gawe, ora wayahe cengengesan.

79)   TOKOH 2 
Niki lho Bapak, komene teng grup lucu-lucu.

80)   TOKOH 1 : 
Kurang ajar, sing kene pethentengan sing kana jegigisan. Padha komen apa?

81)   TOKOH 2 
Komen fotone nJenengan sing teng mriku wau Bapak. Niki wau langsung kula share dhateng grup. Komene sae-sae tur nggih lucu-lucu.

82)   TOKOH 1 
(MUNTAB)  Bajinguk, ora kena dieman kowe iki ndhuk. Tak kongkon kirim nyang aku malah mbok share nyang group. Apa kowe wis bosen dadi pegawai, heh?

SING NESU MALANGKERIK KANTHI ULAT BANG MAWINGA-WINGA. SING DINESONI MENGKERET. SING NYAWANG MUNG BISA JINEM RADA KLECAM-KLECEM SINGIDAN ING RASA SETENGAH KAGET.

83)   TOKOH 1 
(DUMADAKAN WETENGE KRASA MULES)  Adhuuh…. Wetengku. Dhuh… sarapan apa aku mau? Kok ndadak mules kaya ngene? Adhuuhhh….

84)   TOKOH 2     
Lha… rak saestu. Kala wau sampun kula aturi sampun nyerak mriku.

85)   TOKOH 1 
Adhuhh… lha keneng apa kok ora oleh? Adhuuuhh…

86)   TOKOH 3 
Larangan sawetawis Pak. Akibate nggih ngoten niku, mules lajeng mencret-mencret.

87)   TOKOH 1 
Aadhuuhhh… kok ora kandha mau-mau. Adhuuhhh… ora kuwat aku. Aku terke nyang omahe Lurah, tulung. Adhuuuhhh…..

88)   TOKOH 3 
Mangga, kula dherekaken.

WONG LORO RERIKATAN OLEHE MUNGKUR. SING WADON RADA KESINGSAL, MLAKUNE JINJAT-JINJIT SINAMBI NUTUPI IRUNG NGINGGATI BARANG MENCRET SING KECECERAN. ~ EXIT ~

~ BLACK OUT ~

FADE IN : BOCAH-BOCAH BANGSA NENEKA LAGI PADHA DEDOLANAN LAN JEJOGETAN. KATON REGENG LAN NYENENGAKE. SEDHELA-SEDHELA GUYUNE PECAH. WANDANE BOCAH NENEKA YEN GEGOJEGAN PANCEN MENGKONO KUWI SOLAHE, SARWA PETHAKILAN TANPA SUBA-SITA LAN TANPA TATA TRAPSILA.

NANGING WEKASANE ANGGONE GEGOJEGAN LAN JEJOGETAN DUMADAKAN KANDHEG DENING TEKANE PAWONGAN LIMA. PARA BOCAH NENEKA SIGRA BUBAR PADHA NDHELIK. KALA-KALA UNDAL-UNDUL, INCENG-INCENG MARANG PAWONGAN LIMA KUWI.

89)   TOKOH 1 
Wis, pokoke sampeyan, Carik karo Lurah kudu bisa mrantasi masalah iki. Adhuuhh…wetengku… Aku ora ngerti piye carane sampeyan karo pak Camat golek upakara. Goleka cara supaya masalah iki cepet rampung. Tak wenehi wektu seminggu, kuwi wis luwih saka cukup. Adhuhh…hih wis rampung ping telu kok ya isih mules wae, addhuuhhhh….

90)   LURAH     
Inggih Pak, ngestokaken dhawuh.

91)   TOKOH 1 
Ya wis, aku pamit. Ayo kabeh bali nyang kantor. Adhuuhh…. Rasane ora kuwat… mulese… Ayoo… kok malah ndongong.

92)   TOKOH 2 
Inggih Bapak, mangga Bapak.

93)   TOKOH 3 
Napa kula gendhong?

94)   TOKOH 1 
Ora us!! Adhuuuhhh….. wetengku...

NULI WONG TELU LUNGA NINGGAL WONG LORO. LURAH KARO CARIK, PRAUPANE PADHA KATON TEGANG NYAWANG PAWONGAN TELU SING RERIKATAN LUNGA. PANYAWANGE NEMBE SIGEG NALIKA WONG TELU MAU WIS ORA KATON SAKA PANDULU. NULI PADHA UNJAL AMBEGAN LANDHUNG BARENG-BARENG.

95)   CARIK 
Sida mencret ta kuwi mau? Byuh, jatah pitung dina omah-omah kakus tenan bakale.

96)   LURAH : 
Huss…! Lambemu. Eneng wong susah malah mbok sedakke. Dongakake muga-muga ndang waras. Mesakke yen nganti ngamar nyang rumah sakit kaya hansipmu siji kae.

97)   CARIK 
Terus piye, Nggi?

98)   LURAH 
Piye meneh, ya kudu ndang diprantasi. Mengko bengi ayo golek wong pinter.

99)   CARIK 
Karep sampeyan wong pinter kuwi dhukun?

100)  LURAH 
Ya. Ora luput ora geseh, kabeh perkara tlethong iki mesthi pokale bangsa lembut.

101)   CARIK 
Sampeyan yakin yen kabeh iki pokal gawene bangsa dhemit?

102)  LURAH  :
99 persen yakin. Kurangajar. Titenana kowe mit-dhemit. Yen pancen ora kena dieman, dibesmi tumpes pisan wae. (SINAMBI MUNGKUR) Ayo Rik, mengko bengi melu aku golek dhukun sing paling joss kareben enggal rampung perkara tlethong iki.

WONG LORO MUNGKUR, SAMUN SAWETARA. BOCAH-BOCAH NENEKA PADHA BRUBUL-BRUBUL SAKA PANDHELIKAN. POLAHE SAJAK RADA BILULUNGAN. WUSANA PADHA MAK GABRUS. TIBA KEJENGKANG.

103) DHEMIT 
Adhuhh… gawat iki… gawat…! Kepriye friend? awake dhewe arep ditumpes.

104)  DHEMIT 
Trembelane tenan menungsa-menungsa kuwi. Arep ngajak perang apa piye?

105) DHEMIT 
Ho-oh. Ora susah wedi. Ngajak perang diladeni perang. Kono adol ditumbas lunas.

106)  DHEMIT 
Adol apa?

107)  DHEMIT 
Tempe?

108)   DHEMIT 
Ora. Adol peyek.

109)  DHEMIT 
Kemurahen bro. Adol kebo.

110)  DHEMIT 
Limosin?

111)  DHEMIT 
Apa eneng kebo limosin? Sapi limosin akeh nyang peternakan kana.

112)  DHEMIT: 
Limousine mobil ya eneng. Mobil perancis anti peluru.

113)   DHEMIT  : 
Limosin pesawat terbang eneng apa ora?

114)  DHEMIT  
Ya ora eneng. Buing, airbus, sukoi, top kabeh.

115)  DHEMIT  
Murtaniyo ya eneng.

116)   DHEMIT : 
Nurtanio, blog. Murtaniyo kuwi dlondonge pak Tomin kae.

117)  DHEMIT   
Mur...! Tangiyo... Mur...!!

(NGGUYU BARENG, CEKAKAAN)

118)   DHEMIT 
Hee……!! Lha kok malah gojeg.

119)   DHEMIT  
Gojek eneng, Grab ya ana.

120)   DHEMIT 
Ojek pengkolan wis kuno. Pateni sisan wae.

121)   DHEMIT 
Huss...!! Ssstt..meneng…!! Malah promosi ojol. Awake dhewe iki lagi ngadhepi perkara gawat.

122)   DHEMIT  
Waahh… ho-oh. Njur piye penake kanca-kanca? Dilabrak saiki wae ngono piye. Tinimbang…

123)   DHEMIT 
Tinimbang kedhisikan. Mendhing ndhisiki, ndandak arep ngenteni apa?

124)  DHEMIT 
Iya, lebih cepat lebih baik. Kono wonge isih nembe arep golek jago, sikat dhisik wae. Ayooo…..!! Mangkat ca…..!!!

125)  DHEMIT : 
(BARENG)  Hayoo…yo…yo…yo…yo… hok yaa… hok yaaa…

BOCAH-BOCAH NENEKA SIGRA TATA BARIS, JEJOGEDAN ALA BUTA GIMBAL SIYAGA MANGKAT PERANG. NANGING NEMBE RAMPUNG JOGEDAN AREP JRANTHAL MANGKAT KEPEKSA KANDHEG DENING NYAI TETUNGGUL DHEMIT.

126)   NYAI : 
Stop…!! Dha arep ngapa? He? Arep tawuran meneh? Ora kapok dha taklebokke kunjara kaya biyen kae?

127)  DHEMIT 
Mboten Nyai, niki wau nembe gladhi mawon. Latihan setrategi baris tawur-menawur.

128)  NYAI : 
Oo…ya, apik. Rampung latihan njur arep ngapa?

129)  DHEMIT  
Langsung praktek Nyai. Njajal mungsuh menungsa riyin.

130)   NYAI : 
He? Apa? Menungsa arep mbok anggo jajal-jajalan? Arep tiru-tiru pokale grombolan
perguruan silat kana kae? Arep tiru gawe front-frontnan, laskar-laskaran? Iya? Ngono?

131)  DHEMIT 
Ngapunten Nyai. Soale wonten menungsa sing badhe…..

132)   NYAI : 
Cukup…!! Kowe sing paling tuwa wis takpasrahi momong bocah-bocah supaya tertib ora bedhugalan. Lha kok malah mimpin sing ora nggenah. Bocah-bocah padha mbokwulang-wuruk tawuran. 
Ora malah diwulang sing apik. Karepmu piye? Kowe njaluk diukum model piye? He?

133)   DHEMIT 
Ampun Nyai. Kula kapok.

134)   NYAI : 
Ya, tak apura. Angger ora dibaleni meneh.

135)   DHEMIT 
Maturnuwun Nyai.

136)    NYAI : 
Wis, saiki crita. Eneng perkara apa kok kowe kabeh arep nglabrak menungsa. Aku yakin mesthi eneng perkarane, ora mungkin yen ora.

137)   DHEMIT  
Kalawau wonten jalma menungsa ingkang rencana badhe numpes bangsa dhemit Nyai.

138)    DHEMIT 
Leres Nyai. Sumpah. Ayo ca, sumpah kabeh.

139)    DHEMIT 
(BARENG)  Sumpah Nyai…!!

140)    NYAI : 
Lha perkarane apa?

141)    DHEMIT 
(BARENG)  Perkawis tlethong Nyai.

142)    NYAI : 
Lha kok bisa perkara tlethong? Mung perkara sepele kok arep numpes bangsa dhemit?

143)   DHEMIT 
Lha nggih niku Nyai. Bangsa menungsa sampun wantun kurangajar.

144)   DHEMIT 
Nrunyak.

145)    DHEMIT 
Sombong. Sawenang-wenang.

146)   DHEMIT  
Arogan.

147)    DHEMIT  
(NJENDHUL SIRAH)  Pada wae, blog.

148)    DHEMIT  
(MLEDHING, MBENGOK SORA)  Utege wis padha pindhah nyang sil…

149)    DHEMIT 
(NJONGKROKAKE)  Huss…! Ora sopan.

150)   NYAI : 
Sik…sik…mengko dhisik. Aja pathing pecothot, crita sing jlentreh. Larah-larahe kepriye?

151)   DHEMIT 
(BARENG NUDING NGISOR PONDASI)  Perkawis niku Nyai…!

152)   NYAI : 
(NOLEH MENYANG PONDASI, NYETITEKAKE)  Ooo… perkara iki? Tlethong-tlethong iki?

153)   DHEMIT 
(MBENGOK BARENG)  Nyaiii…..!!!

154)    NYAI : 
(JANGKAHE KANDHEG)  Apa?

155)    DHEMIT 
Sampun nyerak mriku.

156)   DHEMIT 
Mangke Nyai bakal menyesal kemudian.

157)    DHEMIT 
Ho-oh. Eh, inggih. Mundur Nyai, mundur malih mriki.

158)   NYAI : 
(NOLEH BALIK)  Eneng apa kok dha bengak-bengok?

159)   DHEMIT 
Teng mriku ndrawasi Nyai, tlethonge ngandhut obat urus-urus.

160)   DHEMIT 
Obat glontor perut.

161)   DHEMIT 
Ces pleng, quick respon.

162)    DHEMIT 
Langsung cret…cret…cret…

163)    DHEMIT 
Mundur Nyai… mundur…! Eh, salah dhing, maju mriki…, terus, maju malih. Hop. Stop...! Nggih, cekap, mriku mpun cekap.

164)    NYAI : 
Iki kok saya nganeh-anehi ta? Tlethong sing thing slebar kae pokale menungsa?

165)    DHEMIT  
(KOMPAK GEDHEG)  Mboten Nyai.

166)    NYAI : 
Pokale sato kewan? Apa pokale rajakaya ingon-ingone menungsa?

167)    DHEMIT  
(KOMPAK GEDHEG)  Mboten Nyai.

168)   NYAI : 
Terus pokale sapa?

169)   DHEMIT  
(KOMPAK)  Kula sakanca sedaya Nyai. Hii…hii….hii…hi…hi… 

                (PADHA TOS TANGAN SAKANCANE)

170)   NYAI  
Woo… paham aku saiki. Tlethong-tlethong kae saka pokal gawene kowe kabeh.

171)   DHEMIT  : 
(KOMPAK GAYA SOMBONG)  Leres Nyai.

172)   NYAI : 
Gene kok kowe kabeh gawe pokal kaya ngono?

173)   DHEMIT 
Amergi, papan mriku sampun dipunsawiyah-wiyah kalih menungsa. Kula kalih kanca-kanca mboten saget leyeh-leyeh teng ngriku malih.

174)   NYAI : 
Wis pirang dina anggonmu gawe pokal sing kaya ngene?

175)   DHEMIT 
Sawetawis dinten Nyai. Seminggunan langkung. (KUKUR-KUKUR)  Ah embuh, lali aku.

176)    NYAI : 
Bocah gemblung. Jebul kowe kabeh sing ngawiti bibit perkara karo menungsa.
                    Ngertia, aku wis menehi ijin papan kono arep dibangun monumen. Sesaji-sesaji wis
                    taktampa, kowe kabeh ya melu antuk bageyan tur ya wis mbok pangan.
                    Kok saiki kowe arep gawe perkara. Hayo…, ngaku sapa sing ngongkon?
                    Sapa sing ngawiti perkara?  Kurangajar tenan.

177)   DHEMIT 
(KOMPAK)  Nyuwun pangapunten Nyai. Ampun…Nyai…ampun….

178)   NYAI : 
Aja ngisin-isini bangsa dhemit. Iki bakal dadi perkara gedhe. Yen nganti ana apa-apa sing wirang iki aku. Ngerti? (MBENGOK SORA)  Telik Sandi…!! Mrenea…!! Rikat… eneng perkara gawat…!!

179)   DHEMIT 
(MELU UNDANG-UNDANG BARENG)  Telik Sandi….!! Telik Sandi…!! Telik Sandi….

180)   NYAI : 
He, salah siji mangkat. Golekana Telik Sandi nganti ketemu. Aja kesuwen, rikat.

181)  DHEMIT 
Sendika dawuh Nyai. Kula ingkang bidhal. (MENYAT NJUR MUNGKUR)

182)    NYAI : 
Mula yen ana apa-apa iki lapuran aku dhisik. Aja gawe sakarepmu dhewe. Bangsane awake dhewe iki duwe tata-tertib lan aturan sing ketat. Sapa wae sing nglakoni salah bakal kena pidana. Salah cilik ya pidana cilik, salah gedhe ya ukumane gedhe. Ora eneng setilah ‘tajam ke bawah, tumpul ke atas’. Awake dhewe iki urip ora ijen. Ngerti…!?

183)   DHEMIT  
(KOMPAK)  Sendika Nyai.

184)  DHEMIT  
Niki Nyai, Telik Sandi sampun wonten mriki. Tugas sampun rampung Nyai.

185)    NYAI : 
Telik Sandi? Nyang endi wae, dibengoki ora enggal teka mrene? SING DICELUK ORA SEMAUR) He… kupingmu krungu apa ora? NUTHUK NGANGGO TEKEN)  Mbidheg wae…!

186)   TELIK SANDI (TS) : 
Athoow… Njenengan nimbali kula?

187)   NYAI : 
Sapa meneh? Sing jeneng Telik Sandi ya mung kowe. Kacamatamu ireng kuwi copot, aku nyang mburimu iki lho.

188)   TS : 
(BALIK MADHEP, KACAMATA DICANTHOL NYANG TOPI) Ealah. Nami kula sampun gantos Nyai. Sakniki Sebutan kula sanes Telik Sandi malih. Mila kula wau  mendel mawon.

189)   NYAI : 
Ganti? Kapan? Terus mbok ganti apa?

190)   TS : 
(MBUNGKUK HORMAT KAYA PENDEKAR KUNGFU)  Sendika dhawuh Nyai. Kula Agen Seven-Seven-O siyaga ing karya. Nyuwun tugas misi salajengipun. Agen Seven-Seven-O nyadhong dhawuh.

191)    NYAI : 
Agen Seven-Seven-O dhapurmu sempal. Kakehan maca komik 007 kowe iki.Njaluk tak sedakke dadi precil apa piye?

192)   TS : 
Ampun Nyai…ampuun… Kula Telik sandi siyaga ing karya. (KISINAN)  Ampun Nyai, wonten wigatos menapa?

193)   NYAI : 
Iki eneng perkara gawat. Kowe tak prentah nylidhik perkarane. Bocah-bocah iki wis nantang perkara gawe gendra karo menungsa. Wis mesthi bakal dadi rame, bangsadhemit bakal digawe arang-abang. Goleka sisik melik  apa sing bakal kelakon. Aku arep ngrekadaya sabisaku supaya ngredhem aja nganti kedadeyan sing bisa dadi lelakon sing nggegirisi. Sanajan dikaya ngapa, bocah-bocah iki salah, nanging kudu panggah tak slametake. Wis, kowe budhala aja nganggo kesuwen.

194)   TS :
Tenang Nyai, tenang.

195)   NYAI : 
Tenang gundhulmu bengkah. Iki perkarane ora kena disangga entheng. Urusan keslametane jalma sapirang-pirang. Sing ora dosa cilike bakal kena lara, gedhene bisa ketaman pati.

196)   TS : 
Tenaaang…… mboten susah kuwatos. Kula sampun mireng lan sampun mesthekake bilih mboten bakal wonten gendra antarane kita bangsa dhemit kaliyan bangsa menungsa. Perkawis tlethong kalih monumen niku sampun rampung.

197)   NYAI : 
Kok kowe wis weruh? Dhasarmu apa?

198)  TS : 
      Sampun kuwatos, kula tansah siyaga 24 jam. Weruh sadurunge ana sing weruh. Sonten ngantos dalu niki wau kula sampun tumut mlebet dhateng rapat Bupati kalih Kepala-Kepala Dinas. Pemborong Proyek nggih wonten. Lajeng Para seniman, para budayawan, tokoh agama nggih wonten. Perkawis Monumen niki badhe tetep dipun bangun nanging mboten siyos dhateng mriki. Dipun pindhah sebelahe kantor kecamatan mrika. Dados sampun beres.

KEPRUNGU KATRANGANE TELIK SANDI PARA BOCAH SURAK GUMBIRA JEJOGEDAN. SI NYAI SAJAK UGA LEGA KATON PADHANG ULATE.

199)    NYAI 
Wis… wis… cah… mandheng… mandheg kabeh. Iki perkarane wis rampung, nanging ora kena suka-parisuka nganti kebat-kliwat. Yen ngono wis gek bubar. Eling-eling kedadeyan iki didadekake pelajaran tumrap kowe kabeh. Aku ora pengin kedadeyan sing kaya ngene dibaleni meneh ing tembe mburi.  Piye, saguh?

200)  DHEMIT 
(KOMPAK)  Sagah Nyai. Sendika dhawuh.

201)  NYAI 
Wis gek padha bubar.

202)   DHEMIT 
(KOMPAK) Nyuwun pamit Nyai. Hayoo…yo…yo…yo…yo… Hok…yaa… Hok yaaa…

PARA BOCAH SIGRA TATA BARIS MUNGKUR SINAMBI JEJOGEDAN ALA JOGED BUTA SIGRAK GUMBIRA.

203)   NYAI 
Telik Sandi.

204)   TS 
Sendika Nyai.

205)  NYAI 
Sing mbok kandhakake mau bener tenan apa ora?

206)   TS : 
A-1 Nyai. Kula mboten badhe goroh. Niki wau Bupati murang-muring. Sedaya dipundukani entek ngamek kurang golek. Utaminipun para seniman kaliyan budayawan.

207)    NYAI 
Seniman karo budayawan kok dikatut-katutake keneng apa? Aneh?

208)   TS 
Ngendikane Bupati, dados seniman niku mboten gampang tur awrat sanggane. Mboten angsal sembranan paring masukan dhateng pemerintah. Akibate saged ngrugekake kabudayan, utaminipun bab papan patilasan sakral. Tuladhanipun nggih calon monumen niki. Papan calon madege jebul adhedhasar saking usulipun seniman. Papan mriki jaman rumiyin rak papan kangge semedi kangge tapa-brata. Temtunipun papan ingkang mboten sembarangan. Kok malah dipun pilih kangge titik adeg mbangun monumen. Akibate kuwalat dhateng para leluhur.  Ngoten ngendikane Bupati kala wau ndukani seniman kalih budayawan.

209)    NYAI 
Wah? Yen ngono bener ngendikane Bupati. He, kowe weruh sapa sejatine sing arep dipatungake dadi monumen?

210)    TS 
Nggih ngertos. Tokoh adat ingkang rumiyin mbalela dhateng Walanda.

211)    NYAI 
Ora mung Landa thok, Marang Jepang ya mbalela. Mula nganti dibuwang nyang tanah sebrang kana. Katiwasan seda ya nyang tanah sebrang kana nalikane ing tengahe laku arep mulih bali mrene. Njur dikubur nyang kana pisan. Saiki kuburane ora pati kopen. Mesakake banget.


212)   TS 
Panjenengan nggih pirsa NYai?

213)    NYAI : 
      Ora trima weruh. Aku biyen karo dheweke kuwi kekancan apik. Najan dheweke jalma menungsa, patrape wong sing tansah welas asih marang sapa wae lan apa wae. Wateke ora seneng congkrah, ora seneng sawiyah-wiyah. Mula carane mbalela marang Walanda lan Jepang uga ora gelem nganggo cara-cara kasar. Cilike maido gedhene raja pati, ora gelem babar pisan. Marang aku lan para bangsa dhemit ya ora beda. Pawongane adhem kaya sarining kuwaya. Nanging sekti mandraguna ora tedhas tapak palune pandhe. Yen mung trima pelore bedhil wae mbendal ora tumama. Dipateni nganggo cara diceburake segara jero digandholi wesi gedhe, panggah mulih sadurunge kapale klakon minggir.


214)   TS 
Walah, sekti tenan. Nanging kok saget dicepeng, dipidana buwang niku larah-larahe pripun? Kedahe saget uwal saking ukuman.

215)    NYAI 
Ya. Kepeksa nglakoni ukuman karana yen ora gelem pengikute arep dipateni kabeh. Mula dheweke gelem manut dipidana buwang, nanging njaluk syarat pengikute kabeh aja dikuya-kuya meneh selawase ana ukuman. Njur padha sarujuk. Wusanane manut gelem nglakoni pidana buwang kuwi mau. Sadurunge mangkat, dheweke titip pusaka loro wujud kitab piwulang lan keris titipane kraton supaya dirumat. Sing dititipi diwejang : “sepisan, sok sapa wae kena maca kitab nanging ana perangan sing ora oleh diwaca babar pisan. Kaping loro, keris kuwi ora kena diwenehake sapa wae sakliyane marang wong sing duwe keris dhewe”. Njur aja padha lirwa marang piwuruk sing wis nate diwulangke minangka tuntunan urip ing alam donya.

216)   TS 
O… inggih. Sedaya pusaka teksih dipun simpen ngantos sakniki.

217)    NYAI 
Dheweke pejuang sing pantes entuk pakurmatan. Mula nalika arep madeg monumen nyang kene aku banget sarujuk. Nanging kabeh wis ginaris jantraning pepesthen dene ora sida madeg ing papan kene. Kana ya padha wae, sing penting diniyati tulus ora eneng pamrih liya.

218)    TS 
Nanging wonten pamrih lintu Nyai. Kula miring kiyambak nalika nyimak rapatipun Bupati kalih tiyang kathah kala wau.

219)   NYAI 
He? Apa? Eneng pamrih apa?

220)   TS 
Pranyata wonten tendensi politik. Royokan kalih Bupati sebelah.

221)  NYAI 
Royokan? Royokan karo Bupati ngendi?

222)  TS 
Inggih royokan kalih kabupaten tanggi sebrang bengawan.

223)   NYAI 
Sing dienggo royokan apane?

224)    TS 
Sami-sami ngeklaim bilih tokoh wau duwekipun kabupaten mriki. Ingkang Bupati mrika inggih sami mawon mboten purun ngalah. Sami-sami badhe ndamel monumen patung. Pokoke saling klaim ngoten niku.

225)    NYAI 
(NESU)  Kurangajar, setan alas ora kena ditebas upas. Bethithet njijiki kok panggah disandhang wae. Menungsa padha ora nyebut, sing arep mbok gawe patung kuwi dudu wong sembarangan. Kuwi ngono wong sing ora gelem congkrah adoh padu, ora gelem oyok-oyokan samubarang unjung-unjunge ndonya. Kok arep digawe sembranan sakkepenakmu dhewe ngunggungi uteg kepleg ati mbeklithi. Elinga ya, pawongan sing arep mbok gawe patung kuwi biyen mati minangka kembange bangsamu dhewe. Jasane wis ora kepetung tumrap panguripan bangsane. Pangurbanane lair batin ora bakal cukup digunem saklawase ndonya iki isih munyer seser. Titenana, kowe kabeh bakal kuwalat. Aku sing ora trima. Aku ora trima…!!

226)   TS 
Nyai? Sabar Nyai.

227)    NYAI 
Tenang kowe. Aku pancen nesu, nanging pikiranku isih adhem. Rungokke prentahku.

228)  TS 
Sendika Nyai.

229)   NYAI :
 Kowe siyagakake para bangsa dhemit sing mbok anggep mumpuni ngayahi jejibahan iki.

230)    TS 
Sendika. Jejibahan napa Nyai?

231)   NYAI 
Umbar wae anggone mbangun monumen. Mbesuk yen wis ngadeg sampurna, ayo dijegol dipindhah nyang tanah sebrang kana.

232)  TS 
Maksudipun kados pundi Nyai?

233)   NYAI 
Monumen kuwi luwih pantes dipasang nyang kuburane wonge nyang tanah sebrang kana. Tugasmu, jegolen njur pasang monumen kuwi mbesuk persis ing lemah nduwure kuburan. Tinimbang makam kae ora krumat, mending dientebi monumen pisan. Piye miturut kowe?

234)    TS : 
Wah… sae sanget niku. Sendika, kula ndherek nyengkuyung. Wong Kuburane sing ngrika mawon kapiran kok badhe dimonumenke teng ngriki. Lajeng ingkang niku kados pundi? 
Napa dipun jegol pisan?

235)   NYAI :
Ora usah. Pondasi iki ben ngono wae minangka tetenger kanggo kabeh, yen papan kene biyen sejatine salah sijine tenger tilasan papan semedi lan tapabrata para manungsa minulya. Papan sing tansah menehi kanugrahan tamrap kabeh jalma. Paham?

236)   TS 
Sendika Nyai.

237)    NYAI : 
He… para manungsa…! Titenana, mbesuk apanbaya monumen wis ngadeg sampurna bakal musna saka pandulumu. Tak pindhah menyang papan sing wis mbok lalekake. Papan sing samesthine luwih pantes dadi papan madegemonumenmu kuwi. Iki wis dadi sumpahku. Titenana….titenana…. Ha…ha…ha….ha….ha….. hii...hii...hiiii....

~ BLACK OUT ~

FADE IN : PONDASI MONUMEN. 
NDLIDIR OLEHE TUMEKA, PAK LURAH, PAK CARIK, PARA BAKUL, LAN PARA TUKANG. TEKANE NIYAT AREP KERJA BAKTI RERESIK PONDASI GAGAL LAN SAKUPENGE.

238)    LURAH  :  
Ndang ayo lho, kok malah padha njagong nyang kono. Ayo wiwit…!

239)  WARGA : 
Wedi aku Pak Inggi.

240)  CARIK : 
Wedi apa? Saiki wis aman. Wis ta percaya, ayo gek wiwit.

241)   WARGA  
Ngko ndhak mencret pak Carik?

242)    CARIK  
Ora..ora…kok. wis ta ayo…

243)    LURAH 
Tak jamin ora. Iki lho aku wis nyang kene. Ora usah wangu, ora-ora yen mencret.

244)    CARIK 
(NYURUNGI WONG-WONG)  Ayo…kok. Ayo… ayo… ora usah mamang.Wis aman.

245)  WARGA 
Iya..ya.. Pak. Ora usah ndadak disurungi.

246)  WARGA 
Ihh… mrinding aku. Amit…amit…nggih… Slamet…slamet…slamet…kabeh.

247) WARGA   
Rahayu…rahayu…rahayu…

248)  WARGA  
Pak Lurah, ora usah melu-melu. Sampeyan prentah-prentah wae, aku karo kanca-kanca sing tandang. Pak Carik, konsumsine endi?

249)   CARIK 
Nyambut gawe rung semenit wis njaluk konsumsi.

250)    WARGA   
Ora ngono pak Carik. Karepe yen katon eneng konsumsi nyambut gawe iki ya sigrak.

251)  WARGA   
Ho-oh ya Yu ya. Ndang ta pak Carik. Wong anggaran ya eneng wae kok.

252)   CARIK 
Kok ngerti wae eneng anggarane barang. Iya..ya.. mengko yen wis rampung kabeh wae andhok nyang warung kana bareng-bareng. Tak bayari kabeh.

253) WARGA    
Bener ngono wae pak Carik. Mangan ora mangan ngumpul.

254)  WARGA   
Kok diresiki iki janjane sesuk apa iki barang katut diresmekke Bupati?

255)    LURAH 
Ora. Sesuk kuwi prosesine, upacarane, diwiwiti saka kene, terus kirab pusaka nuju kantor kecamatan. Dilanjut peresmian Monumen. Bengine gebyagan wayang kulit.

256)   WARGA   
Lha kae monumene kok malah dibungkus kain ireng? Jare arep diresmekke?

257)    LURAH 
Iya, pancen carane peresmian patung ya ngono kuwi. Bupati nggunting pita terus mencet tombol. 
Kain krudhung patung mbukak dhewe. Otomatis.

258)  WARGA   
Nganggo plendhungan barang?

259)  CARIK 
Apa kuwi?

260)  WARGA    
Plendhungan. Balon.

261)   CARIK 
Ora. Sesuk kowe sing dikompa diumbulke nganti sakcebloke.

262)   WARGA   
Pak Carik ki… mesthi lho…

263)   LURAH 
Wis...wis yen gojeg, gek ndang diresiki selak arep dipasangi umbul-umbul. 

264)   WARGA   
Berarti sesuk ora oleh dodolan?

265)   LURAH 
Oleh. Dodolan jajanan ora apa-apa. Malah apik. Sesuk kuwi wonge ewon sing bakal teka. Yen ora bisa manfaatake rugi dhewe. Sing arep dodol kana lho nyang pinggir lapangan. Rame mesthi, soale nyang lapangan eneng Reog. Sekitar kene ora kena kanggo dodolan.

266)  WARGA   
Kang, Yu, Lik, ayo dodol ya. Sesuk aku dodol ah, lumintu kena kanggo tambel-tembel.

ANGGONE KERJA BAKTI KATON GAYENG SWARANE GREMEMBYENG. SETHITHIK MBAKA SETHITHIK KASIL DIRESIKI NGANTI RESIK-GASIK. DENE SING LIYANE MRETHELI KAYU-KAYU LAN SLOGORAN PRING. LIYANE MENEH NGECET PONDASI. SAWISE RAMPUNG BANJUR MUNGKUR BEBARENGAN. ~ EXIT ~

~ BLACK OUT ~

FADE IN : AKEH PAWONGAN PADHA PATHING BILULUNG NUJU KANTOR KECAMATAN. DINANE IKI AREP DIANAKAKE PROSESI PERESMIAN MONUMEN DENING BUPATI. NANGING KAHANAN LAN SWASANANE ORA KAYA ADAT SABENE YEN AREP ANA ACARA RESMI APA DENE PERAYAAN. BEDA…, BEDA BANGET.
GEGER KEPATI KARANA MONUMEN SING DINA IKI AREP DIRESMEKAKE BUPATI MUSNA TANPA TILAS.

267)  WARGA   
Hoee…. (NITIR KENTHONGAN) Dulur-dulur… ooeee….. Monumene ilang… Monumen ilang…

268)   WARGA    
Apa iya Kang? Monumen semono gedhene kae ilang?

269)    WARGA    
(NITIR KENTHONGAN)  Monumen musna…. Monumen ilang….

270)   WARGA   
Lho…? Iya, kae… Monumene ilang. Hee… dulur-dulur…pada delengen saka kene. Kae… Monumene ilang.

271)           : Walahh hiya… kae akeh pulisi padha bingung. Deleng kae… wong-wong padha ngrumpul.

272)           : Ayo… dha ndeleng mrana...! Ayo…!

273)   WARGA   
Byuuhh…. Monumen njenggeleg semono gedhene kok ujug-ujug bisa ilang ya Kang?

274)  WARGA   
Ho-oh, jian eram tenan. Ayo, nyerak mrana. Ayo…

275)  WARGA   
Ayo…! Mumpung akeh balane, ijenan aku ora wani. Eneng kedadeyan kok eram tenan. Aja lali diupload fotone apa divideo pisan. Bakale viral iki. Haha...ha... asyiiik... Viral dulur... viral...!

276)   WARGA   
(NITIR KENTHONGAN)  Monumen ilang… Monumen musna… Viral... viral... Monumen ilang….

277)           : Dhuh Gusti… wonten kedadosan kok kados ngoten. 
                Gek padha nyandhang dosa apa ya…ya…?

278)  WARGA : 
(NITIR KENTHONGAN)  Viral... viral... Monumen Ilang... Monumen musna... Viral... viral...

278)  WARGA  
(SAWUR-SAWUR UYAH TURUT DALAN)  Sumingkir… sumingkir… kala saka wetan sumingkir, kala saka kulon sumingkir, kala saka kidul sumingkir, kala saka lor sumingkir. Sumingkir… sumingkir… Wadhah berkat arane takir, banyu kendhi miline njungkir. Sumingkir… sumingkir… kala saka wetan sumingkir, …sumingkir… sumingkir… kala saka kulon sumingkir. Sumingkir… sumingkir… kala saka kidul sumingkir, … sumingkir… sumingkir, kala saka lor sumingkir. Sumingkir… sumingkir… Wadah berkat arane takir, banyu kendhi miline njungkir. Sumingkir... sumingkir...   ~ EXIT ~

~ FADE OUT ~

~ BLACK OUT ~



-  R A M P U N G -


Bojonegoro, Minggu Legi, 8 Sura 1953 Saka.



Support/Donasi/Dukungan :
https://saweria.co/SiswoNurwahyudi